29
c. Karakteristik butir soal
a Daya pembeda
Ratnawulan 2015: 169 menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara
siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidakkurangbelum menguasai materi yang ditanyakan. Menurut
Purwanto 2009: 102 daya pembeda adalah kemampuan butir soal membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah.
Arifin 2009: 133 daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai menguasai
materi dengan peserta didik yang kurang pandai kurangtidak menguasai materi.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa daya beda adalah kemampuan item soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai menguasai materi pelajaran dengan siswa yang kurang pandai tidak menguasai materi pelajaran.
b Tingkat kesukaran
Menurut Aiken dalam Ratnawulan, 2015: 169 tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam
bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,00. Purwanto 2009: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
99 memaparkan tingkat kesulitan adalah proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar. Rentang nilai tingkat kesulitan antara 0-1.
Semakin tinggi tingkat kesulitan, maka butir soal semakin mudah dan banyak yang menjawab dengan benar. Sebaliknya jika semakin
rendah tingkat kesulitan maka butir semakin sukar dan sedikit yang menjawab benar. Tingkat kesukaran diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu sukar, sedang, dan mudah. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
tingkat kesukaran adalah sebuah peluang untuk menjawab dengan benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu. Kriteria yang
sudah ditentukan dalam tingkat kesukaran ada tiga yaitu sukar, sedang, dan mudah. Semakin tinggi tingkat kesukaran maka soal
tersebut akan dikategorikan dalam soal yang mudah namun apabila soal tersebut tingkat kesukarannya rendah maka soal tersebut
dikategorikan sebagai soal yang sukar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
c Analisis pengecoh
Menurut Purwanto 2009: 108 pengecoh disebut sebagai penyesat atau penggoda yang merupakan jawaban tetapi bukan
merupakan kunci jawaban. Pengecoh dibuat untuk menyesatkan siswa dan mengoda siswa yang kurang begitu jelas dengan materi
untuk memilih jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Arifin 2009:279 menjelaskan bahwa butir soal dapat
dikatakan baik apabila pengecohnya dipilih secara merata oleh peserta tes, sedangkan butir soal dapat dikatakan kurang baik
apabila pengecohnya dipilih secara tidak merata. Arikunto 2012: 234 mengungkapkan bahwa sebuah
distraktor
dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 peserta
tes. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
pengecoh adalah sebuah pilihan jawaban yang bukan termasuk dalam kunci jawaban yang berfungsi sebagai pengecoh atau
penggoda peserta tes agar memilih pengecoh tersebut. Pengecoh tersebut akan berfungsi dengan baik jika jawaban pengecoh
tersebut dipilih secara merata oleh peserta tes paling sedikit dipilih sebanyak 5.
32
4 Pengembangan Tes Hasil Belajar
Menurut Djaali dalam Sudaryono dkk 2013: 65 penyusunan dan pengembangan tes dimaksudkan untuk memperoleh tes yang valid,
sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta
tes setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Langkah-langkah
konstruksi tes yang di tempuh adalah sebagai berikut :
a Menetapkan tujuan tes. Tes prestasi belajar dapat dibuat untuk
bermacam-macam tujuan, seperti: 1 tes yang bertujuan untuk mengadakan ujian nasional atau ujian lain yang sejenis, 2 tes
yang bertujuan untuk mengadakan seleksi, 3 tes yang bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa yang
dikenal dengan tes diagnosis. b
Analisis kurikulum. Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan yang akan dijadikan
dasar dalam menentukan jumlah item atau butir soal untuk setiap pokok bahasan soal objektif atau bobot soal untuk untuk
uraian, dalam membuat kisi-kisi tes. c
Analisis buku pelajaran sumber materi belajar lainnya. Analisis ini mempunyai tujuan yang sama dengan analisis kurikulum,
yaitu menentukan bobot setiap pokok bahasan. Namun dalam analisis buku pelajaran menentukan bobot setiap pokok bahasan
33
berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber materi belajar lainnya.
d Membuat kisi-kisi. Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin
sampel soal yang baik, dalam arti mencangkup semua pokok bahasan secara proporsional. Agar item-item atau butir-butir tes
mencangkup keseluruhan materi pokok bahasan atau sub pokok bahasan secara proporsional, maka sebelum menulis butir-butir
tes terlebih dahulu membuat kisi-kisi sebagai pedoman. e
Penulisan Tujuan Instruksional Khusus TIK. Penulisan TIK harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. TIK harus
mencerminkan tingkah laku siswa, oleh karena itu harus dirumuskan secara operasional, dan secara teknis menggunakan
kata-kata operasional. f
Penulisan soal. Setelah kisi-kisi dalam bentuk tabel spesifikasi telah tersedia, maka yang kemudian dibuat adalah butir-butir
soal. Petunjuk yang perlu diperhatikan dalam membuat butir- butir soal adalah:
a Soal yang dibuat harus valid validitas konstruk dalam arti
mampu mengukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
34
b Soal yang dibuat harus dapat dikerjakan dengan
menggunakan satu kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi kemampuan lain yang tidak relevan.
