i.
Belajar
Menurut Carl Dweck Stoltz, 2000:95 membuktikan bahwa anak- anak yang merespon secara optimis akan banyak belajar dan lebih
berprestasi dibandingkan dengan anak- anak yang memiliki pola
pesimistis. 4.
Karakteristik individu berdasarkan tinggi rendahnya daya juang
Manusia dilahirkan dengan suatu dorongan inti manusiawi untuk terus mendaki agar dapat mencapi puncak, dan Stoltz 2007
mengartikan bahwa pendakian sebagai upaya menggerakkan arah atau tujuan hidup kedepan. Tiga jenis kelompok pendaki Stoltz, 2000: 18
meliputi: a.
Quitters Quitters adalah tipe individu yang berhenti melakukan
pendakian. Individu yang bertipe seperti ini memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti apabila
menghadapi suatu kesulitan. Quitters mereka yang berhenti, orang-orang jenis ini berhenti di tengah proses pendakian dan
mudah putus asa bahkan menyerah Ginanjar Ary Agustin, 2001:271. Individu dengan tipe quitters ini cukup puas dengan
pemenuhan kebutuhan dasar atau fisiologis saja dan cenderung pasif,
memilih untuk
keluar menghindari
perjalanan selanjutnya, mundur dan berhenti. Para quitters menolak
menerima tawaran keberhasilan yang disertai dengan tantangan
dan rintangan. Orang yang seperti ini akan banyak kehilangan kesempatan berharga dalam kehidupan. Dalam hirarki Maslow
tipe ini berada pada pemenuhan kebutuhan fisiologis yang letaknya paling dasar dalam bentuk piramida.
b. Campers
Campers atau satis-ficer dari kata satisfied = puas dan suffice= mencukupi. Golongan ini puas dengan mencukupkan diri dan
tidak mau mengembangkan diri. Tipe ini merupakan golongan yang sedikit lebih banyak mengusahakan agar terpenuhinya
kebutuhan keamanan pada skala hirarki Maslow. Kelompok ini juga tidak tidak tinggi kapasitasnya untuk perubahan karena
terdorong oleh ketakutan dan hanya mencari keamanan dan kenyamanan. Campers setidaknya telah melangkah dan
menanggapi tantangan, tetapi setelah mencapai tahap tertentu, campers berhenti meskipun masih ada kesempatan untuk lebih
berkembang lagi. Berbeda dengan quitters, campers sekurang- kurangya telah menanggapi tantangan yang dihadapinya
sehingga telah mencapai tingkat tertentu. c.
Climbers Climbers pendaki mereka yang selalu optimis melihat
peluang, melihat celah dan harapan di balik keputusannya. Climbers merupakan kelompok orang yang selalu berupaya
mencapai puncak kebutuhan aktualisasi diri pada skala hirarki
Maslow. Climbers adalah tipe manusia yang berjuang seumur hidup, tidak perduli sebesar apapun kesulitan yang datang.
Climbers tidak dikendalikan oleh lingkungan, tetapi dengan berbagai kreatifitasnya. Tipe ini berusaha mengendalikan
lingkungannya. Climbers akan selalu memikirkan berbagai alternatif permasalahan dan menganggap kesulitan dan
rintangan yang ada justru menjadi peluang untuk lebih maju, berkembang, dan mempelajari lebih banyak tentang kesulitan
hidup. Tipe ini akan selalu siap menghadapi berbagai rintangan dan menyukai tantangan yang diakibatkan oleh adanya
perubahan- perubahan.
5. Definisi masa dewasa awal
Menurut Harlock 1990: 246 mengemukakan bahwa adult berasal dari kata kerja Latin yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan” akan
tetapi adult berasal dari kata kerja lampau yaitu adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah
menjadi sempurna”. Oleh karena itu orang dewasa merupakan individu yang telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama
dengan orang dewasa lainnya. Menurut Jahja 201: 246 masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif. Usia
masa dewasa berkisar pada 21-40 tahun. Masa dewasa merupakan masa seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola- pola kehidupan serta
harapan sosial baru. Masa dewasa awal sering dikatakan sebagai masa
yang sulit karena pada masa inilah individu yang dahulu bergantung pada orangtua, kini dituntut untuk bisa hidup secara mandiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, 1991 mahasiswa merupakan individu yang sedang menjalani jenjang pendidikan di
perguruan tinggi atau sekolah tinggi. Tujuan individu belajar di perguruan tinggi ialah untuk menguasai suatu ilmu serta memahami
wawasan ilmah yang luas, sehingga mampu bertindak ilmiah dalam segala hal yang berkaitan dengan keilmuan yang dapat diabdikan
kepada masyarakat Anton, 2007. Dalam proses penyelesaian program pendidikan ini, khususnya di strata satu mahasiswa diharapkan mampu
berprestasi secara optimal. Oleh sebab itu mahasiswa dapat memenuhi tugas-tugas yang diberikan secara akademis maupun non akademis.
