Faktor umur Faktor jenis kelamin

1. Faktor umur

Tingkat prevalensi, kesadaran, terapi dan kontrol tekanan darah dapat dipengaruhi oleh faktor umur. Adanya peningkatan prevalensi seiring dengan bertambahnya umur, dari 7,3 yang berumur 18-39, menjadi 32,4 yang berumur 40- 59 dan 65,0 di antara yang berumur ≥60 tahun. Di antara orang dewasa dengan hipertensi, terjadi peningkatan kesadaran seiring bertambahnya umur. Kesadaran hipertensi diantara yang berumur 18-39 tahun sebesar 61,8, kesadaran hipertensi yang berumur 40-59 tahun sebesar 83,0 dan pada umur ≥60 tahun sebesar 86,1. Penggunaan terapi obat untuk menurunkan tekanan darah juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur, 44,5 yang berumur 18-39 tahun, 73,7 yang berumur 40-59 tahun dan 82,2 yang berumur ≥60 tahun. Di antara orang dewasa dengan hipertensi, pada umur 18- 39 tahun 34,4 cenderung kurang memiliki tekanan darah yang terkontrol dibandingkan yang berumur 40- 59 tahun 57,8 atau pada umur ≥60 tahun sebesar 50,5 Nwankwo, et al., 2013. Umur dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi. dengan seiring bertambahnya umur, maka risiko terkena hipertensi juga menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40 dengan mortalitas sekitar di atas 65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik. Tingginya hipertensi berjalan seiring dengan bertambahnya umur, hal ini disebabkan oleh perubahan struktur dari pembuluh darah besar, sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, akibatnya terjadi peningkatan pembuluh darah sistolik Depkes RI, 2006.

2. Faktor jenis kelamin

Keberhasilan dari upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan terjadinya peningkatan Umur Harapan Hidup UHH. Terjadinya peningkatan UHH maka akan menambah jumlah lansia yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan prevalensi Penyakit Tidak Menular PTM seperti hipertensi akan cenderung mengalami peningkatan Zuraidah, et al., 2012. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain faktor yang telah melekat atau tidak dapat diubah yaitu jenis kelamin, umur dan genetik. Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipetensi, di mana laki-laki lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dapat terjadi karena diduga laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan perempuan. Namun, setelah memasuki masa menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan akan meningkat. Bahkan setelah umur 65 tahun, kejadian hipertensi pada perempuan akan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang diakibatkan oleh faktor hormonal Depkes RI, 2006. Sesuai dengan teori medis dan berdasarkan hasil penelitian nasional Riskesdas tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi pada perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki pada usia muda. Namun prevalensi hipertensi pada perempuan mulai lebih tinggi dari laki-laki saat mendekati umur 35 tahun. Menurut teori medis, hormon estrogen dapat melindungi perempuan terhadap hipertensi. Kadar estrogen akan menurun saat menopause Isfandari, 2015. Penggunaan kontrasepsi hormonal diketahui dapat berpengaruh terhadap peningkatan berat badan dan kanker, serta dapat mempengaruhi keadaan fisiologis dan psikologis pada perempuan Isfandari, 2015. Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik 2006, penggunaan obat kontrasepsi oral dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko hipertensi akan meningkat dengan lamanya penggunaan. Perempuan yang menggunakan obat konrasepsi oral harus memeriksakan tekanan darahnya secara teratur. Adanya hubungan distress emosional, jenis kelamin dan status ekonomi yang sangat jelas. Perempuan memiliki insiden kesehatan mental yang buruk dua kali lebih tinggi, dan masalah mental meningkat seiring dengan penurunan pendapatan. Bahkan dalam jaminan keamanan pada pekerjaan yaitu adanya pekerjaan sementara tanpa jaminan asuransi dan gaji teratur, laki-laki memiliki posisi yang lebih baik di lapangan atau industri, sedangkan perempuan bekerja di sektor unskilled. Pendapatan perempuan 40 lebih rendah daripada laki- laki. Selain bekerja, perempuan juga memiliki tanggung jawab keluarga. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi distress emosional pada perempuan dengan umur 15 tahun keatas lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, hal ini menjadi kontributor terjadinya kejadian hipertensi pada perempuan lebih dini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya hipertensi khususnya pada laki-laki, faktor-faktor tersebut antara lain umur, riwayat keluarga dengan hipertensi, obesitas, asupan garam yang terlalu tinggi, merokok dan kebiasaan mengkonsumsi kopi. Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal yaitu pada umur ≥40 tahun. Pada kelompok penduduk umur 25-65 tahun dengan jenis kelamin laki-laki memiliki kebiasaan merokok yang cukup tinggi yaitu 54,5. Setiap harinya dapat menghisap lebih dari satu pak rokok per orangnya, karena kebiasaan merokok ini menjadikan dua kali lebih rentan terhadap hipertensi daripada mereka yang tidak merokok. Kebiasaan mengkonsumsi kopi juga merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya hipertensi pada laki-laki. Kebiasaan merokok dan konsumsi kopi merupakan gaya hidup yang dilakukan oleh laki-laki. Kopi adalah suatu bahan minuman yang biasa dikonsumsi yang mengandung kafein. Kopi juga dapat berakibat buruk pada jantung. Kandungan pada kopi yaitu kafein dapat menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga jantung dipacu untuk mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Setiap satu cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein, sehingga apabila minum kopi lebih dari empat cangkir sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg Wahyuni, 2013.

H. Landasan Teori

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden yang berusia 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, D.I.Y. (faktor usia dan merokok).

0 0 2

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan Body Mass Index (BMI)).

0 1 98

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman (kajian faktor usia dan tingkat pendidikan).

1 1 95

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor umur dan jenis pekerjaan).

0 0 93

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor gaya hidup sehat.

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan penghasilan).

1 3 107

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia, jenis kelamin, bmi, dan risiko kardiovaskular).

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan pengaturan diet).

5 38 107

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, di Yogyakarta (kajian faktor umur dan aktivitas fisik).

0 0 101