Tabel III. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah mmHg Berdasarkan ESHESC
Kategori Sistolik
Diastolik Optimal
120 dan
90
Normal 120-129
danatau 80-84
Normal kategori tinggi 130-139
danatau 85-89
Hipertensi kelas 1 140-159
danatau 90-99
Hipertensi kelas 2 160-179
danatau 100-109
Hipertensi kelas 3
≥180 danatau
≥110
Hipertensi isolasi sistolik
≥140 dan
90
Mancia, et al., 2013
B. Kesadaran Hipertensi
Kesadaran tentang hipertensi dapat diartikan sebagai orang yang telah diberitahu oleh dokter atau paramedis bahwa ia memiliki hipertensi dan
menanyakan lebih lanjut tentang pengobatan yang harus mereka dapatkan Kiau, et al., 2013. Apabila dibandingkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar Riskesdas
tahun 2007 dan 2013, maka dapat dilihat adanya penurunan prevalensi dari 31,7 menjadi 25,8 secara nasional dan hal ini cukup menggembirakan. Namun hal
yang masih perlu mendapatkan perhatian adalah adanya ketidaksadaran masyarakat jika dirinya ternyata menderita hipertensi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran
karena masih sangat banyak masyarakat yang kurang menyadari jika dirinya mengidap hipertensi yang setiap saat bisa mengancam jiwa mereka karena stroke
atau penyakit jantung. Tingkat kesadaran pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini
salah satunya dapat dikarenakan oleh seringnya perempuan mengunjungi pusat kesehatan atau pratik dokter, antara lain dalam konsultasi kehamilan, pengendalian
kelahiran dan konsultasi tentang anak-anak mereka contohnya imunisasi atau kegiatan posyandu, sehingga secara tidak langsung, para perempuan atau ibu ini
juga ikut memeriksakan kesehatan mereka termasuk pemeriksaan tekanan darah Pereira, et al., 2009.
C. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi
Tujuan umum dari pengobatan hipertensi adalah untuk mengurangi morbiditas yang terkait hipertensi dan mortalitas. Morbiditas dan mortilitas ini
terkait dengan target kerusakan organ akibat hipertensi, misalnya, kejadian kardiovaskular, serebrovaskular, gagal jantung dan penyakit ginjal Dipiro, et al,
2005. Mengurangi risiko yang masih dapat dikendalikan sebagai penyebab hipertensi sebagai contoh merokok, mengurangi konsumsi garam dengan program
diet, BMI, olahraga, dan faktor stress. Terapi yang dapat diterapkan pada pasien hipertensi dapat dibedakan
sebagai terapi non-farmakologi dan terapi farmakologi: 1.
Terapi non-farmakologi Perubahan gaya hidup merupakan dasar bagi pencegahan tingkat
kejadian hipertensi. Efek dari perubahan gaya hidup dengan menargetkan penurunan tekanan darah dapat setara dengan mengkonsumsi terapi tunggal
obat hipertensi, meskipun kelemahannya adalah tingkat kepatuhan yang sewaktu
– waktu dapat berubah. Perubahan gaya hidup dapat menunda dan mencegah terjadinya hipertensi pada subyek yang belum terdiagnosis
hipertensi secara aman dan efektif. Beberapa modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan tekanan darah menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik tahun 2006:
Tabel IV. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi
Modifikasi Rekomendasi
Kira-kira penurunan tekanan
darah range
Penurunan berat badan BB
Pelihara berat badan normal BMI : 18.5-
24.9 5-20 mmHg10 kg
penurunan berat badan
Adopsi pola makan DASH
Diet kaya dengan buah, sayur, dan
produk susu rendah lemak
8-14 mmHg
Diet rendah sodium Mengurangi sodium,
tidak lebih dari 100meqL 2,4 g
sodium atau 6 g sodium klorida
2-8 mmHg
Aktifitas fisik Aktifitas fisik reguler
seperti jalan kaki 30 menithari, beberapa
hariminggu 4-9 mmHg
Mengurangi konsumsi alkohol
Batas minum alkohol tidak lebih dari 2hari
30 mL etanol, misal 720 mL beer, 300 mL
wine untuk laki-laki dan 1hari untuk
perempuan 2-4 mmHg
Keterangan: BMI, Body Mass Index ; BB, Berat Badan ; DASH, Dietary Approach to Stop Hypertension.
2. Terapi farmakologi
Pemilihan obat untuk hipertensi dipengaruhi oleh usia, etnisras, dan karakteristik klinis lain dari pasien. Pilihan obat juga dapat dipengaruhi oleh
kondisi lain terkait hipertensi, misalnya, diabetes dan penyakit koroner. Obat yang dikonsumsi sekali sehari long-acting lebih diminati oleh pasien karena
lebih sederhana dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsinya dibanding ketika mereka mendapat terapi rejimen yang
terdiri lebih dari 1 jenis obat. Obat tunggal dapat dikonsumsi pada pagi hari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau malam hari sebelum tidur Weber, et al., 2014. Pilihan obat hipertensi dapat dibagi dalam beberapa golongan, antara lain:
a. Angiotensi Receptor Blocker ARB
ARB secara langsung memblok reseptor angiotensin II tipe 1 AT
1
karena angiotensin II tidak berikatan dengan AT
1
maka akan berikatan dengan AT
2
. Stimulasi reseptor AT
2
akan menyebabkan vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel akan tetap terjadi ketika ARB
digunakan Dipiro, et al., 2009. Contoh obatnya antara lain candesartan, losartan, valsartan, irbesartan, olmesartan, dan telmisartan DIH, 2007.
b. Angiotensin Converting Enzim inhibitor ACEi
ACE inhibitor memblokir ACE, sehingga menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Dengan menghalangi ACE,
vasodilatasi dan penurunan aldosteron terjadi. Sebagai akibat vasodilatasi tekanan darah sistemik turun, beban afterload jantung berkurang, aliran
darah ke organ-organ penting seperti jantung dan ginjal meningkat Dipiro, et al., 2009. Contoh obatnya antara lain, benazepril, captopril dan enalapril
DIH, 2007. c.
Calcium Chanel Blockers CCB CCB bekerja dengan menghambat masuknya kalsium melewati membran
sel atau respon vaskuler terhadap angiotensin. Contoh obat golongan CCB anatara lain amlodipine dan nifedipine DIH, 2007.
d. Diuretik
Obat-obatan golongan diuretik bekerja dengan mengeluakan cairan tubuh melalui air kencing, sehingga menyebabkan cairan dari dalam tubuh
berkurang, dengan demikian daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada penurunan tekanan darah. Obat golongan diuretik digunakan
sebagai pilihan pertama pada hipertensi tanpa adanya penyakit penyerta lain, contohnya adalah hidroclorotiazid Depkes RI, 2006.
D. Pengendalian Tekanan Darah