Karakteristik butir soal Reliabilitas Eksternal

29

c. Karakteristik butir soal

a Daya pembeda Ratnawulan 2015: 169 menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidakkurangbelum menguasai materi yang ditanyakan. Menurut Purwanto 2009: 102 daya pembeda adalah kemampuan butir soal membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. Arifin 2009: 133 daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai menguasai materi dengan peserta didik yang kurang pandai kurangtidak menguasai materi. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa daya beda adalah kemampuan item soal untuk membedakan antara siswa yang pandai menguasai materi pelajaran dengan siswa yang kurang pandai tidak menguasai materi pelajaran. b Tingkat kesukaran Menurut Aiken dalam Ratnawulan, 2015: 169 tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,00. Purwanto 2009: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 99 memaparkan tingkat kesulitan adalah proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar. Rentang nilai tingkat kesulitan antara 0-1. Semakin tinggi tingkat kesulitan, maka butir soal semakin mudah dan banyak yang menjawab dengan benar. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat kesulitan maka butir semakin sukar dan sedikit yang menjawab benar. Tingkat kesukaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sukar, sedang, dan mudah. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran adalah sebuah peluang untuk menjawab dengan benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu. Kriteria yang sudah ditentukan dalam tingkat kesukaran ada tiga yaitu sukar, sedang, dan mudah. Semakin tinggi tingkat kesukaran maka soal tersebut akan dikategorikan dalam soal yang mudah namun apabila soal tersebut tingkat kesukarannya rendah maka soal tersebut dikategorikan sebagai soal yang sukar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 c Analisis pengecoh Menurut Purwanto 2009: 108 pengecoh disebut sebagai penyesat atau penggoda yang merupakan jawaban tetapi bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh dibuat untuk menyesatkan siswa dan mengoda siswa yang kurang begitu jelas dengan materi untuk memilih jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Arifin 2009:279 menjelaskan bahwa butir soal dapat dikatakan baik apabila pengecohnya dipilih secara merata oleh peserta tes, sedangkan butir soal dapat dikatakan kurang baik apabila pengecohnya dipilih secara tidak merata. Arikunto 2012: 234 mengungkapkan bahwa sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 peserta tes. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pengecoh adalah sebuah pilihan jawaban yang bukan termasuk dalam kunci jawaban yang berfungsi sebagai pengecoh atau penggoda peserta tes agar memilih pengecoh tersebut. Pengecoh tersebut akan berfungsi dengan baik jika jawaban pengecoh tersebut dipilih secara merata oleh peserta tes paling sedikit dipilih sebanyak 5. 32 4 Pengembangan Tes Hasil Belajar Menurut Djaali dalam Sudaryono dkk 2013: 65 penyusunan dan pengembangan tes dimaksudkan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Langkah-langkah konstruksi tes yang di tempuh adalah sebagai berikut : a Menetapkan tujuan tes. Tes prestasi belajar dapat dibuat untuk bermacam-macam tujuan, seperti: 1 tes yang bertujuan untuk mengadakan ujian nasional atau ujian lain yang sejenis, 2 tes yang bertujuan untuk mengadakan seleksi, 3 tes yang bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa yang dikenal dengan tes diagnosis. b Analisis kurikulum. Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan yang akan dijadikan dasar dalam menentukan jumlah item atau butir soal untuk setiap pokok bahasan soal objektif atau bobot soal untuk untuk uraian, dalam membuat kisi-kisi tes. c Analisis buku pelajaran sumber materi belajar lainnya. Analisis ini mempunyai tujuan yang sama dengan analisis kurikulum, yaitu menentukan bobot setiap pokok bahasan. Namun dalam analisis buku pelajaran menentukan bobot setiap pokok bahasan 33 berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber materi belajar lainnya. d Membuat kisi-kisi. Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal yang baik, dalam arti mencangkup semua pokok bahasan secara proporsional. Agar item-item atau butir-butir tes mencangkup keseluruhan materi pokok bahasan atau sub pokok bahasan secara proporsional, maka sebelum menulis butir-butir tes terlebih dahulu membuat kisi-kisi sebagai pedoman. e Penulisan Tujuan Instruksional Khusus TIK. Penulisan TIK harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. TIK harus mencerminkan tingkah laku siswa, oleh karena itu harus dirumuskan secara operasional, dan secara teknis menggunakan kata-kata operasional. f Penulisan soal. Setelah kisi-kisi dalam bentuk tabel spesifikasi telah tersedia, maka yang kemudian dibuat adalah butir-butir soal. Petunjuk yang perlu diperhatikan dalam membuat butir- butir soal adalah: a Soal yang dibuat harus valid validitas konstruk dalam arti mampu mengukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 34 b Soal yang dibuat harus dapat dikerjakan dengan menggunakan satu kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi kemampuan lain yang tidak relevan. c Soal yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau diselesaikan dengan langkah-langkah lengkap sebelum digunakan pada tes yang sesungguhnya. d Menetapkan sejak awal aspek kemampuan yang hendak diukur untuk setiap soal matematika yang dibuat. e Dalam membuat soal matematika, hindari sejauh mungkin kesalahan-kesalahan ketik, kerena hal itu akan mempengaruhi validitas soal. f Memberikan petunjuk mengerjakan soal secara lengkap dan jelas untuk setiap bentuk soal metematika dalam suatu tes. g Telaah soal face validity. Soal-soal yang dibuat masih mungkin terjadi kekuranagan atau kekeliruan yang menyangkut aspek kemampuan spesifik yang diukur, bahasa yang digunakan, kesalahan ketik dan lain sebagainya. Untuk itu sebelum diperbanyak maka soal terlebih dahulu harus ditelaah oleh teman sejawat yang mendalami materi tes maupun teknik penulisan soal untuk meneliti validitas permukaan dari soal yang dibuat. 35 h Produksi soal terbatas. Tes yang sudah diperbanyak dalam jumlah yang cukup menurut jumlah sampel uji coba atau jumlah peserta yang akan mengerjakan tes tersebut dalam suatu kegiatan uji coba tes. i Uji coba tes. Tes yang sudah diperbanyak itu akan diuji- cobakan pada sejumlah sampel yang telah ditentukan. Sampel uji coba harus mempunyai karakteristik yang kurang lebih sama dengan karakteristik peserta tes yang sesungguhnya. j Analisis hasil uji coba. Berdasarkan data hasil ujicoba dilakukan analisis, terutama analisis butir soal yang meliputi validitas butir, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh. Berdasarkan validitas butir soal tersebut dilakukan seleksi soal menggunakan kriteria validitas tertentu. k Revisi soal. Soal-soal yang valid berdasarkan kriteria validitas empirik dikonfirmasikan dengan kisi-kisi. Apabila soal-soal tersebut sudah memenuhi syarat dan telah mewakili semua materi semua materi yang akan diujikan, soal-soal tersebut selanjutnya dirakit menjadi sebuah tes, namun jika masih ada soal-soal yang valid belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi- 36 kisi, dapat dilakukan perbaikan terhadap soal yang diperlukan. l Merakit soal menjadi tes. Urutan soal dalam suatu tes dilakukan dengan mengurutkan tingkat kesukaran soal, yaitu dari soal yang mudah sampai dengan soal yang sulit. Sedangkan menurut Widoyoko 2009: 88 menyatakan bahwa ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar, di antaranya adalah : 1. Menyusun spesifikasi tes Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes, yaitu yang berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal. Penyusunan spesifikasi tes mencangkup kegiatan: 1 menentukan tujuan tes, 2 menyusun kisi-kisi tes, 3 memilih bentuk tes, 4 menentukan panjang tes. a Menentukan tujuan tes Ditinjau dari segi tujuan ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu 1. Tes penempatan dilaksanakan pada awal pelajaran, untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. 37 2. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran. Tes ini memberikan informasi tentang konsep- konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah. 3. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukkan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester. 4. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester, untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran tertentu. Tingkat keberhasilan tersebut dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi. b Menyusun kisi-kisi Kisi-kisi atau biasa juga disebut sebagai tabel spesifikasi tes merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan 38 bagi penulis soal, sehingga menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama. Empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu: 1 menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar, 2 menentukan indikator, 3 membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan, 4 menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan. c Memilih bentuk tes Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cangkupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk soal tes objektif pilihan ganda sangat tepat digunakan bila jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cangkupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer sehingga objektivitas penskoran dapat dijamin. d Menentukan panjang tes Penentuan panjang tes didasarkan pada cangkupan materi ujian dan kelelahan peserta tes. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 2. Menulis soal tes Penulisan soal merupakan langkah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel. 3. Menelaah soal tes Menelaah soal perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatan soal masih ditemukan kekurangan dan kesalahan. Sering kali kelemahan dan kekurangan terjadi baik dari segi tata bahasa maupun dari substansi yang tidak terlihat oleh pembuat soal. Menelaah soal dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari para ahli yang secara bersama-sama dalam tim menelaah atau mengkoreksi soal. 4. Melakukan uji coba tes Sebelum soal digunakan maka uji coba dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini dilakukan sebagai sarana untuk memperbaiki data empirik tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 5. Menganalisis butir soal Berdasarkan hasil uji coba perlu dilakukan analisis butir soal yang telah disusun. Melalui analisis butir soal dapat diketahui tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda, dan juga efektifitas pengecoh. 