Determinan Tes Rorschach Tes Rorschach

29 M yang tinggi juga menunjukkan kecenderungan introversive, tertutup dan memiliki potensi kreatif yang lebih besar Ogdon, 1984. ii. Animal movement FM Menurut Aronov, dkk 1994 skor animal movement FM diberikan pada aktivitas yang menyerupai gerakan hewan. Persepsi dapat meliputi keseluruhan atau bagian hewan dan gambar atau karikatur binatang. Hewan dengan gerakan seperti manusia maka akan mendapatkan skor human movement M, namun gerakan hewan yang seperti gerakan manusia tapi dikarenakan proses latihan terlebih dahulu, seperti monyet yang mengendarai sepeda, maka skor animal movement FM lebih sesuai dari pada skor human movement M. Menurut Klopfer, dkk 1954, respon FM mengindikasikan kesadaran mengenai dorongan untuk segera memenuhi kepuasan. Hal ini menunjukkan kurangnya wawasan, pemahaman dan penerimaan. Dorongan ini merupakan dorongan paling primitif dari kepribadian, baik berupa insting atau sudah diperoleh sejak awal kehidupan individu. Seperti punya permasalahan untuk mengintegrasikan dan mencocokkan mereka dalam aspek yang dewasa dari sebuah kepribadian. 30 Animal movement FM terkadang merupakan bentuk manifestasi dari agresivitas, terkadang ketidakberdayaan, kebutuhan untuk mendapatkan bantuan, dan mungkin mengindikasikan kebutuhan untuk bergantung pada orang lain Nilai FM tinggi menunjukkan bahwa individu tersebut menyadari dorongannya terlepas apakah ia akan menurutinya atau tidak. FM rendah menunjukkan bahwa individu tersebut tidak menyadari dorongan. iii. Inanimate movement m Menurut Aronov, dkk 1999, inanimate movement m diberikan pada respon alam atau bentuk mekanik, bentuk juga bisa berupa abstrak atau simbol. Inanimate Movement m memiliki tiga subkategori yaitu definite inanimate movement Fm, semidefinite inanimate movement mF dan indefinite inanimate movement m Definite inanimate movement diberikan pada respon inanimate movement dengan bentuk yang pasti. Semidefinite inanimate movement mF diberikan pada respon inanimate movement dengan bentuk yang tidak pasti. Sedangkan indefinite inanimate movement m diberikan pada respon inanimate movement yang tidak memiliki bentuk. Menurut Klopfer, dkk 1954, munculnya inanimate movement m berjumlah satu atau dua merupakan refleksi dari 31 kesadaran akan kekuatan dari luar yang mengontrol subjek, dimana mengancam integritas dari pengorganisasian kepribadian. Kekuatan yang tidak terkendali ini datang dari dirinya sendiri dalam bentuk dorongan yang mengancam sistem nilai dan gambaran diri. Inanimate movement m berbicara mengenai tegangan dan konflik, konflik antara dorongan kehidupan dan tujuan jangka panjang dari individu, dan tegangan karenausaha untuk mencegah dorongan. Di beberapa kasus, m mengindikasikan kebutuhan yang ditekan. Dengan kata lain m membicarakan mengenai perasaan tidak berdaya di dalam menghadapi kekuatan ancaman yang berasal dari lingkungan diluar kontrol dirinya. Nilai m 1 dan 2 menunjukkan kesadaran akan kekuatan dari luar berasal dari diri yang menontrol subjek yang mengancam intergrasi kepribadian. Nilai m yang tinggi memnunjukkan kesadaran akan kekuatan yang bermusuhan dan kesulitan dalam menyesuaikannya. Sedangkan tidak adanya nilai m menunjukkan ketidakmampuan mengintegrasikan dorongan dengan tujuan jangka panjang. Menurut Ogdon 1984, nilai m yang tingii juga mengindikasikan kecenderungan obsesif kompulsif. 32 c. Shading Shading merupakan konsep terhadap nuansa bayangan achromatic yang terbentuk, termasuk rasa terhadap tekstur permukaan, kesan kedalaman ataupun warna achromatic. i. Tekstur Menurut Aronov, Reznikoff Moreland 1994, skor definite surface or texture respon Fc diberikan pada respon yang mengesankan permukaan seperti kekasaran atau efek ukiran, dan bentuknya pasti. Skoring indefinite surface atau respon tekstur cF diberikan ketika komponen shading digunakan dan menghasilkan persepsi dengan bentuk yang tidak pasti. Sedangkan skor c diberikan pada persepsi yang tidak memiliki bentuk. Menurut Klopfer, dkk 1954, respon Fc mengindikasikan kesadaran dan penerimaan kebutuhan pengalaman afeksi dalam keinginan untuk diterima, rasa menjadi bagian, dan keinginan akan respon dari orang lain. Respon cF merepresentasikan kebutuhan untuk saling berdekatan, kebutuhan untuk dimanjakan dan semacam sifat kekanak-kanakan akan kebutuhan untuk bergantung dengan orang lain. Sedangkan respon c mengindikasikan sifat kekanak-kanakan, ketidakmampuan membedakan, kebutuhan afeksi dan tidak mempertimbangkan derajat relasi. 