8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kultur Keluarga
1. Pengertian Kultur Banyak ahli mendefinisikan kultur secara berbeda-beda. The
American Heritage Dictionary dalam Kotter, 1992:4 mendefinisikan kultur sebagai:
The totality of socially transmitted behavior patterns, arts, beliefs, institutions, and all other products of human work and
thought characteristics of a community or population.
Kultur merupakan keseluruhan pola keperilakuan manusia, seni, kepercayaan, lembaga- lembaga, dan keseluruhan hasil karya manusia yang
mewujudkan karakteristik-karakteristik yang dibawa dari komunitas atau masyarakatnya.
Tylor dalam Conrad Phillip Kottak 1991:37 mendefinisikan kultur sebagai berikut:
Cultur is that complex whole which includes knowledge, belief, arts, morals, law, custom, and any other capabilities and habits
acquired by man as a member of society.
Kultur merupakan sesuatu yang kompleksmenyeluruh mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan serta kebiasaan yang diperlukan manusia sebagai anggota masyarakat.
Sementara itu, Hofstede 1994:5 mengartikan kultur sebagai: A collective phenomenon, because it is at least partly shared with
people who live or lived within the same social environment, which is there it was learned. It is collective programming of the
mind which distinguishes the members of the one group or category of people from another.
Kultur merupakan bentuk pemprograman mental secara kolektif yang membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok yang lainnya
dalam pola pikir, perasaan, dan tindakan anggota suatu kelompok. Hofstede 1994:4 karenanya menyebutkan kultur sebagai “software of the
mind ”. Sebagai bentuk pemprograman mental secara kolektif, kultur
cenderung sulit berubah karena telah terkristalisasi dalam lembaga yang telah mereka bangun.
Dengan demikian kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama dalam suatu kelompok, yang mencakup pola berpikir,
berperilaku, sikap nilai yang tercermin dalam wujud fisik maupun abstrak yang membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok yang
lainnya.
2. Pengertian Keluarga Yang dimaksud keluarga adalah keluarga asal anak, dimana anak
dilahirkan, dibesarkan, dan hidup bersama ayah, ibu, dan saudaranya Kartono, 1985:27. Sedangkan Paul B. Horton dalam Manurung
1995:47 mendefinisikan keluarga sebagai berikut: The family is defined as a kinship grouping which provides for
the rearing of children and for certain other human needs. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keluarga diartikan sebagai suatu kelompok pertalian nasib keluarga yang dapat dijadikan tempat untuk membimbing anak-anak dan
untuk pemenuhan kebutuhan hidup lainnya. Sementara menurut Ahmadi 1991:239, keluarga dalam bentuk
murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu
yang sama dimana saja dalam satuan masyarakat manusia. Keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak,
yang dapat dijadikan tempat untuk membimbing anak-anak dan untuk pemenuhan kebutuhan hidup, baik kebutuhan fisik maupun psikis.
Dari definisi tentang kultur dan keluarga di atas, dapat disimpulkan bahwa kultur keluarga merupakan pandangan hidup yang mencakup cara
berpikir, berperilaku, dan sikap nilai, yang diakui bersama dalam suatu kesatuan sosial yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak, yang dapat dijadikan
tempat untuk membimbing anak-anak sekaligus sebagai tempat untuk pemenuhan kebutuhan hidup, baik kebutuhan fisik maupun psikis.
Sebagai tempat untuk membimbing anak, keluarga mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan anak, baik itu fisik maupun
psikis. Dalam lingkungan keluarga, seseorang belajar bagaimana mengolah perasaan dirinya sendiri, bagaimana berpikir tentang perasaan
ini, menentukan pilihan-pilihan untuk bereaksi, dan bagaimana membaca dan mengungkapkan harapan dan rasa takut. Pembelajaran tersebut
nantinya akan melahirkan pikiran, perilaku, dan sikap nilai yang tertanam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam diri seseorang, yang merupakan cerminan dari tingkat kecerdasan emosional seseorang. Misalnya saja dalam keluarga yang mempunyai
kebiasaan untuk saling bertukar pendapat mengenai kebijakan keluarga, akan melahirkan seseorang yang mampu berkomunikasi dengan baik dan
mampu menghormati pendapat orang lain. Selain itu, keluarga juga berperan dalam pembentukan konsep tentang keberadaan orang lain
ataupun konsep tentang hal-hal yang dilihat di sekitarnya. Misalnya, jika sejak kecil seseorang telah dididik untuk menghormati orang lain, maka
akan tumbuh pemahaman dalam dirinya bahwa semua orang harus dihormati.
3. Dimensi Kultur Keluarga Kultur keluarga terbagi menjadi 4 dimensi yaitu: a jarak
kekuasaan power distance; b individualisme versus kolektivisme individualism versus collectivism; c femininitas versus maskulinitas
femininity versus masculinity; d penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance.
Jarak kekuasaan power distance menunjukkan tingkatan atau sejauhmana tiap keluarga mempertahankan perbedaan status atau
kekuasaan diantara anggota-anggotanya. Keluarga dengan latar belakang budaya power distance kecil akan berusaha untuk meminimalkan
perbedaan-perbedaan status atau mengutamakan kesejajaran equality. Sementara keluarga dengan latar belakang budaya power distance besar
akan cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau kebiasaan- kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan.
Dimensi individualisme versus kolektivisme individualism versus collectivism
mengacu pada sejauhmana suatu keluarga me ndukung tendensi individualisme atau kolektivisme. Keluarga dengan latar belakang
budaya individualisme mendorong anggota-anggotanya untuk mandiri otonom dan merealisasikan hak- hak pribadinya. Sedangkan pada
keluarga dengan latar belakang budaya kolektivisme menekankan kewajiban pada kelompok daripada hak- hak pribadinya.
Dimensi femininitas versus maskulinitas femininity versus masculinity
menunjukkan sejauhmana suatu keluarga berpegang teguh pada peran gender atau nilai- nilai seksual tradisional yang didasarkan pada
perbedaan biologis. Keluarga dengan latar belakang budaya femininitas mengutamakan nilai- nilai kesederhanaan, kerendahan hati, dan
kesetiakawanan. Oleh karena itu, dalam hubungan antar anggota keluarga orang tua tidak menghendaki adanya perbedaan-perbedaan yang tampak
diantara mereka misalnya: kerja atau tidak kerja. Sementara keluarga dengan latar belakang budaya maskulinitas menekankan peran yang lebih
dominan dari pada perempuan. Biasanya dalam keluarga ini, bapak lebih dominan dalam menetapkan aturan-aturan keluarga tentang yang boleh
atau tidak boleh dilakukan dibandingkan pihak ibu. Dimensi penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance
menunjuk sejauhmana pandangan anggota keluarga dalam menghadapi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
situasi yang tidak pasti. Keluarga dengan latar belakang budaya uncertainty avoidance
lemah, toleransi terhadap situasi tidak pasti akan menjadi lebih tinggi. Lain halnya pada keluarga dengan latar belakang
uncertainty avoidance kuat, merasa terancam dengan ketidakpastian
sehingga akan berusaha menciptakan mekanisme untuk mengurangi risiko. Dimensi jarak kekuasaan power distance mencakup indikator
antara lain: kekuasaan orang tua atas aturan, kepatuhanrasa hormat terhadap orang tua atau terhadap anggota keluarga lain yang lebih tua
ataupun ketergantungan pada orang tua. Dimensi individualisme versus kolektivisme individualism versus collectivism mencakup indikator
antara lain: kebebasan untuk menyatakan pendapat, loyalitas pada anggota keluarga yang lain, keleluasaan untuk mandiri keterikatan sosial satu sama
lain dalam keluarga, kebutuhan untuk berkomunikasi, dan perasaan yang muncul akibat pelanggaran atas suatu aturannorma tertentu. Sedangkan
pada dimensi femininitas versus maskulinitas femininity versus masculinity
mencakup indikator antara lain: peran ayah lebih dominan daripada peran ibu, keluarga menjunjung tinggi sikap kemandirian setiap
anggota keluarga, keinginan yang sama baik laki- laki maupun perempuan, dan orang tua bersikap untuk selalu menjaga hubungan antar
anggota keluarga. Dimensi penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance
mencakup indikator yang meliputi: ketidakpastian hidup sebagai sesuatu yang normal, perasaan tidak nyaman dalam menghadapi
ketidakpastian antar anggota keluarga, dan aturan yang ketat tentang hal yang buruk atau tabu.
B. Kultur Lingkungan Kerja