52
Buku Guru Kelas VII SMP
Saat ini para koruptor di Indonesia boleh bernafas lega karena hukumannya ringan dan dendanya sedikit.
Akan tapi kelak setelah mati, rohnya akan masuk ke neraka loka. Menurut keyakinan umat Hindu, kelak
ia bisa lahir kembali menjadi pohon mangga. Pohon mangga hanya bisa memberikan buahnya saja tanpa bisa
melawan ketika buahnya diambil. Menurut keyakinan hukum karmaphala, roh pohon mangga itu membayar
hutang karena ganjaran penjara dan dendanya sedikit.
Hukum karma akan memberikan pahala dua kali lipat bagi mereka yang menanam kebaikan. Apabila kita
tulus meringankan beban makhluk lain, sesungguhnya kita melakukan dua kali hal yang sama untuk diri kita
sendiri. Itulah esensi dari hukum karma.
53
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Bab
5
Memahami Mantram Dan
Sloka Veda Sebagai
Penyelamat Manusia
54
Buku Guru Kelas VII SMP
Mantram dan Sloka sebagai Penyelamat Umat Manusia.
Mantra dan Sloka sebagai Penyelamat Umat Manusia
Veda Vakya
Sādhibhūthadhi daivaṁ mām Sadhi yajñam cha ye viduh
Prayāna-kāle pi cha mām Te vidur yukta-cetasah.
Terjemahan
Mereka yang mengetahui Aku sebagai Yang Tunggal, yang mengatur aspek material dan ilahi serta
segala upacara kurban, dengan pikiran yang diselaraskan, mereka dapat pengetahuan tentang Aku, meskipun disaat keberangkatan
mereka dari dunia ini. Bhagavadgita VII. 30
Kata kunci
Peta Konsep
Mantram dan Sloka
A. Pengertian Mantram B. Pengertian Sloka
C. Fungsi atau manfaat Mantram dan Sloka sebagai Penyelamat
Umat Manusia D. Sloka-sloka sebagai
penyelamat umat manusia E. Mantram yang mengagungkan
kemahakuasaan Sang Hyang Widhi
55
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
A. Pengertian Mantra
Berbagai pertanyaan muncul berhubungan dengan penggunaan mantram dalam acara persembaHyangan.
Dalam melaksanakan Tri Sandhya, sembaHyang dan berdoa setiap umat Hindu sepatutnya menggunakan
mantram, namun bila tidak memahami makna mantram, maka sebaiknya menggunakan bahasa hati atau bahasa
ibu, bahasa yang paling dipahami oleh seseorang. Dalam tradisi Bali disebut “Sehe”.
Pada zaman dahulu, orang dilarang belajar mengucapkan mantram, belum didiksa upanayana atau diwinten, banyak
orang takut belajar mengucapkan mantram, karena belum mengerti apa itu sesungguhnya mantram disamping
itu, sering mendengar sebuah kalimat; “Aywà Wérà tan sidhi phalanià”, jangan disembarangkan, perilaku yang
sembarangan itu sangat tidak baik manfaatnya. Kemudian lebih lanjut tutur-dituturkan oleh tetua kita di Bali; Dà
melajahin aksarà modréaksarà suci nyanan buduh nasé. Jangan mempelajari aksarà Modréaksarà suci, nanti bisa
gila. Dua pernyataan seperti ini sudah cukup menakutkan bagi orang Bali yang lugu dan hormat kepada tutur, orang
tua dan orang yang disucikan. Maka kita tidak cukup menerima begitu saja, tutur tetua
kita dan kalimat “Aywà Wérà tan sidhi phalanià”, dan Dà melajahin aksarà modréaksarà suci nyanan buduh
nasé, kalimat ini harus ditelusuri lebih mendalam. Dari mana sesungguhnya kalimat tersebut muncul, dan dari
buku mana dan apa tujuannya. Kalimat tersebut muncul dari Purwa Adhi Gama Sesana, Ringga Natha, 2003:3
yang menyatakan:
Sumber: http:agama--hindu.blogspot.com
Gambar 3.1 Salah satu kitab
Veda, dimana sloka-sloka dapat dijadikan tuntunan untuk
penyelamatan umat manusia
56
Buku Guru Kelas VII SMP
Yan han wwang kengin weruhing Sang Hyang Aji Aksara, mewastu mijil saking aksara,
tan pangupadyayamaupacara mwah tan ketapak, tanpa guru,
papa ikang wwang yan mangkana. Bibijat wwang ika ngaranya,
apan embaslekad tanpa guru, kweh prabedanya,
papinehnya bawak, yan benjangan padem wwang mangkana,
atmanya menados entipning kawah Candra Ghomuka. Apan lampahnya numpang laku,
kananda de para Kingkara Bala, yan manresti malih matemahan triyak yoni,
amangguhaken kesengsaran.
Terjemahan bebasnya: Jika ada orang yang ingin mempelajari Sang Hyang Aji
Aksara Sastra Suci, hanya dengan mempelajari Sastra buku-buku tidak dilakukan upacara, tidak anugrahi ketapak
melalui nyanjan, tidak memiliki guru, berdosalah orang yang seperti itu. Tidak memiliki Bapak dan Ibu orang yang
seperti itu, karena kelahirannya tidak memiliki guru, roh- nya akan mengendap didasar neraka Candra Ghomuka.
Karena perjalanannya tidak menentu, dihukumlah oleh pengikutnya Kingkara bala, kalau dia lahir kembali,
dia akan menjadi kotoran air yang mendidih dan akan menemukan kesengsaraan.
Dibenarkan belajar Mantra, kalimat yang menyatakan boleh belajar mantra sebagai berikut:
Widyas ca wa awidyas ca, yac ca-anyad upadesyam. Sariram brahma prawisad rcah sama-atho-yajuh.
Segala macam zat memasuki tubuh manusia seperti misalnya kebijaksanaan, pengetahuan praktis, dan setiap
pengetahuan yang harus diajarkan, Tuhan yang Maha Esa Yang Maha Agung Makhluk Teragung, Rgweda;
Samaweda dan Yajurweda. Athwaweda XI.8.23.
Kalau diperhatikan kalimat tersebut inti pokoknya terletak pada, jika mempelajari Aksara Suci atau Modre harus: