Pembuktian Hipotesis Kesulitan dan Kelemahan Penelitian

kelompok umur 40-59 tahun. Untuk mengetahui perbedaan proporsi faktor umur dan jenis kelamin terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran, terapi, pengendalian tekanan darah dari data penelitian dilakukan Uji Chi Square. Dengan dilakukan Uji Chi Square dapat melihat ada tidaknya pengaruh kelompok responden yang berumur 60-75 tahun terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden. Apabila distribusi data normal maka digunakan mean sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi SD sebagai ukuran penyebaran. Apabila distribusi data tidak normal maka digunakan median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran Dahlan, 2014. Dinyatakan secara statistik apabila ukuran sampel semakin besar diharapkan dapat memberikan hasil yang semakin baik. Dengan menggunakan sampel yang besar, mean dan standar deviasi yang akan diperoleh akan memiliki probabilitas yang tinggi untuk menyerupai mean dan standar deviasi populasi. Menurut Agung 2006, terdapat suatu teorema tentang variabel tunggal atau univariat, yaitu teorema limit sentral yang menyatakan statistik rata-rata mempunyai distribusi normal untuk ukuran sampel yang mendekati tak terhingga. Dalam praktek, teorema limit sentral telah dapat diterapkan untuk ukuran sampel minimal 30.

K. Pembuktian Hipotesis

Hipotesis H yaitu pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang harus dijawab secara empiris. Hipotesis nol Ho adalah hipotesis yang menunjukkan tidak ada perbedaan antarkelompok atau tidak ada hubungan antarvariabel. H 1 merupakan hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Apabila Ho ditolak maka H 1 diterima, atau dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap variabel tergantung yang diukur. Gambar 4. Pembuktian Hipotesis Ho : P1 = P2 H 1,2,3,4 : P1 ≠P2 ; 0.05 P1 = proporsi prevalensi H 1 , kesadaran H 2 , terapi H 3 , dan pengendalian tekanan darah H 4 responden hipertensi yang berumur 60-75 tahun atau berjenis kelamin laki-laki. P2 = proporsi prevalensi H 1 , kesadaran H 2 , terapi H 3 , dan pengendalian tekanan darah H 4 responden hipertensi yang berumur 40-59 tahun atau berjenis kelamin perempuan.

L. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian

1. Kesulitan Penelitian a. Adanya ketidakterbukaan responden mengenai Informasi yang diberikan untuk melakukan analisis terhadap tingkat kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden. Faktor Umur Prevalensi H 1 Kesadaran H 2 Terapi H 3 Pengendalian H 4 Faktor Jenis Kelamin b. Beberapa responden penelitian sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah baru saja menyelesaikan beberapa kegiatan fisik seperti bertani atau mencari pakan ternak sebaiknya beristirahat terlebih dahulu selama 5 menit sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah. c. Beberapa responden yang sudah mengetahui mengalami tekanan darah tinggi dahulu pernah mengkonsumsi obat antihipertensi namun terkadang lupa untuk membelinya lagi ke apotek bahkan lupa dengan nama obat tersebut sehingga target terapi tidak tercapai. 2. Kelemahan Penelitian Prevalensi hipertensi yang diwakili oleh responden yang memiliki tekanan darah ≥14090 mmHg dilakukan pada waktu yang berbeda-beda yaitu pada pagi, siang dan malam hari. Perbedaan waktu pengukuran tekanan darah responden berpengaruh terhadap hasil pengukuran yang masih dapat dipengaruhi oleh aktivitas fisik responden. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan judul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY dengan kajian Faktor Umur dan Jenis Kelamin” merupakan bagian dari penelitian payung yang dilakukan pada enam padukuhan yang terdapat pada Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY melalui metode multistage random sampling. Data dikumpulkan dengan metode wawancara langsung terstruktur dan pengukuran tekanan darah, tinggi badan serta berat badan. Dalam analisis data dilakukan analisis univariat yang merupakan analisis setiap variabel yang dinyatakan dengan sebaran frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara persentase, disertai dengan penjelasan secara kualitatif. Hipertensi dapat menjadi penyebab dari komplikasi penyakit. Menurut World Health Organization WHO hipertensi ditetapkan sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab kematian di dunia. Faktor pemicu utama dari stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung adalah hipertensi. Hasil survey kesehatan daerah pada tahun 2007 di Daerah Istimewa DIY DIY menunjukkan bahwa DIY merupakan provinsi dengan penderita hipertensi tertinggi ke lima di Indonesia. Presentase penderita hipertensi di DIY mencapai 35,80. Berdasarkan Profile Kesehatan Sleman Tahun 2013, terdapat 63.377 kasus hipertensi primer di Kabupaten Sleman, kasus ini berada di peringkat kedua setelah kasus Common Cold. Pada penelitian ini dipilih Kecamatan Kalasan dengan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2014 berdasarkan Data Hasil Konsolidasi dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pembersihan Database Kependudukan oleh Ditjen Kependudukan Pencatatan Sipil Kemendagri diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda DIY dengan jumlah laki-laki sebanyak 39.455 jiwa dan perempuan 38.452. Tabel VI. Profil Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada Tahun 2015 Variabel n p Total Responden 813 100 Umur tahun 40-59 60-75 581 71,5 232 28,5 0,01 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 335 41,2 478 58,8 0,01 Body Mass Index BMI ≥23 kgm 2 23 kgm 2 428 52,6 385 47,4 0,13 Mengatur pola makan Ya Tidak 181 22,3 632 77,7 0,01 Merokok Ya Tidak 429 52,8 384 47,4 0,11 Mengatur Aktivitas Fisik Rutin Tidak Rutin 315 38,7 498 62,3 0,01 Pendidikan ≤SMP SMP 506 62,2 307 37,8 0,01 Penghasilan ≤UMR UMR 610 75,0 203 25,0 0,01 Pekerjaan Fisik aktif Pikiran tidak aktif 279 34,3 534 65,7 0,01 Nilai p0,05 menunjukkan perbedaan bermakana Berdasarkan tabel profil responden penelitian, total responden yang didapat sebanyak 813. Untuk melihat proporsi, presentase dan nilai p tabel masing- masing variabel antara lain umur, jenis kelamin, BMI, mengatur pola makan, merokok, mengatur aktivitas fisik, pendidikan, penghasilan dan pekerjaan dapat dilihat dari tabel profil responden penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY yang dianalisis menggunakan uji Chi Square non-parametrik tabel VI. Pada rentang umur 40-59 tahun terdapat sebanyak 581 jiwa 71,5 dan pada rentang umur 60-75 tahun terdapat sebanyak 232 jiwa 28,5. Pada variabel jenis kelamin, responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki yaitu responden perempuan sebanyak 478 jiwa 58,8 dan responden laki-laki sebanyak 335 jiwa 41,2 dengan nilai p= 0,01. Responden dengan nilai BMI ≥23 kgm 2 sebanyak 428 jiwa 52,6 dan responden dengan nilai BMI 23 kgm 2 sebanyak 385 jiwa 47,4. Terdapat lebih banyak jumlah responden dengan nilai BMI lebih dari normal ≥23 kgm 2 dengan nilai p=0,13. Jumlah responden yang merokok lebih banyak daripada yang tidak yaitu sebanyak 429 jiwa 52,8 dan yang tidak merokok sebanyak 384 jiwa 47,4 dengan nilai p=0,11. Responden yang rutin melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki atau berolahraga ringan sebanyak 315 jiwa 38,7 dan yang tidak rutin melakukan aktivitas fisik sebanyak 498 jiwa 61,3. Lebih banyak responden penelitian yang tidak rutin melakukan aktivitas fisik seperti jalan-jalan, bersepeda atau berolahraga ringan dengan nilai p= 0,01. Responden dengan tingkat pendidikan ≤SMP lebih banyak daripada responden dengan tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 506 jiwa 62,2, sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 307 jiwa 37,8 dengan nilai p= 0,01. Responden yang kurang aktif melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaannya jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan yang aktif melakukan aktivitas fisik. Responden yang kurang aktif melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaannya berjumlah 279 jiwa 34,3 dan yang aktif sebanyak 534 65,7 dengan nilai p= 0,01. Responden penelitian dengan penghasilan ≤UMR berjumlah lebih banyak daripada responden yang berpenghasilan UMR. Total responden dengan penghasilan ≤UMR sebanyak 610 jiwa 75,0 dan dengan penghasilan UMR sebanyak 203 jiwa 25,0 dengan nilai p= 0,01. Dilihat dari tabel porfil diatas pada variabel umur, jenis kelamin, mengatur pola makan, mengatur aktivitas fisik, pendidikan, penghasilan dan pekerjaan memiliki nilai p0,05 maka secara statistik dapat dikatakan bahwa masing-masing kelompok variabel tersebut memiliki proporsi yang sama. Tabel VII. Karakteristik Normalitas Data Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada Tahun 2015 Karakteristik Mean±SD Median Nilai p Umur tahun 53,9±10,1 52,0 0,01 Tekanan Darah Sistolik mmHg 139,8±23,5 135,0 0,01 Tekanan Darah Diastolik mmHg 81,4±13,2 80,0 0,01 Denyut Nadi kalimenit 80,2±12,7 79,0 0,01 BMI kgm 2 23,6±4,1 23,5 0,01 p0,05= data terdistribusi normal p0,05= data tidak terdistribusi normal Uji statistik yang digunakan pada tabel diatas adalah uji normalitas yaitu untuk melihat data hasil penelitian yang didapat terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk melakukan uji normalitas data tersebut karena jumlah sampel lebih dari 50 sampel. Nilai p digunakan untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Apabila nilai p0,05 maka data tidak terdistribusi normal Dahlan, 2014. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel VII, hasil yang ditunjukkan adalah tidak ada data yang terdistribusi normal setelah dilakukan uji normalitas pada variabel umur, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi dan Body Mass Index BMI. Karena data yang didapat tidak terdistribusi normal maka digunakan median sebagai ukuran pemusatan. Terdapat salah satu teorema yang penting berkaitan dengan distribusi normal yaitu teorema limit pusat. Teorema limit pusat menyatakan jika dari suatu populasi diambil sampel berukuran cukup besar, maka distribusi sampling dari rata-rata sampel akan mendekati distribusi normal yaitu pada umumnya distribusi sampling dari rata-rata sampel akan mendekati distribusi normal jika ukuran sampelnya lebih besar dari 30 Nurudin, Mara dan Kusnandar, 2014. Maka apabila data terdistribusi normal dapat diasumsikan bahwa sampel yang digunakan benar-benar mewakili populasi sehingga hasil penelitian bisa digeneralisasikan pada populasi. Tabel VII menunjukkan karakteristik dan distribusi data responden penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Rata-rata umur responden penelitian 54 tahun, umur tersebut masuk dalam kategori masa lansia awal. Dengan bertambahnya usia maka kemungkinan seseorang menderita hipertensi akan semakin besar. Menurut Zuraidah 2012, umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi, dengan bertambahnya umur makan risiko hipertensi akan lebih besar dengan prevakensi pada usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 dan dengan kematian sekitar 50 diatas umur 60 tahun. Hal ini terjadi karena arteri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kehilangan elastisitas serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Rata-rata tekanan darah sistolik responden penelitian mendekati ambang atas nilai normal yaitu 139,8 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik responden penelitian sebesar 81,4 mmHg. Sesuai dengan pengertian hipertensi menurut ESHESC yaitu nilai tekanan darah sistolik ≥140mmHg danatau nilai tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Menurut klasifikasi dari pengukuran tekanan darah, data hasil analisis menempati kategori normal tinggi untuk nilai rata-rata tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik menempati kategori normal yaitu dengan rentang nilai 80-84 mmHg. Body Mass Index BMI merupakan sebuah pengukuran yang menghubungkan atau membandingkan berat badan dengan tinggi badan. BMI dapat menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan dapat digunakan dalam penelitian populasi berskala besar. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata BMI responden di Kecamatan Kalasan sebesar 23, 6 kgm 2 yang termasuk kategori overweight. Tabel VIII. Perbedaan Faktor Umur Terhadap Tekanan Darah Sistolik TDS, Tekanan Darah Diastolik TDD, Denyut Nadi, dan Body Mass Index BMI Karakteristik Mean±SD Nilai p 65-75 Tahun 40-59 Tahun Tekanan Darah Sistolik mmHg 149,1±24,7 136,2±22,0 0,01 Tekanan Darah Diastolik mmHg 80,3±15,3 81,8±12,3 0,17 Body Mass Index BMI kgm 2 22,6±4,2 24,0±3,9 0,01 Nilai p0,05 yaitu menunjukkan terdapat perbedaan rerata antar kelompok Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah, Maksuk, dan Apriliadi 2012, risiko terkena hipertensi seiring bertambahnya umur, sehingga prevalensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 dengan kematian sekitar 50 diatas umur 60 tahun. Seseorang dengan umur di atas 60 tahun, 50-60 diantaranya mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 14090 mmHg. Hal tersebut dikarenakan dari pengaruh degenerasi yang terjadi seiring dengan pertambahan usia. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel VIII menunjukkan adanya perbedaan rerata pada Tekanan Darah Sistolik TDS dan Body Mass Index BMI terhadap responden dengan umur 60-75 tahun dan 40-59 tahun yang dapat dilihat dari nilai p0,05. Kenaikan Tekanan Darah Sistolik TDS pada responden dengan umur 60-75 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan umur 40-59 tahun. Hal tersebut disebabkan oleh kehilangannya elastisitas dari arteri serta tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia. Rerata BMI lebih tinggi pada kelompok umur 40-59 tahun dibandingkan kelompok umur 60-75 tahun. Menurut Soetiarto, Roselinda dan Suhardi 2010, prevalensi BMI meningkat pada umur ≥25 tahun dan tertinggi pada umur 45-54 tahun. Tidak ada perbedaan rerata antara faktor umur terhadap tekanan darah diastolik TDD dan denyut nadi pada hasil analisis data Tabel VIII. Tabel IX. Perbedaan Faktor Jenis Kelamin Terhadap Umur, Tekanan Darah Sistolik TDS, Tekanan Darah Diastolik TDD, Denyut Nadi, dan Body Mass Index BMI Kategori Mean±SD p Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur tahun 55,2±10,16 52,91±10,01 0,01 Tekanan Darah Sistolik TDS 140,80±21,56 139,17±24,81 0,33 Tekanan Darah Diastolik TDD 81,39±13,01 81,34±13,41 0,95 BMI kgm 2 23,25±3,87 23,84±4,15 0,41 Terdapat perbedaan rerata antar kelompok Uji yang digunakan pada Tabel VIII adalah uji t tidak berpasangan t test independent yang digunakan untuk melihat kebermaknaan rerata antar kelompok dengan menggunakan skala pengukuran numerik dengan syarat untuk melakukan uji tersebut yaitu dengan menggunakan data dua kelompok yang tidak berpasangan Dahlan, 2014. Hasil analisis data pada Tabel IX yaitu terdapat perbedaan rerata pada kategori umur dengan nilai p=0,01. Faktor umur pada laki-laki memiliki rerata lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Insidensi hipertensi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Seiring meningkatnya kelompok usia ≥40 tahun maka meningkat pula prevalensi hipertensi.Pada kalangan penduduk dengan umur 25-65 tahun dengan jenis kelamin laki-laki mempunyai kebiasaan merokok cukup tinggi yaitu 54,5. Kebiasaan laki-laki mengkonsumsi kopi juga merupakan salah satu faktor penumbang terjadinya hipertensi. kopi adalah bahan minuman yang banyak mengandung kafein. Kopi juga dapat berakibat buruk pada jantung. Kafein dapat menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Kebiasaan minum kopi yang di dapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein, sehingga minum kopi lebih dari empat cangkir dalam sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah sistolik sekitar 8 mmHg Sutejdo, 2006. Hipertensi pada laki-laki dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya hidup sehat dan mengendalikan faktor risiko yaitu dengan memodifikasi hidup secara efektif, melakukan langkah penurunan berat badan yang berlebih, mengurangi asupan natrium terutama pada garam, menghentikan atau mengurangi kebiasaan merokok dan minum kopi bagi penderita yang terbiasa mengkonsumsi rokok dan kopi, mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan serta menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga minimal dua kali seminggu terutama bagi yang mempunyai berat badan berlebih Wahyuni, 2013. Namun, setelah memasuki masa menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan akan meningkat. Bahkan setelah umur 65 tahun, kejadian hipertensi pada perempuan akan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang diakibatkan oleh faktor hormonal Depkes RI, 2006. Faktor jenis kelamin memiliki pengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan, dengan rasio sekitar 2,29 untuk kenaikan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi dan Pengendalian Tekanan Darah

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden yang berusia 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, D.I.Y. (faktor usia dan merokok).

0 0 2

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan Body Mass Index (BMI)).

0 1 98

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman (kajian faktor usia dan tingkat pendidikan).

1 1 95

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor umur dan jenis pekerjaan).

0 0 93

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor gaya hidup sehat.

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan penghasilan).

1 3 107

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia, jenis kelamin, bmi, dan risiko kardiovaskular).

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan pengaturan diet).

5 38 107

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, di Yogyakarta (kajian faktor umur dan aktivitas fisik).

0 0 101