Salah satu tugas akademik yang harus diselesaikan oleh mahasiswa adalah tugas akhir skripsi agar mahasiswa memperoleh suatu gelar
sarjana. Mahasiswa merupakan satu golongan dari masyarakat yang
mempunyai dua sifat yaitu, manusia muda dan calon intelektual. Sebagai calon intelektual, mahasiswa harus mampu berpikir kritis
terhadap kenyataan sosial. Sedangkan sebagai manusia muda mahasiswa seringkali tidak mengukur resiko yang akan menimpa
dirinya Djojodibroto, 2004 . Mahasiswa berasal dari kata maha yang berarti besar atau tinggi dan siswa yang berarti pelajar atau dengan kata
lain mahasiswa adalah pelajar yang berada pada strata tertinggi dan
dituntut untuk memiliki kemandirian serta tanggungjawab dalam menyelesaikan tugas akademik yang telah ditetapkan untuk mencapai
kompetensi lulusan yang diharapkan oleh perguruan tinggi. Individu yang berada pada masa dewasa awal mengalami perubahan dari
mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan untuk mengejar karir. Perubahan tersebut kemudian disebut oleh Schaie Santrock,
1995 sebagai fase pencapaian prestasi.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Pada penelitian yang relevan ini belum ditemukan penelitian tentang daya juang mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. Namun
ditemukan dua jenis penelitian tentang hubungan motivasi sebagai konselor dan daya juang mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling FKIP Universitas Khatolik Atmajaya dan hubungan antara optimisme dengan adversity quotient pada mahasiswa Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Solo yang mengerjakan skripsi. Penelitian tentang hubungan motivasi sebagai konselor dan daya
juang mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Khatolik Atmajaya ditulis oleh Pedhu, Yoseph Setia, Lisa
Caroline 2012. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa : pertama, terdapat 15 mahasiswa 28,85 yang berada pada variabel
motivasi sebagai konselor rendah, 37 mahasiswa 71,15 berada pada variabel motivasi sebagai konselor sedang, dan tidak ada mahasiswa 0
berada pada kategorisasi motivasi sebagai konselor tinggi. Kedua, tidak terdapat mahasiswa 0 yang berada pada variabel daya juang rendah.
Terdapat 8 mahasiswa 15,38 berada pada variabel daya juang sedang, dan 44 mahasiswa 84,62 berada pada kategorisasi daya juang tinggi.
Penelitian tentang hubungan antara optimisme dengan adversity quotient pada mahasiswa program studi psikologi fakultas kedokteran uns
yang mengerjakan skripsi ditulis oleh Utami, Bekti Isiya Karyanta, Arif Nugraha. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara optimisme dan adversity quotient pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Negeri Solo yang mengerjakan skripsi melalui hasil perhitungan korelasi product moment Pearson memperlihatkan nilai koefisien korelasi r =
0,833 dan p kurang dari 0,05.
C. Kerangka Pikir
Penetapan kerangka pikir dalam suatu karangan ilmiah sangat penting karena kerangka pikir dianggap sebagai arah dalam suatu
penelitian. Kerangka pikir ini merupakan suatu yang dianggap benar atau konstan serta dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dalam pembahasan. Kerangka pikir merupakan titik tolak atau pokok pikiran dari permasalahan yang sedang diteliti dan secara
logika dapat diterima keabsahannya. Seperti dikemukakan Arikunto, 2006: 74. Kerangka pikir adalah sebuah titik tolak yang kebenarannya
diterima oleh peneliti dan sifat kebenaran ini selanjutnya diartikan pula peneliti dapat merupakan satu atau lebih hipotesis yang sesuai dengan
penelitiannya. Skripsi merupakan bagian dari proses pendidikan yang harus
dilalui oleh mahasiswa. Proses penyelesaian skripsi menjadikan sebagian dari mahasiswa 2011 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta megalami stress. Faktor penyebab stress dalam proses penyelesaian skripsi cukup
beragam, mulai dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang dimaksud seperti sikap prokastinasi, bahkan kurangnya kepercayaan diri
atas kemampuan yang dimiliki. Sedangkan faktor eksternal anatara lain adalah sulitnya mencari judul untuk skripsi, sulit mencari literatur, dana
yang terbatas bahkan takut untuk menemui dosen pembimbing. Dalam penulisan kerangka berpikir ini, dapat digambarkan seperti
bagan 1.1 pada hal. 22
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir
Dalam menghadapi suatu kesulitan, baik itu yang berasal dari faktor internal maupun eksternal, setiap mahasiswa harus
Daya Juang MAHASISWA
Adversity Quotient 1.
Control 2.
O
2
Origin dan
Ownership 3.
Reach 4.
Endurance
Program Tinggi
Sedang Rendah