Upacara Kematian UPACARA KEMATIAN RAMBU SOLO’

3 Faktor ekonomi warisan Seseorang akan mendapatkan warisan setelah ia menunjukkan pengabdian dan sumbangannya kepada upacara pemakaman. Jumlah warisan akan diperoleh menurut jumlah pengabdian dan jumlah sumbangannya. b. Tingkatan-tingkatan Upacara Dalam kepercayaan aluk todolo, seseorang yang baru saja meninggal tidak pernah dianggap mati, tetapi hanya dikatakan sakit dan tidak boleh langsung dikuburkan, namun terlebih dahulu harus melalui tingkat-tingkat upacara dalam tata cara yang telah digariskan oleh kepercayaan ini. Setiap orang diupacarakan sesuai dengan strata sosialnya. Seseorang yang berasal dari lapisan yang lebih rendah tidak boleh dimakamkan menurut upacara pemakaman bagi kalangan bangsawan, begitu pula sebaliknya. Apabila hal ini dilanggar, mereka akan menerima sanksi sosial yakni dicela dan menjadi buah bibir masyarakat serta ditentang oleh seluruh pemuka adat di Tana Toraja. Semakin tinggi tingkatan upacara, waktu pelaksanaannya akan semakin lama dan semakin membutuhkan biaya yang sangat besar, khususnya dalam pengadaan hewan kerbau dan babi serta pembuatan pondok-pondok Naskah Upacara Tradisional Daerah Sulawesi Selatan, 1984. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Upacara pemakaman di Tana Toraja dapat diklasifikasikan atas empat tingkatan, yakni : 1 Upacara di Silli’ Upacara ini khusus dilaksanakan pada malam hari atau sore hari dengan tidak melakukan pesta apapun. Upacara ini harus dikerjakan oleh orang yang mengadakan pekuburan jenazah ini. Mayatnya tidak boleh dibiarkan menginap. Upacara ini diperuntukkan bagi golongan hamba atau golongan yang tidak mampu. 2 Upacara di Pasangbongi Upacara ini merupakan upacara yang hanya berlangsung satu malam. Jenazah hanya disimpan satu malam kemudian dikuburkan. Upacara ini adalah upacara pemakaman bagi tingkatan pelapisan dari orang-orang di Tana’ Karurung atau dilaksanakan oleh pihak dari Tana’ Bassi dan Tana’ Bulaan yang tidak mampu. 3 Upacara di Doya Dalam upacara ini, orang-orang duduk dan menunggu dalam beberapa malam. Upacara ini diperuntukkan bagi strata menengah atau dari Tana’ Bassi dan Tana’ Bulaan. Sebelum dilangsungkan, terlebih dahulu dibuat tiang-tiang sebagai tempat mengikat kerbau pilihan yang akan dikorbankan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Upacara di Rapai’ Di Rapai’ maksudnya ditunggu hingga jenazahnya telah kering. Selama upacara ini berlangsung, mayat disimpan dalam peti atau tempat penyimpanan lainnya. Upacara ini pertama kali diadakan di Tongkonan kediaman orang yang meninggal, kemudian diadakan di padang tempat pelaksanaan pesta kematian. Upacara ini hanya diperuntukkan bagi kalangan Tana’ Bulaan atau bangsawan tinggi. Dalam upacara ini terdapat simbol-simbol sebagai tanda kebesaran yang membedakannya dengan strata sosial lainnya, antara lain : a dibalun bulaan : kain kapannya dihiasi dengan emas yang telah ditempa dan direkatkan membentuk motif tertentu sesuai golongannya. b dibuatkan lakkian : rumah bertingkat tiga sebagai tempat jenazah, tau-tau, dan keluarga terdekat orang yang meninggal. Jenazahnya disemayamkan pada lantai ketiga.

D. GAMBARAN FASE DUKACITA SAAT UPACARA TRADISIONAL RAMBU SOLO’ PADA KELUARGA DAN KERABAT YANG

DITINGGALKAN Bagi masyarakat Tana Toraja, kematian itu baru benar-benar tiba apabila upacara pemakamannya sudah berlangsung. Sebelum upacara itu dilangsungkan, statusnya masih dikategorikan sebagai to makula alias orang yang sakit Sarira, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI