X1 Working Capital to Total Assets X2 Retained Earnings to Total Assets

B. Analisis Data

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai Z-Score dari rumus Altman, sedangkan variabel independennya adalah lima rasio keuangan yang digunakan dalam rumus Altman. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah yang sudah ditentukan sebelumnya dalam bab metode penelitian, yaitu: 1. Mengumpulkan data Data diambil dari laporan keuangan setiap perusahaan, yang akan digunakan dalam penghitungan komponen-komponen dalam rumus Altman Z- Score. Data-data yang digunakan adalah total aktiva lancar, total aktiva, total hutang lancar, total hutang, laba ditahan, laba sebelum bunga dan pajak, jumlah lembar saham yang beredar, harga saham, dan total penjualan. 2. Menghitung komponen Z-Score dalam bentuk rasio untuk menilai kondisi masing-masing perusahaan. Terdapat lima komponen dalam rumus Altman Z-Score yang dihitung untuk masing-masing perusahaan, yaitu:

a. X1 Working Capital to Total Assets

Modal kerja diperoleh dengan cara total aktiva lancar dikurangi dengan total kewajiban lancar. X1 termasuk rasio likuiditas yang digunakan untuk mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Tabel 5.1 merupakan hasil perhitungan X1 Working Capital to Total Assets untuk sembilan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Tabel 5.1: X1 Working Capital to Total Assets No. Kode Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 1 ADES 0,137 0,169 0,239 0,200 0,166 2 CEKA 0,304 0,306 0,014 0,307 0,261 3 DLTA 0,672 0,692 0,686 0,679 0,669 4 ICBP 0,323 0,367 0,355 0,311 0,296 5 MLBI 0,031 0,003 0,290 0,009 0,346 6 PSDN 0,179 0,236 0,210 0,225 0,148 7 ROTI 0,212 0,055 0,020 0,024 0,053 8 SKLT 0,228 0,202 0,147 0,097 0,078 9 ULTJ 0,238 0,145 0,249 0,331 0,395 Sumber: data diolah Berdasarkan hasil perhitungan modal kerja bersih terhadap total aktiva yang dimiliki masing-masing perusahaan, ada satu perusahaan yang memiliki nilai X1 negatif yaitu PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk. MLBI dari tahun 2010-2014. Hal tersebut terjadi karena perusahaan memiliki kewajiban lancar yang lebih besar dibandingkan dengan aset lancar yang dimiliki, sehingga aset lancar yang dimiliki tidak mencukupi untuk menutup kewajibannya. Nilai X1 terendah yaitu pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. MLBI di tahun 2014 yang memiliki rasio sebesar 0,346 atau 34,6 dan dapat diartikan bahwa perusahaan mengalami kekurangan aktiva lancar untuk membayar hutang lancar yang telah jatuh tempo sebesar 34,6 dari total aktiva perusahaan. Nilai X1 tertinggi yaitu pada PT. Delta Djakarta Tbk. DLTA di tahun 2011 yang mencapai 0,692 atau sebesar 69,2. Hal ini menunjukkan bahwa kelebihan aktiva lancar setelah membayar kewajiban lancar yang telah jatuh tempo adalah sebesar 69,2 dari total aktiva perusahaan.

b. X2 Retained Earnings to Total Assets

Laba ditahan merupakan laba yang akan diinvestasikan kembali dan atau rugi dari suatu perusahaan selama umur perusahaan tersebut. Rasio ini termasuk rasio profitabilitas kumulatif yang digunakan untuk mengukur besarnya kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. Laba ditahan terjadi karena pemegang saham mengizinkan perusahaan untuk menginvestasikan kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai dividen. Laba ditahan yang dilaporkan dalam neraca bukan merupakan kas dan tidak tersedia untuk pembayaran dividen atau yang lain. Tabel 5.2 merupakan hasil perhitungan X2 Retained Earnings to Total Assets. Tabel 5.2: X2 Retained Earnings to Total Assets No. Kode Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 1 ADES 1,579 1,640 1,184 1,107 1,016 2 CEKA 0,054 0,173 0,194 0,247 0,214 3 DLTA 0,766 0,746 0,740 0,729 0,728 4 ICBP 0,175 0,239 0,272 0,280 0,299 5 MLBI 0,394 0,415 0,266 0,541 0,238 6 PSDN 1,402 1,349 0,020 0,031 0,015 7 ROTI 0,319 0,359 0,326 0,281 0,319 8 SKLT 0,069 0,086 0,100 0,115 0,147 9 ULTJ 0,324 0,340 0,415 0,461 0,521 Sumber: data diolah Berdasarkan hasil perhitungan laba ditahan terhadap total aktiva yang dimiliki masing-masing perusahaan, ada dua perusahaan yang memiliki nilai X2 yang negatif yaitu PT. Akasha Wira International Tbk. ADES dari tahun 2010-2014 dan PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. PSDN tahun 2010, 2011, dan 2014. Perusahaan yang memiliki nilai X2 terkecil selama tahun 2010-2014 yaitu PT. Akasha Wira Internasional Tbk. ADES di tahun 2011 yang memiliki rasio 1,640 atau 164. Nilai yang negatif ini menunjukkan bahwa total aktiva yang digunakan perusahaan tidak dapat menghasilkan laba ditahan yang bernilai positif karena jumlah kerugian perusahaan telah melebihi laba ditahan awal periode. Sehingga, nilai 1,640 atau 164 dapat diartikan bahwa perusahaan tidak dapat menutupi kerugian yang terjadi pada perusahaan sebesar 164 dari total aktiva. Nilai X2 tertinggi dari sembilan perusahaan tersebut adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk. DLTA di tahun 2010 yang memiliki rasio 0,766 atau 76,6. Nilai ini menunjukkan kemampuan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan adalah sebesar 76,6 dari total aktiva yang dimiliki.

c. X3 Earnings Before Interest and Taxes EBIT to Total Assets