Masa Tradisi Masa Transisi Masa Modernisasi

78 dalam bermain alat musik barat. Pemusik Indonesia memainkan musik-musik mancanegara melalui pembentukan musik vocal,orkes atau band. Tradisi memainkan musik-musik polpuler manca Negara dalam konteks kebutuhan acara- acara bersifat social dan pertunjukan terus bertahan sampai sekarang.

2.10.3 Periodesasi Lagu Populer Batak Toba

Menurut Panggabean 1994:30-39 musik Batak Toba dapat dibuat penggolongannya kepada empat masa, yaitu: a tradisi, b transisi, c modernisasi, dan d konstilasi.

2.10.3.1 Masa Tradisi

Masa tradisi merupakan corak asli dari musik Batak Toba secara melodis, karena belum ada variasi-variasi dalam melodi yang dipengaruhi tradisi asing. Apabila dibandingkan dengan struktur harmoni Barat, lagu-lagu pada masa tradisi ini terasa lebih spesifik disebabkan oleh wilayah nada bagi melodi yang dihasilkan oleh alat musik dan tangga nada diatonis belum digunakan.

2.10.3.2 Masa Transisi

Masa transisi dalam lagu-lagu Batak Toba terjadi perkembangan dengan adanya perubahan gaya. Hal ini disebabkan masuknya pengaruh gereja, yang mana lagu-lagu di dalam gereja mengiringi saat kebaktian adalah menggunakan harmoni Barat, walaupun lirik lagunya dalam bahasa Batak Toba. Sistem harmoni Barat itu Universitas Sumatera Utara 79 dibawa oleh para misionaris ke dalam gereja Batak. Pengaruh gereja tersebut sangat kuat di dalam lagu-lagu populer Batak Toba, hal ini dapat dilihat pada wilayah nada yang sudah berkembang pada masa ini apabila dibandingkan dengan masa sebelumnya. Masa transisi ini komponis yang paling berpengaruh adalah Tilhang Gultom, seorang pelopor Opera Batak yang banyak menciptakan lagu-lagu Batak untuk pertunjukan Opera Batak, sekitar dasawarsa 1920 sampai 1930-an.

2.10.3.3 Masa Modernisasi

Masa modernisasi merupakan masa perkembangan musik Batak Toba yang semakin maju. Salah satu faktor penyebabnya adalah semakin majunya teknologi termasuk media massa seperti radio dan piringan hitam. Hadirnya radio siaran yang resmi berdiri tanggal 16 Juli 1925 di Batavia sekarang Jakarta, sangat menunjang perkembangan musik di tanah air termasuk musik populer Batak Toba. Musik populer Batak Toba mulai diperdengarkan di radio pada mulanya direkam pada bentuk piringan hitam. Orang pertama yang merekam musik populer Batak Toba adalah Romulus Lumban Tobing ayah Gordon Tobing. Lagu-lagu Batak mulai diperdengarkan di radio pada tanggal 10 Januari 1939 yang dimainkan oleh Hard Batak Hawaiian Tapanuli dipimpin oleh F. Toenggoel Hutabarat Panggabean, 1994:34. Sejak maraknya musik populer dalam berbagai irama pada siaran radio, masyarakat dan pemusik Batak Toba sering mendengar berbagai macam irama seperti: chacha, jazz, rumba, waltz, tango, seriosa, dan lain-lain. Hal ini merupakan faktor pendorong bagi pemusik Batak Toba untuk membuat musik Batak Toba menjadi sesuatu yang baru, dan mencoba membuat musik Batak Toba dengan berbagai irama seperti yang tertera di atas salah satu contoh adalah lagu Universitas Sumatera Utara 80 yang berjudul Lissoi. Lagu ini digarap oleh Nahum Situmorang dalam irama waltz dengan metrum 34. Pemusik pelopor pada masa ini adalah Nahum Situmorang, Sidik Sitompul, Ismail Hutajulu, Marihot Hutabarat, dan Cornel Simanjuntak.

2.10.3.4 Masa Konstelasi