e. Manajeman: suatu penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17 dari nilai perusahaan, contohnya biaya
akuntan dan biaya penasihat hukum. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan
penghematan bisa dilakukan, misal dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa
dihindari.
E. Altman Z-Score
1. Teori Altman Z-Score Model prediksi kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa
negara. Altman 1983, 1984 melakukan survei model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swis, Brazil,
Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Perancis Foster, 1986: 551. Menurut Wilopo 2001 dalam Octavia 2013, Altman 1968
mengembangkan model prediksi kebangkrutan menggunakan metode multiple discriminant analysis MDA. Altman mengambil sampel 66
perusahaan manufaktur yang dibagi dua menjadi kelompok perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut untuk periode amatan 1946-1965.
Digunakan lima rasio keuangan yaitu: working capitaltotal asset, retained earningstotal asset, earnings before interest and taxstotal
aseets, market value equitybook value of total debt, serta salestotal asset. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah- nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan
perusahaan. Formula Z-Score dari Altman merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari sebuah
perusahaan Munawir, 2002 dalam Kneefel dan Mandagie 2015. Z- Score Altman untuk perusahaan yang telah go public ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut Hanafi dan Halim, 2012: 272:
Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
Keterangan : X1 = Modal kerja terhadap total aktiva Working capital to total asset
X2 = Laba yang ditahan terhadap total aktiva Retained earnings to total asset
X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total aktiva Earnings before interest and taxes to total asset
X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang Market value equity to book value of total debt
X5 = Penjualan terhadap total aktiva Sales to total asset.
Dalam metode tersebut, perusahaan yang mempunyai skor Z lebih dari 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang rendah risiko bangkrut low
risk, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor antara 1,81 sampai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2,99, perusahaan dikategorikan tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya grey area. Selanjutnya skor Z kurang dari 1,81 perusahaan dikategorikan
berpotensi mengalami kesulitan keuangan yang besar dan berisiko tinggi mengalami kebangkrutan high risk.
Dalam penelitian ini, model Altman yang pertama inilah yang akan digunakan sebagai dasar untuk mengetahui tanda-tanda kesulitan
keuangan dalam perusahaan yang telah Go Public. Altman Z-Score menggunakan teknik statistik analisis diskriminan
berganda – multiple discriminant analysis untuk menghasilkan alat prediksi yang merupakan fungsi linier dari beberapa variabel penjelas.
Subramanyam dan Wild, 2013: 288. Menurut Altman 1968, lima jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan
tersebut, terbukti dengan sangat akrual dapat memprediksi kebangkrutan dengan tingkat kebenaran 94 dengan sampel 95 dari seluruh
perusahaan yang dinyatakan bangkrut dan tidak bangkrut. Metode Altman mampu memperoleh ketepatan prediksi sebesar 95 untuk data satu tahun
sebelum terjadinya kebangkrutan, dan untuk data dua tahun sebelum kebangkrutan memiliki ketepatan prediksi sebesar 72. Selain itu
diketahui bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah, sangat berpotensi mengalami krisis keuangan yang serius.
2. Komponen Altman Z-Score Altman Z-Score menggunakan beberapa rasio untuk menciptakan alat
prediksi kesulitan keuangan. Lima rasio keuangan yang digunakan pada Z- Scoreadalah X1 = Modal kerja total aset, X2 = Laba ditahan total aset, X3
= Laba sebelum bunga dan pajaktotal aset, X4 = Ekuitas pemegang sahamtotal kewajiban, dan X5 = Penjualan total aset. Dapat dilihat bahwa
X1, X2, X3, X4, dan X5 masing-masing mencerminkan 1 likuiditas, 2 usia perusahaan dan profitabilitas kumulatif, 3 profitabilitas, 4 struktur
keuangan, dan 5 tingkat perputaran modal Subramanyam dan Wild, 2013: 288.
Rasio yang diambil dari rasio-rasio metode Altman yaitu: a.
X1 = Working Capital to Total Asset Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan modal bersih dari total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal bersih dengan total
aktiva. Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Modal kerja bersih yang negatif
kemungkinan perusahaan akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya
aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut Iflaha, 2008.
b. X2 = Retained Earnings to Total Assets
Rasio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan
beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio
tersebut karena
semakin lama
perusahaan beroperasi
memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan Kamal, 2012. Laba ditahan merupakan laba yang tidak
dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan
yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham Octavia, 2013.
c. X3 = Earning Before Interest and Tax to Total Asset
Rasio ini digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva
yang digunakan. Beberapa indikator yang dapat digunakan dalam
mendeteksi adanya
masalah pada
kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah piutang dagang
meningkat, rugi terus-menerus dalam beberapa kwartal, persediaan meningkat, penjualan menurun, dan terlambatnya
hasil penagihan piutang Kamal, 2012. Semakin kecil tingkat profitabilitas berarti semakin tidak efisien dan tidak efektif
perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan laba usaha Octavia, 2013.
d. X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban – kewajiban dari nilai pasar modal sendiri
saham biasa Iflaha, 2008. Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham yang beredar
dengan harga pasar per lembar saham. Nilai buku utang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan
kewajiban jangka panjang Kamal, 2012. e.
X5 = Sales to Total Asset Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan
volume bisnis yang cukup dibandingkan dengan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini menunjukkan efisiensi manajemen
dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba Iflaha, 2008.
Sales to Total Asset termasuk rasio aktivitas yang mengukur keefektifan suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimilikinya. Rasio ini menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva perusahaan Octavia, 2013.
3. Kelebihan metode Altman Z-Score Menurut Bapepam 2005 dalam Kamal 2012, kelebihan dari hasil Z-
Score adalah: a Menggabungkan berbagai risiko keuangan secara bersama-sama.
b Menyediakan koefisien yang sesuai untuk mengkombinasikan variabel-variabel independen.
c Mudah dalam penerapan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III METODE PENELITIAN