Pengertian Pola Asuh Orang tua Macam-Macam Pola Asuh

6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang tua

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1998:1088, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk struktur yang tetap.Sedangkan kata .asuh dapat berati menjaga merawat dan mendidik anak kecil, membimbing membantu; melatih dan sebagainya, dan memimpin mengepalai dan menyelenggarakan satu badan atau lembaga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1998:96 kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat. Menurut Ahmadi 1991:14 menyatakan bahwa pola asuh merupakan interaksi anak dan orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindumgi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma- norma yang ada dalam masyarakat. Jadi pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

2. Macam-Macam Pola Asuh

Dalam mengelompokkan pola asuh orang tua dalam mendidik anak, para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir mempunyai persamaan. Di antaranya adalah sebagai berikut : Zahara dan Lisma 1991:87-90 menggolongkan pengelolaan anak ke dalam tiga macam pola, yaitu : a. Pola asuh Demokratis Menurut Gunarsa 2004:280-281 pola asuh demokratis merupakan pola asuh dimana anak selalu dilibatkan dalam urusan keluarga maupun dalam urusan anak itu sendiri. Orang tua demokratis menekankan, norma-norma serta nilai-nilai namun mereka bersedia untuk mendengarkan, memberi penjelasan serta bernegosiasi dengan anak. Orang tua demokratis menyatakan kekecewaan pada anak tidak dengan tindakan fisik melainkan dengan tindakan verbal, hal ini dilakukan karena dianggap lebih efektif dan dapat memotivasi anak untuk bertindak lebih hati-hati di dalam melakukan sesuatu. Di dalam keluarga anak merasa bahwa suasana rumah begitu nyaman, penuh dengan kehangatan, serta anak akan memiliki sikap untuk menghormati orang lain. b. Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter merupakan suatu pola asuh di mana orang tua sering menanamkan sikap disiplin kepada anak, hal ini dimaksudkan supaya anak dapat memenuhi apa yang diinginkan oleh orang tua. Anak yang mendapatkan pola pengasuhan otoriter dari orang tuanya akan menjadi anak yang canggung dalam bergaul, selalu tegang, bimbang dan bahkan menjadi labil Kartono, 1985:22. c. Pola Asuh Laissez-faire Pola asuh laissez-faire merupakan pola pengasuhan yang membiarkan anak, di mana orang tua memberikan kebebasan secara mutlak terhadap anak tanpa memberikan bimbingan. Anak yang mendapatkan pola pengasuhan seperti ini akan menjadi anak yang kurang bisa mengontrol dirinya sendiri, hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian dari orang tuanya. Anak juga akan merasa bahwa hidup mereka tidak ada artinya lagi bagi keluarga mereka atau orang tua mereka. Drs. H. Abu Ahmadi 1991:24-26 mengemukakan bahwa, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fels Research Institute, corak hubungan orang tua anak dapat dibedakan menjadi tiga pola, yaitu : 1. Pola menerima menolak, pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orang tua terhadap anak. 2. Pola memiliki melepaskan, pola ini didasarkan atas sikap protektif orang tua terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap orang tua yang overprotektif dan memiliki anak sampai kepada sikap mengabaikan anak sama sekali. 3. Pola demokrasi otokrasi, pola ini didasarkan atas taraf partisifasi anak dalam menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak, sedangkan dalam pola demokrasi, sampai batas-batas tertentu, anak dapat berpartisifasi dalam keputusan-keputusan keluarga. Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, penulis hanya akan mengemukakan tiga macam saja, yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permisif. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar pembahasan menjadi lebih terfokus dan jelas. Selain itu, ketiga pola asuh tersebut secara teoritis lebih dikenal bila dibandingkan dengan yang lainnya. 1. Otoriter Menurut Singgih D. Gunarsa dan Ny.Y. Singgih D. Gunarsa 2004:276-280 pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang menuntut anak agar patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya sendiri. Menurut Stewart dan Koch 1983:203, orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri sebagai berikut: a. Kaku b. Tegas c. Suka menghukum d. Kurang ada kasih sayang serta simpatik. e. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak. f. Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian. g. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa. Dalam penelitian Walters dalam Lindgren 1976: 306 ditemukan bahwa orang yang otoriter cenderung memberi hukuman terutama hukuman fisik. Sementara itu, menurut Sutari Imam Barnadib 1986: 24 dikatakan bahwa orang tua yang otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk mengemukakan pendapat serta mengutarakan perasaan- perasaannya. Sedangkan menurut Sri Mulyani Martaniah 1964: 16-18 pola asuh orang tua otoriter adalah : a. Orang tua amat berkuasa terhadap anak. b. Memegang kekuasaaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah-perintah orangtua. c. Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat. Dampak yang terjadi pada anak jika orang tuanya menerapkan pola asuh otoriter antara lain adalah : a. Di rumah anak memperlihatkan perasaan dengan penuh rasa takut, merasa tertekan, kurang pendirian, mudah dipengaruhi, dan sering berbohong, khususnya pada orang tua sendiri. b. Anak tidak berani mengeluarkan pendapatnya. c. Anak sangat tergantung pada orang lain dan kurang berterus terang. d. Anak pasif dan kurang sekali berinisiatif dan spontanitas, baik di rumah maupun di sekolah sebab anak biasa menerima saja dari orang tuanya seperti motivasi untuk belajar kurang sekali sebelum pelajaran itu diterangkan sejelas-jelasnya oleh guru. e. Tidak percaya pada diri sendiri karena anak terbiasa bertindak harus mendapat persetujuan orang tuanya. f. Karena perlakuan orang tua yang selalu kasar menjadikan anak sulit berhubungan dengan orang lain. Hal itu disebabkan pula ada rasa bersalah dalam diri anak dan takut mendapat hukuman dari oarang tuanya. Hal ini juga menimbulkan kesulitan bagi anak dalam belajar. Anak akan memperoleh kesulitan dalam belajar kelompok atau diskusi karena dia berkomunikasi secara kaku. Selain itu anak mendapat kesulitan dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sebab di dalam dirinya muncul kebekuan dari segala bentuk kreatifitas. g. Di luar rumah anak cenderung menjadi agresif, yaitu suka berkelahi dan mengganggu teman karena di rumah dikekang dan ditekan h. Anak ragu-ragu dalam mengambil keputusan dalam hal apa saja sebab dia tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri. i. Anak merasa rendah diri dan tidak berani memikul suatu tanggung jawab. j. Anak bersifat pesimis, cemas, dan putus assa. k. Anak tidak mempunyai pendirian yang tetap karena mudah terpengaruh oleh teman-temannya. 2. Pola Asuh Demokratis Baumrind Black dalam Hanna Wijaya, 1986: 80 dari hasil penelitiannya menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua yang demokratis akan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab. Stewart dan Koch 1983: 219 menyatakan bahwa pola asuh demokratis memiliki ciri-cirinya sebagai berikut : a. Bahwa orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak. b. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anakanaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa. c. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak anaknya. d. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian. Menurut Hurlock 1976: 98 pola asuhan demokratis ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Bahwa anak-anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internalnya. b. Anak diakui keberadaannya oleh orang tua. c. Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Sutari Imam Barnadib 1986: 31 mengatakan bahwa : a. Orang tua yang demokratis selalu memperhatikan perkembangan anak. b. Dan tidak hanya sekedar mampu memberi nasehat dan saran tetapi juga bersedia mendengarkan keluhan-keluhan anak berkaitan dengan persoalan-persoalannya. Pola asuhan demokratis seperti dikemukakan oleh Bowerman Elder dan Elder dalam Conger, 1975:97 memungkinkan semua keputusan merupakan keputusan anak dan orang tua. 3. Pola asuh Permisif Stewart dan Koch 1983: 225 menyatakan bahwa : a. Orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. b. Anak dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. c. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Menurut Spock 1982: 37 orang tua permisif memberikan kepada anak untuk berbuat sekehendaknya dan lemah sekali dalam melaksanakan disiplin pada anak. Hurlock 1976: 107 mengatakan bahwa pola asuhan permisif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Adanya kontrol yang kurang. b. Orang tua bersikap longgar atau bebas. c. Bimbingan terhadap anak kurang. Sementara itu, Bowerman, Elder dan Elder dalam Conger, 1975: 113 mengatakan, ciri pola asuh ini adalah semua keputusan lebih banyak dibuat oleh anak daripada orang tuanya. Sutari Imam Bamadib 1986: 42 menyatakan bahwa orang tua yang permisif yaitu : a. Kurang tegas dalam menerapkan peraturan-peraturan yang ada. b. Anak diberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk berbuat dan memenuhi keinginannya. Dampak yang ditimbulkan pada anak jika orang tua menerapkan pola asuh orang tua permisisf antara lain : a. Anak kurang sekali menikmati kasih sayang orang tuanya. Hal ini disebabkan karena kurang sekali kehangatan yang akrab dalam keluarga, orang tua selalu sibuk dengan pekerjaannya. b. Anak merasa kurang mendapat perhatian orang tuanya. Oleh karena itu pertumbuhan jasmani, perkembangan rohani, dan sosial sangat jauh berbeda atau dibawah rata-rata jika dibandingkan dengan anak-anak yang diperhatikan oleh orang tuanya. c. Anak sering mogok bicara dan tidak mau belajar. d. Anak bertingkah laku sering menantang, berontak, dan keras kepala. e. Anak kurang sekali memperhatikan disiplin. f. Anak tidak mengindahkan tata cara dan norma-norma yang ada dalam lingkungannya. Oleh karena itu anak sering terjerumus pada kesesatan dan amoral, seperti pecandu, penjudi, perampok, pemabuk, dan pelacur. g. Anak merasa tidak bertanggung jawab, apabila dia ditugaskan suatu pekerjaan tanpa bantuan orang lain. h. Anak tidak disenangi teman-temannya sebab dia kaku dalam bergaul, mempunyai sifat acuh tak acuh dalam bergaul, dan tidak mempunya disiplin.

3. Keunggulan Pola Asuh Demokratis