menyusun topik-topik bimbingan keluarga. Berikut item-item yang masuk dalam kategori kurang dan cukup diperinci dalam tabel berikut:
Tabel 13 Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam
Kategori Cukup dan Kurang No
Aspek Nomor Item dan Pernyataan
Total Skor Item
1 Pribadi
18. Saya mampu
menerima perasaan orang lain dibanding
mengasihi orang lain. 125
2 Situasional
4.Perceraian orangtua
akan mempengaruhi kesiapan menikah
anak-anaknya. 106
Berdasarkan butir-butir item yang terindikasi rendah dalam aspek pribadi dan situasional terdapat pola dari masing-masing aspek yang
menyebabkan mahasiswa memiliki kesiapan pernikahan yang rendah. Dalam butir-butir item yang terdapat dalam aspek pribadi diketahui
bahwa mahasiswa kurang memahami cara mengasihi orang lain. Dalam butir item yang terdapat dalam aspek situasi dapat diketahui bahwa
mahasiswa kurang memahami tentang perceraian dalam pernikahan dan belum memiliki pengetahuan tentang persiapan pernikahan.
B. Pembahasan
Hasil penelitian membuktikan bahwa kesiapan menikah mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tergolong sangat siap. Terdapat 27 mahasiswa atau 48 mahasiswa termasuk dalam kategori sangat siap. Sedangkan untuk
kategorisasi sangat kurang siap dan kurang siap terdapat 0 mahasiswa atau 0, kategorisasi cukup siap terdapat 26 mahasiswa atau 46, dan
kategorisasi siap terdapat 3 mahasiswa atau 6. Siswa yang termasuk dalam kategori kurang siap mengindikasikan bahwa mereka belum memiliki
kesiapan menikah yang baik. Mahasiswa yang termasuk dalam kategorisasi kurang siap membutuhkan pendampingan agar mereka lebih siap menghadapi
pernikahan. Sedangkan mereka yang masuk dalam kategori sangat siap mengindikasikan bahwa mereka siap menuju jenjang penikahan dengan baik.
Mahasiswa yang termasuk dalam intensitas kategori sangat siap menunjukkan bahwa mereka memiliki kesiapan yang sangat baik dalam
menghadapi pernikahan dan hidup berkeluarga. Mahasiswa yang termasuk dalam kategori sangat siap bisa diartikan karena mereka memiliki
kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri, memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak, bersedia dan mampu menjadi
pasangan dalam hubungan seksual, bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim, memiliki kelembutan dan kasih sayang kepada orang lain,
dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran; perasaan; dan harapan, bersedia menerima keterbatasan pada diri sendiri maupun orang lain,
bersedia menjadi suami atau istri yang bertanggung jawab, serta memiliki kematangan emosi yang baik sehingga mereka lebih siap dalam menghadapi
pernikahan yang baik. Sedangkan mahasiswa yang termasuk dalam intensitas kategori sangat
kurang siap mengindikasikan bahwa mereka belum sama sekali memiliki
kesiapan dalam menghadapi pernikahan. Hal ini dapat terjadi karena sulit menjaga hubungan dengan orang lain, belum memiliki kematangan emosi
yang baik, belum memiliki pengetahuan yang banyak dalam hal pernikahan, dan belum bersedia berbagi kehidupan dengan orang lain. Serta terdapat
prioritas lain yang lebih penting yaitu menyelesaikan studi sarjana mereka dengan lebih baik.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat mahasiswa yang masih belum siap menghadapi pernikahan. Kesiapan yang belum ada, dapat
mengakibatkan sulitnya membangun rumah tangga yang baik. Seperti yang sudah dijelaskan di atas hal ini dapat terjadi karena sulit menjaga hubungan
dengan orang lain, belum memiliki kematangan emosi yang baik, belum memiliki pengetahuan yang banyak dalam hal pernikahan, dan belum
bersedia berbagi kehidupan dengan orang lain. Oleh karena itu, mahasiswa inilah yang harus mendapatkan pendampingan sehingga mereka dapat
memiliki kesiapan yang baik. Apabila kesiapan menikah belum terpenuhi maka akan berakibat pada
kehidupan mahasiswa selanjutnya. Karena kesiapan merupakan hal yang paling penting untuk dapat menyelesaikan tugas perkembangan. Pernyataan
di atas sejalan dengan tugas-tugas perkembangan mahasiswa pada periode masa dewasa awal. Menurut Hurlock 2002 orang dewasa adalah individu
yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya. Mahasiswa pada periode
masa dewasa awal harus sudah siap menerima dan memahami orang lain serta
hidup bersama orang lain. Jika kesiapan yang kurang ini dibiarkan maka mereka tidak dapat membangun kehidupan berkeluarga yang optimal
sehingga dapat mengakibatkan perpecahan atau perceraian. Oleh karena itu, mahasiswa yang termasuk dalam kategori kurang siap inilah yang
memerlukan perhatian, pendampingan dan penanganan sesegera mungkin untuk membantu menjalankan tugas-tugas perkembangannya.
