Sejarah Rumah Sakit GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

46

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Rumah Sakit

Awal mula berdirinya Rumah Sakit Panti Rapih adalah dibentuknya yayasan “Onder de Begon” atau dalam bahasa belanda Onder de Bogen Stichting oleh pengurus gereja Yogyakarta pada tanggal 22 Februari 1927. Sebagai tanda pembangunan rumah sakit, maka pada tanggal 14 September dimulailah dengan peletakan batu pertama oleh Ny. C.T.M Schmutzer van Rijckevorsel. Pada bulan januari 1929, 5 suster cinta kasih St, Coalus Borremues dari belanda datang ke Yogyakarta untuk tugas pelayanan orang- orang sakit. Mereka adalah Sr. Moeder Gaudentia Brand, Sr. Yudith de Laat, Sr. Ignatia Lemmens, Sr. Simonia, dan Sr. Ludolpha de Groot. Pembangunan gedung rumah sakit dapat diselesaikan secara keseluruhan pada pertengahan Agustus dan pada tanggal 24 Agustus 1929 Mgr. A.P.F. van Velsen, SJ berkenan memberkati bangunan baru tersebut. Pada tanggal 14 September 1929 secara resmi rumah sakit ini dibuka oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dengan nama Rumah Sakit “Onder de Bogen”. Dan beberapa tahun kemudian Sri Sultan Hamengku Buwono VIII berkenan menghadiahkan sebuah mobil ambulance kepada Rumah Sakit Onder de Bogen sebagai ungkapan penghargaan atas pelayanan bagi masyarakat pribumi. Pada 1924, Jepang menjajah dan menguasai Indonesia banyak suster dan dokter warga negara Belanda yang bekerja di rumah sakit ini ditangkap dan ditawan di kamp tahanan Jepang. Dan saat yang paling pedih adalah rumah sakit Onder de Bogen diambil alih menjadi rumah sakit pemerintah Jepang. Dr. Sentral selaku Direktur Rumah Sakit, dipindahkan ke rumah sakit Bethesda yang juga sudah diambil alih pemerintah Jepang. Pimpinan rumah sakit diserahkan kepada Sr. Sponsaria, dan Sr. Yvone diangkat sebagai pembesar Umum Suster CB di Indonesia. Pemerintah Jepang juga menghendaki agar segala sesuatu termasuk bahasa yang berbau Belanda tidak digunakan di seluruh muka bumi Indonesia. Tidak luput pula nama rumah sakit ini harus diganti nama pribumi. Mgr. Alb. Soegijopranoto, SJ, Bapa Uskup pada Keuskupan Semarang berkenan memberikan nama baru “Rumah Sakit Panti Rapih” yang berarti Rumah Penyembuhan. Sesudah masa pendudukan Jepang, berkibarlah dengan megah Sang Dwi Warna, Merah Putih, dan para Suster CB dapat kembali lagi ke Rumah Sakit Panti Rapih. Dengan semangat cinta kasih, mereka merawat para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia, diantaranya Bapak Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia, Jendral Soedirman. Ketika Sr. Benvunito, seorang Suster CB yang merawat Jendral Soedirman, memperingati genap dua puluh lima tahun hidup membiara, Bapak Panglima Besar Jendral Soedirman berkenan merangkai sebuah sajak indah dan ditulis tangan dengan hiasan yang cantik khusus untuk Sr. Benvunito dan Rumah Sakit Panti Rapih. Sajak dengan judul RUMAH NAN BAHAGIA nama tersebut saat ini masih tersimpan dengan baik.

B. Lokasi Rumah Sakit