dikarenakan pada perhatian mereka terhadap kesehatan tubuhnya sehingga membuat mereka untuk lebih sering bertemu dengan tenaga kesehatan. Maka
apabila semakin sering seseorang menemui tenaga kesehatan, maka akan semakin sadar dengan kondisi tubuhnya Malekzadeh, Etemadi, Kamangar, Khademi,
Golozar, Islami et al., 2013. Analisis jenis kelamin terhadap kesadaran responden diperoleh nilai p
sebesar 0,33, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kesadaran responden hipertensi. Namun hasil tersebut berbeda dengan
penelitian Pereira, et al., 2009, bahwa tingkat kesadaran pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya karena
seorang ibu atau perempuan akan lebih sering mengunjungi pusat kesehatan atau tempat pratik dokter untuk keperluan konsultasi kehamilan, kelahiran bayi dan
konsultasi mengenai anak-anak mereka contohnya untuk keperluan imunisasi atau kegiatan posyandu secara rutin di wilayah mereka. Hal ini secara tidak langsung
membuat para ibu atau perempuan tersebut untuk memeriksakan kesehatan mereka termasuk mengukur tekanan darahnya.
Responden dengan usia 60-74 tahun dengan hipertensi, kesadaran perempuan terhadap hipertensi lebih tinggi secara bermakna daripada laki-laki
dengan nilai OR=1,48 Kaiu, et al., 2013.
3. Terapi Hipertensi
Obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah juga terbukti efektif dalam menurunkan atau mencegah kerusakan ginjal pada penderita diabetes dengan atau
tanpa adanya hipertensi. Beberapa waktu terakhir sebagian obat-obatan telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbukti dapat mencegah kerusakan retina pada penderita diabetes dan zat antihipertensi dapat pula mengurangi kemungkinan orang yang mengalami
serangan jantung untuk mengalaminya lagi atau mengalami gagal jantung Dipiro, et al., 2005.
Tabel XIV. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Terapi Hipertensi Responden di Kecamatan Kalasan
Variabel Terapi
Nilai p
OR 95CI
Ya
Tidak n
n
Umur tahun
0,08 0,43
0,18-1,04 60-75
12 26,7
21 45,7
40-59 33
73,3 25
54,3
Jenis Kelamin
0,67 0,80
0,34-1,82 Laki-laki
17 45,9
20 54,1
Perempuan 28
51,9 26
48,1
Hasil analisis data tentang pengaruh faktor usia terhadap terapi hipertensi menunjukkan nilai p0,05 yaitu 0,08 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh antara faktor usia dengan terapi hipertensi di Kecamatan Kalasan. Terapi hipertensi banyak dilakukan oleh orang yang telah berusia lanjut yang memiliki
komplikasi beberapa komplikasi penyakit termasuk hipertensi Namun, seiring dengan bertambahnya usia, jumlah responden yang melakukan terapi hipertensi
secara rutin semakin menurun. Hal tersebut disebabkan karena tingkat kesadaran responden dengan usia diatas 60 tahun semakin menurun Seed, Al-Hamdan,
Bahnassy, Abdalla, Abbas, and Abuzaid, 2011. Hasil penelitian menunjukkan nilai p sebesar 0,67 maka dapat disimpulkan
bahwa perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi terapi hipertensi responden di Kecamatan Kalasan. Beberapa laki-laki yang menjalani terapi hipertensi terkadang
lupa dalam mengkonsumsi obat-obatnya. Hal ini disebabkan oleh kesibukan mereka, mayoritas pekerjaan penduduk di Kecamatan Kalasan antara lain bertani
dan berladang sekaligus mencari pakan untuk ternak mereka dirumah. Kegiatan tersebut bisa dilakukan dari pagi hingga siang hari atau dari siang hingga sore hari,
hal ini menyebabkan rendahnya tingkat ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi mereka dan cenderung sulit untuk mengontrol makan yang
dikonsumsi dan porsi makan mereka. Pada responden berusia tua dengan hipertensi, dalam terapi untuk
mengatasi hipertensi perempuan lebih baik daripada laki-laki dan pada responden dengan usia 60-74 tahun dikaitkan dengan tingkat pengobatan yang dilakukan,
secara signifikan lebih tinggi dibandingan dengan usia 75 tahun Kiau, et al., 2013.
4. Pengendalian Hipertensi