SMA PGRI
Pengasih Sanjaya XIV
BOPKRI Wates Ma’Arif Wates
No Interval
Kategori f
fr f
fr f
fr f
fr 1
13 – 25 Internal
6 35,3
13 76,5
10 52,6
11 20
2 0 – 12
Eksternal 11
64,7 4
23,5 9
47,4 44
80 Jumlah
17 100
17 100
19 100
55 100
Total No
Interval Kategori
f fr
1 13 – 25
Internal 79
32,2 2
0 – 12 Eksternal
166 67,8
Jumlah 245
100
Keterangan: f = Frekuensi
fr = Frekuensi relatif Tabel 4.18 di atas menunjukkan bahwa locus of control dari 79 guru
32,2 terkategorikan internal, dan 166 guru 67,8 terkategorikan eksternal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden penelitian ini terkategorikan guru dengan locus of control eksternal. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean =
10,66939, median = 11, modus =12, dan standar deviasi = 3,936078.
B. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Pengujian normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas
dilakukan dengan alat bantu komputer program SPSS Statistical Package Social Sciences
versi 12.0. Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas berdasarkan uji satu sampel dari Kolmogorov-
Smirnov lampiran 6, hal 227
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Normalitas
Kecerdasan Emosional
Y Kultur
Keluarga X
1
Kultur Lingkungan
Kerja X
2
Kultur Lingkungan
Masy .X
3
Locus of Control
X
4
N 245
245 245
245 245
73,61 51,66
46,57 50,86
10,67 Normal Parametersa,b Mean
Std.Deviation 5,777
4,475 3,857
4,305 3,936
Most Extreme Differences Absolute ,061
,079 ,084
,058 ,065
,061 ,079
,084 ,058
,064 Positive
Negative -,060
-,058 -,067
-,056 -,065
Kolmogorov -Smirnov Z ,954
1,238 1,320
,910 1,017
Asymp. Sig. 2-tailed ,322
,093 ,061
,379 ,252
Sumber : data primer
Dari tabel 4.19 di atas dapat diketahui nilai asymptotics significance Asym.Sig. untuk distribusi data variabel kecerdasan emosional 0,322,
variabel kultur keluarga 0,093, variabel kultur lingkungan kerja 0,061, variabel kultur lingkungan masyarakat 0,379, dan variabel locus of
control 0,252 yang berarti lebih besar dari alpha
α = 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan distribusi data variabel kecerdasan emosional guru, variabel kultur keluarga, variabel kultur lingkungan
kerja, dan variabel locus of control adalah normal. b. Pengujian linieritas
Pengujian linieritas dilakukan dengan menggunakan statistik uji F pada tingkat signifikansi 5. Pengujian linieritas digunakan untuk menguji
apakah hubungan variabel kultur keluarga dengan variabel kecerdasan emosional guru, hubungan variabel kultur lingkungan kerja dengan
variabel kecerdasan emosional guru, dan hubungan variabel kultur lingkungan masyarakat dengan variabel kecerdasan emosional guru
linear atau tidak. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujia n linieritas lampiran 6, hal 228
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Linieritas
Variabel Kultur Keluarga dengan Variabel Kecerdasan Emosional Guru
Sum of Squares df
Mean Square F
Sig. Combined
1123,892 21
53,519 1,700
,032 223,382
1 223,382
7,096 ,008
Between Groups Linear Term Weighted
Deviation 900,510
20 45,026
1,430 ,110
Within Groups 7020,271
223 31,481
Total 8144,163
244
Sumber : data primer Tabel 4.20 di atas menunjukkan bahwa hubungan variabel kultur
keluarga dengan variabel kecerdasan emosional guru adalah linier. Hal ini ditunjukkan dari nilai F
hitung
= 1,430 yang lebih kecil dari nilai F
tabel
= 1,6178 pada derajat kebebasandf 20 : 223.