33 Nilai c, cF, dan Fc menujukkan derajat kesadaran dan perbedaan kebutuhan afeksi dan dependensi termasuk menangani kecemasan afeksi dari luar dependensi. Respon c menunjukkan sifat infantil, menyelesaikan kecemasan afeksi dengan kontak fisik. Tidak munculnya respon c berarti normal. Respon cF menunjukkan kebutuhan, kesadaran akan kebutuhan afeksi. Tidak munculnya cF berarti denial atau represi akibat pencabutan afeksi saat kecil. Nilai Fc tinggi menunjukkan dependensi yang berlebihan secara afeksi terhadap orang lain dan kebutuhan yang tinggi terhadap respon dari orang lain. Sedangkan nilai Fc rendah bukan berarti kebutuhan afeksi rendah melainkan kurangnya penerimaan dan kesadaran mengenai kebutuhan afeksi. . ii. Diffusion vista Menurut Aronov, dkk 1994, skor FK diberikan pada respon yang menggunakan shading untuk mendeskripsikan jarak antara beberapa objek atau antara dua bagian di dalam respon yang sama. Skor KF diberikan ketika bentuk tidak jelas dan memberikan kesan ruangan. Skor K diberikan pada kesan ruang namun tidak memiliki bentuk. Menurut Klopfer, dkk 1954, respon FK mengindikasikan upaya individu untuk menangani kecemasan 34 afeksinya dengan usaha introspektif, dengan usaha untuk melihat secara objektif suatu permasalahan dengan memperoleh pandangan mengenai hal tersebut, dengan memberikan jarak dengan masalah sehingga dapat melihatnya dengan lebih objektif. Sedangkan respon KF dan K mengindikasikan kecemasan dan cerminan dari frustasi akibat ketidakpuasan kebutuhan afeksi. Tidak munculnya respon K menunjukkan kemampuan untuk melawan kecemasan. Respon FK menunjukkan usaha untuk mengatasi kecemasan afeksi dengan usaha introspeksi atau mengambil jarak sehingga dapat melihat sesuatu lebih objektif tidak memihak. Nilai FK yang tinggi menunjukkan kecemasan afeksi yang tinggi. Sedangkan nilai FK rendah menunjukkan kurangnya kesadaran mengenai kecemasan afeksi karena kecemasannya memang sedikit atau individu membuat mekanisme untuk mempertahankan diri dari kesadaran akan kecemasan. iii. Three dimentional space projected on two dimentional plane Menurut Aronov, dkk 1994 Kategori ini digunakan pada skor shading yang menggunakan x-ray dan peta topografi. Skor Fk diberikan ketika pada bagian spesifik tubuh atau pada peta topografi digambarkan secara jelas. Skor kF diberikan ketika x- 35 ray pada bagian spesifik tubuh atau pada peta topografi yang tidak digambarkan secara jelas. Sedangkan k diberikan pada respon tiga dimensi yang diproyeksikan ke dua dimensi namun tanpa adanya objek yang disebutkan. Menurut Klopfer, dkk 1954, aktivitas persepsi yang dilakukan individu yang memberikan respon k dan Fk hamper sama. Individu tersebut mencoba menggunakan shading untuk meletakkan suatu yang tiga dimensi ke dalam material, tetapi hal tersebut gagal sehingga berbentuk dua dimensi. Respon k mengindikasikan kesemasan afeksi dan kegagalan untuk mengatasi kecemasan dengan menggunakan intelektualnya. Nilai Fk yang tinggi menunjukkan individu mencoba menyeselesaikan kecemasan afeksi menggunakan intelegensi atau phony insight dan bersifat tidak efektif. d. Color Color merupakan konsep dimana aspek chromatic dan achromatic dari bercak tinta menentukan respon, termasuk yang terintegrasi atau tidak terintegrasi dengan bercak tinta. i. Chromatic Menurut Klopfer, dkk 1954, warna chromatic diberikan kepada warna, seperti merah, hijau, coklat, dan orange yang