Pernikahan dibangun oleh dua orang individu yang memiliki persepsi dan harapan yang berbeda tentang pernikahan. Pengalaman, kebutuhan, dan nilai
yang berbeda membuat masing-masing pasangan berbeda. Ikatan cinta akan lebih menyenangkan apabila didasarkan pada persamaan-persamaan, saling
membagi perasaan, serta keterbukaan diri masing-masing pasangan. Menyatukan perbedaan-perbedaan inilah yang harus diperhatikan oleh setiap
mahasiswa agar lebih siap menerima perbedaan yang ada pada setiap individu.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Diah Krisnatuti dan Vivi Oktaviani kepada 72 mahasiswa IPB menunjukkan bahwa mahasiswa
memiliki persepsi yang berbeda terkait pernikahan. Mereka menempatkan pernikahan sebagai prioritas kedua. Prioritas pertama mereka adalah bekerja.
Para mahasiswa menganggap bahwa individu dikatakan siap menikah jika telah memiliki pekerjaan dan pengetahuan yang cukup.
Kesiapan pernikahan adalah keadaan siap dalam berhubungan dengan seorang wanita atau pria, siap bertanggungjawab sebagai seorang suami atau
istri, siap menghadapi perbedaan, siap mengatur keluarga, dan mengasuh
anak. Kesiapan diperlukan seorang individu sebelum memasuki dunia pernikahan agar dapat menuju pernikahan yang bahagia. Oleh karena itu
kesiapan merupakan hal yang paling penting dalam pernikahan. Kesiapan memiliki dua aspek yaitu kesiapan menikah pribadi dan kesiapan
menikah situasi. Kesiapan pribadi meliputi kematangan emosi, kesiapan usia, kematangan sosial, dan kesiapan model peran. Sedangkan kesiapan situasi
meliputi kesiapan finansial dan kesiapan waktu. Ditinjau dari kesiapan pribadi yaitu kematangan emosi. Mahasiswa yang berada pada rentang usia
20-22 tahun termasuk pada masa dewasa awal. Tahap dewasa awal merupakan suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode komitmen, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri dengan pola-pola kehidupan hidup baru. Pada saat inilah
individu siap memasuki pernikahan namun juga siap memasuki dunia pekerjaan.
Menurut Blood Dewi, 2006 kematangan emosi berasal dari pengalaman yang cukup terhadap perubahan dan perbedaan. Dengan kata lain,
kematangan usia seseorang, maka semakin bertambah pula kematangan emosi seseorang. Semakin banyaknya pengalaman yang dimiliki maka membuat
orang sadar terhadap perasaannya sendiri dan ia akan mengendalikan dan menyelesaikan permasalahan dengan baik. Pernikahan pada usia muda akan
banyak mengundang permasalahan yang tidak diinginkan, karena emosi yang belum matang.
Apabila kita meninjau kesiapan situasi yaitu kesiapan finansial maka mahasiswa yang menjalani proses perkuliahan harus dituntut menyelesaikan
studinya. Namun, setelah menyelesaikan studinya bukan berarti mereka siap menjalani pernikahan karena tentu saja mereka belum memiliki kehidupan
finansial yang baik. Setelah lulus mereka harus meniti kariernya terlebih dahulu sehingga mereka memenuhi kesiapan tersebut dari penghasilan yang
didapat dari pekerjaannya. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 27 mahasiswa yang termasuk
dalam kategori sangat siap. Mahasiswa ini memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak, bersedia dan mampu menjadi
pasangan dalam hubungan seksual, bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim, memiliki kelembutan dan kasih sayang kepada orang lain,
dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran; perasaan; dan harapan, bersedia menerima keterbatasan pada diri sendiri maupun orang lain,
bersedia menjadi suami atau istri yang bertanggung jawab, serta memiliki kematangan emosi yang baik sehingga mereka lebih siap dalam menghadapi
pernikahan yang baik. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 baru
saja memasuki kuliah semester 6 yang masih harus menempuh kuliah sekitar 1 tahun lagi untuk menyelesaikan pendidikannya. Ini merupakan prioritas
utama mereke sebelum memutuskan untuk menjalani hidup pernikahan. Sehingga mahasiswa diharapkan untuk tidak terburu-buru dalam mengambil
keputusan untuk menikah walaupun menurut hasil penelitian mereka sudah
siap karena prioritas utama mereka saat ini adalah menyelesaikan pendidikan sarjana dengan sebaik-baiknya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma memiliki kesiapan
menikah tinggi yang artinya mereka sangat siap dalam menghadapi pernikahan. Para mahasiswa memiliki kemampuan yang baik dalam
menjalankan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Namun, mereka juga masih harus menyelesaikan prioritas utama mereka yaitu menyelasaikan
pendidikan.
C. Topik-Topik Bimbingan Keluarga Untuk Meningkatkan Kesiapan