Tabel 4.21 Hasil Pengujian Linieritas
Variabel Kultur Lingkungan Kerja dengan Variabel Kecerdasan Emosional Guru
Sum of Squares df
Mean Square F
Sig. Combined
1057,094 22
48,050 1,505
,074 44,361
1 44,361
1,390 ,240
Between Groups Linear Term Weighted
Deviation 1012,733
21 48,225
1,511 ,075
Within Groups 7087,069
222 31,924
Total 8144,163
244
Sumber : data primer Tabel 4.21 di atas menunjukkan bahwa hubungan variabel kultur
lingkungan kerja dengan variabel kecerdasan emosional guru adalah linier. Hal ini ditunjukkan dari nilai F
hitung
= 1,511 yang lebih kecil dari nilai F
tabel
= 1,6037 pada derajat kebebasandf 21 : 222. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.22 Hasil Pengujian Linieritas
Variabel Kultur Lingkungan Masyarakat dengan Variabel Kecerdasan Emosional Guru
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Combined 1088,690
19 57,299
1,827 ,021
317,610 1
317,610 10,129
,002 Between Groups
Linear Term Weighted Deviation
771,081 18
42,838 1,366
,150 Within Groups
7055,473 225
31,358 Total
8144,163 244
Sumber : data primer Tabel 4.22 di atas menunjukkan bahwa hubungan variabel kultur
lingkungan masyarakat dengan variabel kecerdasan emosional guru adalah linier. Hal ini ditunjukkan dari nilai F
hitung
= 1,366 yang lebih kecil dari nilai F
tabel
= 1,649873 pada derajat kebebasan 18 : 225.
2. Pengujian Hipotesis a. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan
kecerdasan emosional guru 1 Rumusan hipotesis I
Ho :
Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru.
Ha : Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur
keluarga dengan kecerdasan emosional guru. 2 Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. Berdasarkan
hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7, hal 230
Y = 85,568 - 0,266 X
1
- 15,409 X
2
+ 0,320 X
1
X
2
Keterangan : Y
= Variabel kecerdasan emosional guru X
1
= Variabel kultur keluarga X
2
= Variabel jenis kelamin X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel kultur keluarga dengan variabel jenis kelamin
Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur keluarga dengan
kecerdasan emosional sebesar 0,166, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur
keluarga dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi
antara jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional sebesar 0,192 maka dapat dikatakan bahwa
hubungan kultur keluarga
dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin dengan kultur keluarga semakin menguatkan hubungan antara kultur keluarga
dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi
β
3
dari interaksi variabel kultur keluarga dan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,320. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat
derajat hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ
dari interaksi kultur keluarga dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru
menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ
= 0,049 α
= 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis kelamin pada hubungan antara kultur
keluarga dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur
keluarga dengan kecerdasan emosional guru dapat digeneralisasi pada populasi penelitian ini.
b. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru
1 Rumusan hipotesis II Ho
: Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan
kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru.
Ha : Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur
lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. 2 Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. Berdasarkan
hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7, hal 232
Y = 34,464 + 0,805 X
1
+ 22,237 X
2
+ 0,454 X
1
X
2
Keterangan : Y
= Variabel kecerdasan emosional guru X
1
= Variabel kultur lingkungan kerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
X
2
= Variabel jenis kelamin X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel kultur lingkungan kerja dengan variabel jenis kelamin
Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan kerja
dengan kecerdasan emosional sebesar 0,074, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan
emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan
kerja dengan kecerdasan emosional sebesar 0,122 maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan
kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin
dengan kultur lingkungan kerja semakin menguatkan hubungan antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional
Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
β
3
dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,454.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel
memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan kerja dengan
kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ
dari interaksi kultur lingkungan kerja dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah
dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ
= 0,018 α
= 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis kelamin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada hubungan antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya pengaruh positif jenis
kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru dapat digeneralisasi pada populasi
penelitian ini. c. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan
masyarakat dengan kecerdasan emosional guru 1 Rumusan hipotesis III
Ho :
Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan
emosional guru. Ha
: Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional
guru. 2 Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. Berdasarkan
hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7, hal 234
Y = 31,857 + 0,789 X
1
+ 18,119 X
2
+ 0,335 X
1
X
2
Keterangan : Y
= Variabel kecerdasan emosional guru X
1
= Variabel kultur lingkungan masyarakat X
2
= Variabel jenis kelamin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan variabel jenis kelamin
Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan
masyarakat dengan kecerdasan emosional sebesar 0,197, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat
dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara jenis kelamin terhadap
hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional sebesar 0,218 maka dapat dikatakan bahwa hubungan
kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa interaksi jenis kelamin dengan kultur lingkungan masyarakat semakin menguatkan
hubungan antara kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional
Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
β
3
dari interaksi variabel kultur lingkungan masyarakat dan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah
0,335. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan masyarakat
dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ
dari interaksi kultur lingkungan masyarakat dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan
lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ρ
= 0,049 α
= 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat
dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur
lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru dapat digeneralisasi pada populasi penelitian ini.
d. Pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru
1 Rumusan hipotesis IV Ho
: Tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan
kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Ha
: Ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru.
2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan
yang dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan
sebagai berikut lampiran 7, hal 236 Y = 80,039 – 0,147 X
1
- 1,818 X
2
+ 0,038 X
1
X
2
Keterangan : Y
= Variabel kecerdasan emosional guru X
1
= Variabel kultur keluarga X
2
= Variabel locus of control X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel kultur keluarga dengan variabel locus of control
Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur keluarga dengan kecerdasan emosional sebesar 0,166, maka dapat dikatakan bahwa
hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi
antara locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional sebesar 0,190 maka dapat dikatakan bahwa
hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa interaksi locus of control dengan kultur keluarga semakin menguatkan hub ungan antara kultur keluarga
dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi
β
3
dari interaksi variabel kultur keluarga dan locus of control
terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,038. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat
derajat hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ
dari interaksi kultur keluarga dengan locus of control terhadap kecerdasan emosional
guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ
= 0,036 α
= 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control terhadap hubungan
kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya pengaruh positif locus of control terhadap
hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru dapat digeneralisasi pada populasi penelitian ini.
e. Pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosiona l guru
1 Rumusan hipotesis V Ho
: Tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan
kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru.
Ha : Ada pengaruh locus of control terhadap hubungan
kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru.
2 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan
yang dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan
sebagai berikut lampiran 7, hal 238 Y = 68,136 + 0,086 X
1
- 0,113 X
2
+ 0,005 X
1
X
2
Keterangan : Y
= Variabel kecerdasan emosional guru X
1
= Variabel kultur lingkungan kerja X
2
= Variabel locus of control X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel kultur lingkungan kerja dengan variabel locus of control
Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan kerja
dengan kecerdasan emosional sebesar 0,074, maka dapat dikatakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien
korelasi antara locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional sebesar 0,100 maka
dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi locus of control dengan kultur lingkungan kerja semakin menguatkan hubungan
antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi
β
3
dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dan locus of control
terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,005. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel
memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan kerja dengan
kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ
dari interaksi kultur lingkungan kerja dengan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih tinggi dari
nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ
= 0,106 α
= 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control
terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru adalah tidak signifikan. Artinya pengaruh positif
locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan
kecerdasan emosional guru tidak dapat digeneralisasi pada populasi penelitian ini.
f. Pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru
1 Rumusan hipotesis VI Ho
: Tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan
kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru.
Ha : Ada pengaruh locus of control terhadap hubungan
kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru.
2 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan
yang dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan
sebagai berikut lampiran 7, hal 240 Y = 59,047 + 0,252 X
1
- 0,016 X
2
+ 0,004 X
1
X
2
Keterangan : Y
= Variabel kecerdasan emosional guru X
1
= Variabel kultur lingkungan masyarakat X
2
= Variabel locus of control X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan variabel locus of control
Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional sebesar 0,197, maka
dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah.
Sedangkan nilai koefisien korelasi antara locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan
emosional sebesar 0,218 maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional
terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi locus of control dengan kultur lingkungan
masyarakat semakin menguatkan hubungan antara kultur
lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi
β
3
dari interaksi variabel kultur lingkungan masyarakat dan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru adalah
0,004. Nilai tersebut me nunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan masyarakat
dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ
dari interaksi kultur lingkungan masyarakat dengan locus of control
terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ
= 0,251 α
= 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control
terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru adalah tidak signifikan. Artinya
pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru tidak dapat digeneralisasi pada populasi penelitian ini.
C. Pembahasan Hasil Penelitian