terintegrasi dengan konsep. Skor FC diberikan pada respon 36 yang menggunakan warna yang dikombinasikan dengan bentuk yang pasti sehingga membentuk konsep yang harmoni. Skor CF diberikan ketika bentuk nya tidak tentu. Sedangkan skor C diberikan pada respon yang berisikan warna murni. Ada beberapa variasi skoring dari respon C, yang pertama adalah color naming Cn dimana respon hanya berupa penyebutan warna saja. Kedua adalah color description Cdes, skor ini diberikan ketika subjek berusaha memberikan deskripsi mengenai kualitas warna. Dalam memproduksi respon FC, subjek mengintegrasikan warna dengan konsep dari bentuk objek yang pasti. Respon FC mengindikasikan kesiapan untuk mengontrol dampak emosi tanpa kehilangan respon. Kemampuan mengontrol ini menyebabkan individu dapat merespon dengan perasaan dan tindakan sesuai dengan emosi dan situasi. Kemunculan respon FC dengan jumlah yang wajar menunjukkan bahwa individu tersebut mampu untuk membuat respon yang nyaman, ramah dan baik dalam situasi sosial dan dapat dengan lancar bergaul dengan orang lain. Dalam respon CF, subjek tidak berusaha mengintegrasikan warna dengan bentuk objek yang pasti. Kombinasi CF mengindikasikan reaksi yang tidak terkontrol terhadap dampak lingkungan. Respon CF mempunyai indikasi positif yaitu bisa 37 sebagai perilaku spontan dan dapat menunjukkan menunjukkan reaksi emosi tanpa terlalu ketat mengontrolnya. Sedangkan indikasi negatifnya adalah kurangnya kemampuan mengontrol respon emosi. Kontrol respon CF yang cukup ditunjukkan dengan munculnya respon M, FK dan Fc. Tanpa kemunculan respon tersebut menunjukkan respon impulsif, dan perilaku yang tidak terkontrol akibat dari reaksi emosi. Sedangkan respon C mengindikasikan kurangnya kontrol emosi yang bersifat patologis, emosi yang meledak-ledak, dan pemarah. Sedangkan respon Cn menunjukkan individu tersebut terpengaruh oleh dampak lingkungan dan tidak mampu menangani reaksinya dengan kontrol yang terintegrasi. Respon Cdes mengindikasikan individu sangat tergerak sebagai akibat dari emosi, tetapi dia sukses melakukan kontrol luar dari emosi. Individu tersebut mampu untuk mengontrol ekspresi yang terlihat. Skor arbitrary color diberikan saat warna yang diberikan tidak sesuai dengan warna benda di realitas. Jika benda tersebut mempunyai bentuk yang pasti, maka diberikan skor FC. Sedangkan bila benda tersebut mempunyai bentuk yang tidak pasti, maka diberikan skor CF Aronov, dkk, 1994. Skor FC mengindikasikan respon individu terhadap dampak emosi bersifat superfisial, perilaku berhubungan 38 perasaannya. Respon terhadap perasaan tersebut tergantung terhadap situasi, tanpa adanya integrasi dengan kenyataan. Sedangkan skor CF mengindikasikan tidak adanya kontrol yang menyebabkan perilaku yang tidak berkaitan langsung dengan emosi yang sesungguhnya Klopfer, dkk, 1954. Menurut Klopfer, dkk 1954, kategori skoring simbolik digunakan ketika warna di gunakan subjek untuk membentuk konsep yang menunjukkan simbol tertentu. Skor FCsym diberikan ketika warna digunakan untuk menyimbolkan benda yang jelas. Skor CFsym diberikan ketika warna digunakan untuk menyimbolkan walaupun tidak jelas. Sedangkan skor C’sym diberikan kepada ide-ide yang abstrak. Skor Csym mengindikasikan individu sangat tergerak sebagai akibat dari emosi, tetapi dia sukses melakukan kontrol luar dari emosi. Terdapat usaha intelektual yang lebih mendukung pada respon Csym dibandingkan respon Cdes Aronov, dkk, 1994. Jika nilai FC CF menunjukkan adanya kontrol emosi terlalu kuat. Sedangkan jika CFFC menunjukkan individu tersebut tidak mampu mengontrol pengekspresian emosinya Klopfer, dkk, 1954.. 39 ii. Achromatic Menurut Aronov, dkk 1994, warna achromatic diberikan kepada warna hitam, abu-abu dan putih. Skor FC’ diberikan ketika bentuk objek pasti dan mudah dikenali. Skor C’F diberikan ketika bentuk objek tidak pasti. Sedangkan skor C’ diberikan ketika objeknya tidak memiliki bentuk. Skor C’ mengindikasikan depresi.