c Soal yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau
diselesaikan dengan langkah-langkah lengkap sebelum digunakan pada tes yang sesungguhnya.
d Menetapkan sejak awal aspek kemampuan yang hendak
diukur untuk setiap soal matematika yang dibuat. e
Dalam membuat soal matematika, hindari sejauh mungkin kesalahan-kesalahan
ketik, kerena
hal itu
akan mempengaruhi validitas soal.
f Memberikan petunjuk mengerjakan soal secara lengkap dan
jelas untuk setiap bentuk soal metematika dalam suatu tes. g
Telaah soal
face validity.
Soal-soal yang dibuat masih mungkin terjadi kekuranagan atau kekeliruan yang
menyangkut aspek kemampuan spesifik yang diukur, bahasa yang digunakan, kesalahan ketik dan lain
sebagainya. Untuk itu sebelum diperbanyak maka soal terlebih dahulu harus ditelaah oleh teman sejawat yang
mendalami materi tes maupun teknik penulisan soal untuk meneliti validitas permukaan dari soal yang dibuat.
35
h Produksi soal terbatas. Tes yang sudah diperbanyak dalam
jumlah yang cukup menurut jumlah sampel uji coba atau jumlah peserta yang akan mengerjakan tes tersebut dalam
suatu kegiatan uji coba tes. i
Uji coba tes. Tes yang sudah diperbanyak itu akan diuji- cobakan pada sejumlah sampel yang telah ditentukan.
Sampel uji coba harus mempunyai karakteristik yang kurang lebih sama dengan karakteristik peserta tes yang
sesungguhnya. j
Analisis hasil uji coba. Berdasarkan data hasil ujicoba dilakukan analisis, terutama analisis butir soal yang
meliputi validitas butir, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh. Berdasarkan validitas
butir soal tersebut dilakukan seleksi soal menggunakan kriteria validitas tertentu.
k Revisi soal. Soal-soal yang valid berdasarkan kriteria
validitas empirik dikonfirmasikan dengan kisi-kisi. Apabila soal-soal tersebut sudah memenuhi syarat dan telah
mewakili semua materi semua materi yang akan diujikan, soal-soal tersebut selanjutnya dirakit menjadi sebuah tes,
namun jika masih ada soal-soal yang valid belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-
36
kisi, dapat dilakukan perbaikan terhadap soal yang diperlukan.
l Merakit soal menjadi tes. Urutan soal dalam suatu tes
dilakukan dengan mengurutkan tingkat kesukaran soal, yaitu dari soal yang mudah sampai dengan soal yang sulit.
Sedangkan menurut Widoyoko 2009: 88 menyatakan bahwa ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam
mengembangkan tes hasil belajar, di antaranya adalah : 1.
Menyusun spesifikasi tes Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah
menetapkan spesifikasi tes, yaitu yang berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu
tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal. Penyusunan spesifikasi tes mencangkup kegiatan: 1 menentukan
tujuan tes, 2 menyusun kisi-kisi tes, 3 memilih bentuk tes, 4 menentukan panjang tes.
a Menentukan tujuan tes
Ditinjau dari segi tujuan ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu
1. Tes penempatan dilaksanakan pada awal pelajaran, untuk
mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik.
37
2. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar
yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa
sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran. Tes ini memberikan informasi tentang konsep-
konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh peserta didik, namun
tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah. 3.
Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukkan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Hal
ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester.
4. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir
semester, untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran tertentu. Tingkat keberhasilan
tersebut dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes
sumatif bervariasi. b
Menyusun kisi-kisi Kisi-kisi atau biasa juga disebut sebagai tabel
spesifikasi tes merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan
38
bagi penulis soal, sehingga menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.
Empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu: 1 menulis standar kompetensi dan kompetensi
dasar, 2 menentukan indikator, 3 membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan, 4
menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan.
c Memilih bentuk tes
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa
lembar jawaban tes, cangkupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk soal tes objektif pilihan
ganda sangat tepat digunakan bila jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cangkupan materi yang diujikan
banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer sehingga
objektivitas penskoran dapat dijamin. d
Menentukan panjang tes Penentuan panjang tes didasarkan pada cangkupan materi
ujian dan kelelahan peserta tes. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2. Menulis soal tes
Penulisan soal merupakan langkah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan
perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel.
3. Menelaah soal tes
Menelaah soal perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatan soal masih ditemukan kekurangan dan
kesalahan. Sering kali kelemahan dan kekurangan terjadi baik dari segi tata bahasa maupun dari substansi yang tidak terlihat
oleh pembuat soal. Menelaah soal dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari para ahli yang secara bersama-sama dalam tim
menelaah atau mengkoreksi soal. 4.
