Pengaruh kematian terhadap diri subjek Perasaan selama persiapan upacara

3. Analisa Kasus III Data Almarhum

1. Nama : PBL 2. Jenis kelamin : Laki-laki 3. Usia : 90 tahun 4. Pendidikan : - 5. Pekerjaan : Petani 6. Agama : Kristen Katolik 7. Tempat tinggal : Saluallo 8. Tingkatan sosial : Tana’ Karurung rakyat biasa Riwayat Kematian Almarhum Almarhum meninggal tahun 2005. Almarhum disimpan di rumahnya selama kurang lebih satu tahun sebelum diupacarakan pada bulan Juli 2006. Kondisi kesehatannya memang sudah menurun. Seperti mayat- mayat yang disimpan lainnya, almarhum juga diberi suntikan formalin serta ramuan-ramuan tradisional agar mayatnya tidak mengeluarkan bau atau menjadi rusak. Selama disimpan, almarhum sering dikunjungi oleh keluarganya yang lain sambil membawa seserahan, biasanya berupa makanan atau rokok. Di bawah ini adalah data subjek yang merupakan keluarga dan kerabat dari PBL. Tabel 5 Data Subjek Subjek 7 8 9 Nama MK IA YR Hubungan Kekerabatan Kemenakan Anak Tetangga Usia 45 tahun 38 tahun 72 tahun Pendidikan SMU SMU Sekolah Belanda Pekerjaan - Wiraswasta Pensiunan PNS Agama Kristen Katolik Kristen Katolik Kristen Katolik Tingkatan sosial Tana’ Karurung rakyat biasa Tana’ Karurung rakyat biasa Tana’ Bassi bangsawan menengah Hasil Analisa a. Reaksi saat pertama mendengar tentang kematian Reaksi ketiga subjek hampir sama ketika mendengar kabar kematian almarhum. Mereka telah mengetahui kondisi almarhum sehingga tidak lagi merasa kaget mendengar kabar tersebut, apalagi almarhum usianya sudah sangat lanjut. Ketiga subjek MK, IA dan YR merasakan hal yang serupa saat mendengar kematian almarhum. Ketiganya tidak terlalu terkejut lagi karena kondisi almarhum yang memang sudah tua dan sakit- sakitan. MK : “Dak terlalu kagetmi, karna saya kebetulan ada di rumah sama- sama waktu itu. Jadi saya ada waktu om mau meninggalmi. Dari cara bicaranya waktu itu, kayaknya memang begitu…sudah ada tanda-tanda kalo sudah mau pergi. Ya kita relakan saja, sudah waktunyami memang.” W7.16.94 IA : “…………………Pertamanya memang kaget skali, tapi kemudian saya sadar, kalo mo sedih, sapa nanti yang akan berpikir untuk penguburannya? Jadi saya langsung hubungi keluarga-keluarga lain, utamanya yang di luar Toraja. Keluarga-keluarga juga kaget tapi langsungji dapat diterima, ya…karna memang sudah waktunyami to?” W8.16.97 YR : “Saya dak terlalu kagetmi, karna memang sudah tua dan sakit- sakit, bayangkan…sudah 90 tahun umurnya. Ya wajarlah kalo dipanggil Tuhan. Jadi, ya…tidak kaget, biasa-biasa saja.” W9.14.100

b. Lama bersedih

Rentang waktu para subjek tenggelam dalam kesedihan cukup bervariasi. Semakin dekat hubungan kekerabatan dengan almarhum, maka semakin lama pula mereka tenggelam dalam kesedihan atau berduka. Sementara YR mengatakan bahwa ia tidak lama merasakan kesedihan, MK menuturkan bahwa ia mengalami kesedihan selama dua minggu. “Ahh…dak terlalu lama juga, mungkin, mungkin 2 mingguanlah.” W7.17.94 Sedangkan anak almarhum, IA, tenggelam dalam kesedihan selama tiga bulan. Namun ia tidak pernah menampakkan kesedihannya di depan orang lain. “Kira-kira ee…yang paling berkesan itu kira-kira 3 bulan. Ya, 3 bulanlah. Tapi dak pernahji juga saya tampakkan kalau saya sedih, nanti kodong keluarga yang lain bertambah lagi bebannya kalau begitu. Paling juga kalau saya ingat bapak saya langsung pergi dari rumah, apakah itu ke sawah, kebun, atau putar-putar di sekitar sini. Yang penting jangan sampai diliatlah kalo saya sedih.” W8.17.97