3. Proporsi Kuantitatif

Pada penjelasan di atas Klopfer telah menyusun determinan secara terpisah. Sedangkan proporsi kuantitatif sendiri merupakan perbandingan-perbandingan yang menggambarkan relasi dan pengorganisasian kepribadian. Perhitungan dengan proporsi kuantitatif dapat digunakan untuk memperkuat deskripsi mengenai kepribadian yang menyangkut inner resources dan impulse life, pengorganisasian kebutuhan afeksi, constrictive control, reaktivitas emosi terhadap lingkungan, dan aspek intelektual. Pada proporsi kuantitatif peneliti menggunakan proporsi kuantitatif inner resources dan impulse life, pengorganisasian kebutuhan afeksi, constrictive control , dan reaktivitas emosi terhadap lingkungan. Peneliti tidak memasukkan aspek intelektual karena proporsi ini tidak menggunakan determinan sebagai dasar perhitungan proporsinya 40 melainkan menggunakan skoring lokasi. Proporsi kuantitatif menurut Klopfer, dkk 1954 antara lain: a. Proporsi yang berkaitan dengan inner resources dan impulse life. i. Rasio dari M : FM 1. FM2M Jika jumlah FM lebih besar dua kali lipat dari M, maka menunjukkan bahwa individu tersebut diatur oleh pemuasan kebutuhan diandingkan dengan tujuan jangka panjang. 2. MFM Jika M lebih besar dari FM, mengindikasikan dorongan kehidupan berada di atas sistem nilai yang dimiliki individu. Jika FM tidak kurang dari ⁄ M menunjukkan hubungan yang maksimal antara pengakuan dari dorongan kehidupan dan integrasi dengan sistem nilai. Jika Fm kurang dari setelah M, menyatakan bahwa adanya dorongan yang ditekan dibandingkan dengan diintegrasikan dengan sistem nilai. 41 3. M=FM Jika jumlah M sama dengan FM, mengindikasikan bahwa dorongan kehidupan tidak berkonflik dengan sistem nilai. Individu tersebut mempunyai sistem nilai yang berkembang dengan baik yang memberinya kontrol, namun kontrol tersebut dapat dengan mudah diterima oleh dorongan kehidupan. 4. FM diantara 1M dan 2M Walaupun jumlahnya tidak seimbang, namun pada rasio ini terdapat dalam rentang yang normal dan tidak berimplikasi pada sifat infantil seperti pada rasio FM2M. 5. M dan FM sama-sama sedikit Jika M dan Fm sama-sama sedikit, menunjukkan kurangnya pengakuan terhadap dorongan atau kemampuan imajinasi dalam pikiran jangka panjang atau khayalan. ii. Rasio M : FM+m Jumlah FM+m seharusnya tidak melebihi ⁄ M. Jumlah FM+m yang banyak mengindikasikan tegangan yang kuat dalam menggunakan sumber dari dalam untuk menangani permasalahan sehari-hari. 42 b. Proporsi yang berkaitan dengan pengorganisasian kebutuhan afeksi i. Rasio dari Respon Diffirentiated dan Undifferentiated Shading Ketika respon undifferentiated shading K, KF, k, kF, c dan cF lebih besar daripada respon differentiated shading Fc dan FK , mengindikasikan kebutuhan afeksi yang kurang terintegrasi dengan organisasi kepribadian. ii. Rasio F : FK+Fc 1. FK+Fc ⁄ F Ketika Fc lebih banyak dari FK, hipotesis menyangkut fungsi dari komponen Fc. Jika FK lebih banyak dari Fc menunjukkan penekanan pada kontrol kecemasan afeksi daripada penekanan pada kesadaean dan penerimaan kebutuhan. 2. FK+Fc = ⁄ hingga ⁄ F Rasio ini menunjukkan kebutuhan afeksi yang berkembang luas sehingga mengancam kepribadian. 43 3. FK+Fc ⁄ F Rasio ini menunjukkan adanya penyangkalan denial, penekanan dan tidak berkembangnya kebutuhan afeksi. iii. Rasio Respon Warna Achomatic dan Chromatic Rasio ini berarti Fc+c+C’ : FC+CF+C 1. Achromatic = Dua kali Chromatic Rasio ini mengindikasikan respon individu telah dipengaruhi oleh pengalaman traumatik. Individu tersebut cenderung melakukan penarikan terhadap kemunculan respon terhadap orang lain. Hal tersebut diarenakan individu tersebut takut tersakiti sehingga berhati-hati dalam melakukan kontak dengan orang lain.