Melakukan uji coba tes Sebelum soal digunakan maka uji coba dilakukan untuk
memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini dilakukan sebagai sarana untuk memperbaiki data empirik tentang tingkat kebaikan soal
yang telah disusun. Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas
pengecoh, daya beda, dan lain-lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
5. Menganalisis butir soal
Berdasarkan hasil uji coba perlu dilakukan analisis butir soal yang telah disusun. Melalui analisis butir soal dapat diketahui
tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda, dan juga efektifitas pengecoh.
6. Memperbaiki tes
Melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih kurang sesuai dengan yang diharapkan, dengan cara
memperbaiki butir-butir soal yang ternyata masih belum baik. 7.
Merakit tes Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki langkah
berikutnya adalah merakit butir-butir soal menjadi satu kesatuan tes. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi
validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan, bentuk soal,
lay out,
dan sebagainya harus diperhatikan. 8.
Melaksanakan tes Langkah berikutnya adalah dengan memberikan tes tersebut
kepada peserta tes untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
9. Menafsirkan hasil tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu nilai rendah,
41
menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu dikaitkan dengan acuan penilaian.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ada sembilan langkah yang perlu dilaksanakan dalam
mengembangkan tes hasil belajar, yaitu: 1 menyusun spesifikasi tes dengan menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih
bentuk tes, dan menentukan panjang tes, 2 menulis soal tes, 3 menelaah soal tes dengan dibantu sejumlah orang yang terdiri dari
para ahli, 4 melakukan uji coba tes, 5 menganalisis soal tes berdasarkan tingkat kesukaran, validitas, reliabilitas, daya beda,
dan efektifitas pengecoh, 6 memperbaiki tes, 7 merakit tes, 8 melaksanakan tes dengan mengujikan kepada siswa, 9
menafsirkan hasil tes.
5 Taksonomi Tes Hasil Belajar
Menurut Supratiknya 2012: 5 taksonomi adalah klasifikasi atau penggolongan tentang objek atau gejala berdasarkan satu atau lebih
prinsip tertentu. Dalam taksonomi penggolongan objek atau gejala disertai dengan pengurutannya secara berjenjang, mulai dari yang
paling sederhana yang ditempatkan pada jenjang atau urutan paling bawah sampai paling kompleks dan yang ditempatkan pada jenjang atau
urutan puncak. Dalam hirarki salah satu taksonomi tujuan pengajaran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
yang dikenal dan dipakai secara luas adalah taksonomi tujuan pengajaran yang digagas oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan.
Taksonomi Bloom ranah kognitif merupakan salah satu kerangka dasar untuk mengkategorikan tujuan-tujuan pendidikan,
penyusunan tes, dan kurikulum. Menurut Tarlinton Supratiknya, 2012: 7 Anderson merevisi taksonomi Bloom dalam ranah
kognitif
. Dua perubahan yang dilakukannya meliputi: 1 menghilangkan kemampuan
taraf 5
Sintesis,
menggeser kemampuan taraf 6
Evaluasi
menjadi kemampuan taraf 5, dan memasukkan jenis kemampuan baru menjadi
taraf 6 yakni
Creating
atau Menciptakan, serta mengubah nama keenam kategori, dari kata benda menjadi kata kerja. Tingkatan taksonomi
Bloom yakni : 1 mengingat
remember
, 2 memahami
understand,
3 mengaplikasikan
apply,
4 menganalisis
analyze,
5 mengevaluasi
evaluate,
dan 6 mencipta
create.
Proses kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Mengingat
Remember
Proses mengingat merupakan pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Mengingat kembali data atau informasi.
Kata kerja operasional proses kognitif mengingat meliputi mengenal dan membilang.
43
2. Memahami
Understand
Proses memahami adalah pengetahuan mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik secara lisan, tulisan atau
grafis. Menjelaskan aneka gagasan atau konsep. Memahami makna, terjemahan, perluasan data penjabaran, dan penafsiran
dari aneka perintah atau masalah. Kata kerja operasional proses kognitif memahami meliputi merinci dan menggunakan.
3. Mengaplikasikan
Apply
Proses mengaplikasikan adalah menggunakan langkah-langkah untuk
mengerjakan soal
atau menyelesaikan
masalah. Menggunakan informasi dalam situasi lain dalam kehidupan
sehari-hari. Menerapkan hasil belajar di kelas dalam situasi baru di luar kelas. Kata kerja operasional proses kognitif
mengaplikasikan meliputi menghitung dan menentukan. 4.
Menganalisis
Analyze
Proses menganalisis adalah proses memecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan membutuhkan hubungan antar bagian
dan antar setiap bagian dan struktur keseluruhan
.