6. Memperbaiki tes Melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih kurang sesuai dengan yang diharapkan, dengan cara memperbaiki butir-butir soal yang ternyata masih belum baik. 7. Merakit tes Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki langkah berikutnya adalah merakit butir-butir soal menjadi satu kesatuan tes. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan, bentuk soal, lay out, dan sebagainya harus diperhatikan. 8. Melaksanakan tes Langkah berikutnya adalah dengan memberikan tes tersebut kepada peserta tes untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 9. Menafsirkan hasil tes Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu nilai rendah, 41 menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu dikaitkan dengan acuan penilaian. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ada sembilan langkah yang perlu dilaksanakan dalam mengembangkan tes hasil belajar, yaitu: 1 menyusun spesifikasi tes dengan menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih bentuk tes, dan menentukan panjang tes, 2 menulis soal tes, 3 menelaah soal tes dengan dibantu sejumlah orang yang terdiri dari para ahli, 4 melakukan uji coba tes, 5 menganalisis soal tes berdasarkan tingkat kesukaran, validitas, reliabilitas, daya beda, dan efektifitas pengecoh, 6 memperbaiki tes, 7 merakit tes, 8 melaksanakan tes dengan mengujikan kepada siswa, 9 menafsirkan hasil tes. 5 Taksonomi Tes Hasil Belajar Menurut Supratiknya 2012: 5 taksonomi adalah klasifikasi atau penggolongan tentang objek atau gejala berdasarkan satu atau lebih prinsip tertentu. Dalam taksonomi penggolongan objek atau gejala disertai dengan pengurutannya secara berjenjang, mulai dari yang paling sederhana yang ditempatkan pada jenjang atau urutan paling bawah sampai paling kompleks dan yang ditempatkan pada jenjang atau urutan puncak. Dalam hirarki salah satu taksonomi tujuan pengajaran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 yang dikenal dan dipakai secara luas adalah taksonomi tujuan pengajaran yang digagas oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan. Taksonomi Bloom ranah kognitif merupakan salah satu kerangka dasar untuk mengkategorikan tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum. Menurut Tarlinton Supratiknya, 2012: 7 Anderson merevisi taksonomi Bloom dalam ranah kognitif . Dua perubahan yang dilakukannya meliputi: 1 menghilangkan kemampuan taraf 5 Sintesis, menggeser kemampuan taraf 6 Evaluasi menjadi kemampuan taraf 5, dan memasukkan jenis kemampuan baru menjadi taraf 6 yakni Creating atau Menciptakan, serta mengubah nama keenam kategori, dari kata benda menjadi kata kerja. Tingkatan taksonomi Bloom yakni : 1 mengingat remember , 2 memahami understand, 3 mengaplikasikan apply, 4 menganalisis analyze, 5 mengevaluasi evaluate, dan 6 mencipta create. Proses kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengingat Remember Proses mengingat merupakan pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Mengingat kembali data atau informasi. Kata kerja operasional proses kognitif mengingat meliputi mengenal dan membilang. 43 2. Memahami Understand Proses memahami adalah pengetahuan mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik secara lisan, tulisan atau grafis. Menjelaskan aneka gagasan atau konsep. Memahami makna, terjemahan, perluasan data penjabaran, dan penafsiran dari aneka perintah atau masalah. Kata kerja operasional proses kognitif memahami meliputi merinci dan menggunakan. 3. Mengaplikasikan Apply Proses mengaplikasikan adalah menggunakan langkah-langkah untuk mengerjakan soal atau menyelesaikan masalah. Menggunakan informasi dalam situasi lain dalam kehidupan sehari-hari. Menerapkan hasil belajar di kelas dalam situasi baru di luar kelas. Kata kerja operasional proses kognitif mengaplikasikan meliputi menghitung dan menentukan. 4. Menganalisis Analyze Proses menganalisis adalah proses memecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan membutuhkan hubungan antar bagian dan antar setiap bagian dan struktur keseluruhan . Mengurai informasi kedalam bagian-bagian atau unsur-unsur untuk menemukan pemahaman dan hubungan-hubungan, memilah materi atau konsep ke dalam bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, membedakan antara fakta dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 pendapat. Kata kerja operasional proses kognitif menganalisis meliputi memecahkan, menegaskan dan menganalisis. 5. Mengevaluasi Evaluate Proses mengevaluasi adalah membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Memberikan pembenaran terhadap sebuah keputusan atau rangkaian tindakan tertentu, membuat penilaian tentang nilai dari sebuah gagasan atau hal. Kata kerja operasional proses kognitif mengevaluasi meliputi memutuskan. 6. Mencipta Create Proses mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen menjadi keseluruhan yang koheren dan fungsional. Mengeluarkan aneka gagasan, produk, atau cara melihat persoalan yang baru . Kata kerja operasional proses kognitif mencipta meliputi memperjelas, dan memutuskan. 6 Program TAP Test Analysis Program Test Analysis Program TAP merupakan salah satu software yang digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar. Lewis dalam Wirastri, 2014: 43 menyatakan bahwa program TAP Test Analysis Program dapat digunakan untuk menganalisis: a. Total nilai yang diperoleh siswa untuk mengetahui mean rata- rata, minimal nilai yang didapat siswa, maksimum nilai yang didapat siswa, serta untuk menentukan standar deviasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 b. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. c. Untuk mengetahui daya pembeda pada soal yang berguna untuk membedakan siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar. d. Untuk mengetahui validitas soal. e. Untuk mengetahui reliabilitas pada soal. f. Untuk mengetahui pengecoh yang ada pada soal dapat berfungsi dengan baik atau tidak. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa TAP adalah salah satu software yang digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar. TAP dapat digunakan untuk menentukan nilai, validitas, reliabilitas, daya pembeda soal, pengecoh, serta untuk mengetahui tingkat kesukaran pada soal. 7 Matematika Johnson dan Rising dalam Runtukahu dan Kendau, 2013: 28 menyatakan sebagai berikut: 1 Matematika adalah pengetahuan terstruktur, di mana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. 2 Matematika adalah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat. 3 Matematika adalah seni, di mana keindahannya terdapat dalam keterurutan dan keharmonisan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Beth dan Piaget dalam Runtukahu dan Kendau, 2013: 28 menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Kline dalam Runtukahu dan Kendau, 2013: 28 cenderung menyatakan matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi dalam membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Reys dkk dalam Runtukahu dan Kendau, 2013: 29 menyatakan matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah sebuah ilmu mengenai sebuah struktur dan hubungan-hubungan, simbol-simbol yang diperlukan, dan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk berfikir dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dan terkait dengan kehidupan sehari-hari serta mampu memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 8 Kompetensi Dasar Kusaeri 2014: 30 menyatakan Kompetensi Dasar KD adalah tujuan pembelajaran yang memiliki cangkupan luas. Susilo 2007: 98 menambahkan bahwa kompetensi mencangkup tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki siswa untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar adalah suatu tujuan pembelajaran yang mempunyai cangkupan yang luas tentang tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki siswa agar tugas pembelajaran dapat sesuai dengan jenis pekerjaan atau tugas yang telah ditetapkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan di bawah ini adalah jurnal dan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan tes. Penelitian pertama adalah penelitian dengan judul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Melakukan Operasi Hitung Satuan Waktu Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar” yang disusun oleh Ana Andiyastuti pada tahun 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development RD . Langkah- langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan, meliputi: 1 potensi dan masalah, 2 pengumpulan data, 3 desain produk, 4 validasi desain, 5 revisi desain, 6 uji coba produk, 7 revisi produk. Subjek penelitian yang digunakan adalah 30 siswa kelas V A dan 30 siswa kelas VB SD N Denggung. Hasil penelitian dan pengembanagan ini menunjukkan bahwa 1 langkah-langkah penelitian dan pengembangan, meliputi: a potensi dan masalah, b pengumpulan data, c desain produk, d validasi desain, e revisi desain, f uji coba produk, g revisi produk, 2 hasil uji empiris, meliputi: a soal yang valid sebanyak 46, b reliabilitas tes termasuk dalam kategori tinggi, c daya pembeda dengan kategori baik dan sangat baik sebanyak 23 butir soal, d tingkat kesukaran dengan kategori mudah sebanyak 22, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

0 1 225

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 0 303

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1 6 280

Pengembangan tes hasil belajar matematika materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.

0 3 264

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

0 7 269

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 200

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 4 187

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar

0 1 223

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 13 301

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

0 0 267