Mengurai informasi kedalam bagian-bagian atau unsur-unsur untuk
menemukan pemahaman dan hubungan-hubungan, memilah materi atau konsep ke dalam bagian-bagian sehingga struktur
organisasinya dapat dipahami, membedakan antara fakta dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pendapat. Kata kerja operasional proses kognitif menganalisis
meliputi memecahkan, menegaskan dan menganalisis. 5.
Mengevaluasi
Evaluate
Proses mengevaluasi adalah membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Memberikan pembenaran terhadap sebuah
keputusan atau rangkaian tindakan tertentu, membuat penilaian tentang nilai dari sebuah gagasan atau hal. Kata kerja operasional
proses kognitif mengevaluasi meliputi memutuskan. 6.
Mencipta
Create
Proses mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen menjadi keseluruhan yang
koheren
dan fungsional. Mengeluarkan aneka gagasan, produk, atau cara melihat persoalan yang baru
.
Kata kerja operasional proses kognitif mencipta meliputi memperjelas,
dan memutuskan.
6 Program TAP
Test Analysis Program
Test Analysis Program TAP
merupakan salah satu
software
yang digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar. Lewis dalam
Wirastri, 2014: 43 menyatakan bahwa program TAP
Test Analysis Program
dapat digunakan untuk menganalisis: a.
Total nilai yang diperoleh siswa untuk mengetahui
mean
rata- rata, minimal nilai yang didapat siswa, maksimum nilai yang
didapat siswa, serta untuk menentukan standar deviasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
b. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.
c. Untuk mengetahui daya pembeda pada soal yang berguna untuk
membedakan siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar. d.
Untuk mengetahui validitas soal. e.
Untuk mengetahui reliabilitas pada soal. f.
Untuk mengetahui pengecoh yang ada pada soal dapat berfungsi dengan baik atau tidak.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa TAP adalah salah satu
software
yang digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar. TAP dapat digunakan untuk menentukan nilai, validitas,
reliabilitas, daya pembeda soal, pengecoh, serta untuk mengetahui tingkat kesukaran pada soal.
7 Matematika
Johnson dan Rising dalam Runtukahu dan Kendau, 2013: 28 menyatakan sebagai berikut: 1 Matematika adalah pengetahuan
terstruktur, di mana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan
aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. 2 Matematika adalah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan
menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat. 3 Matematika adalah seni, di mana keindahannya terdapat
dalam keterurutan dan keharmonisan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Beth dan Piaget dalam Runtukahu dan Kendau, 2013: 28 menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang berkaitan
dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik.
Kline dalam Runtukahu dan Kendau, 2013: 28 cenderung menyatakan matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri,
tetapi dalam membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Reys dkk dalam Runtukahu dan Kendau, 2013: 29 menyatakan matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan
strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah sebuah ilmu mengenai sebuah struktur dan hubungan-hubungan,
simbol-simbol yang diperlukan, dan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk berfikir dalam menyelesaikan masalah yang
berhubungan dan terkait dengan kehidupan sehari-hari serta mampu memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
8 Kompetensi Dasar
Kusaeri 2014: 30 menyatakan Kompetensi Dasar KD adalah tujuan pembelajaran yang memiliki cangkupan luas. Susilo 2007: 98
menambahkan bahwa kompetensi mencangkup tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki siswa untuk dapat melaksanakan
tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar adalah suatu tujuan pembelajaran yang mempunyai
cangkupan yang luas tentang tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki siswa agar tugas pembelajaran dapat sesuai dengan
jenis pekerjaan atau tugas yang telah ditetapkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan di bawah ini adalah jurnal dan
penelitian yang berkaitan dengan pengembangan tes.
Penelitian pertama
adalah penelitian
dengan judul
“Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Melakukan Operasi Hitung Satuan Waktu Untuk Siswa Kelas V
Sekolah Dasar” yang disusun oleh Ana Andiyastuti pada tahun 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan atau
Research and Development RD
. Langkah- langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan, meliputi: 1
potensi dan masalah, 2 pengumpulan data, 3 desain produk, 4 validasi desain, 5 revisi desain, 6 uji coba produk, 7 revisi produk.
Subjek penelitian yang digunakan adalah 30 siswa kelas V A dan 30 siswa kelas VB SD N Denggung. Hasil penelitian dan pengembanagan
ini menunjukkan bahwa 1 langkah-langkah penelitian dan pengembangan, meliputi: a potensi dan masalah, b pengumpulan
data, c desain produk, d validasi desain, e revisi desain, f uji coba produk, g revisi produk, 2 hasil uji empiris, meliputi: a soal yang
valid sebanyak 46, b reliabilitas tes termasuk dalam kategori tinggi, c daya pembeda dengan kategori baik dan sangat baik sebanyak 23
butir soal, d tingkat kesukaran dengan kategori mudah sebanyak 22, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI