Pengertian Prestasi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Wittig 1981 dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macamkeseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Menurut Wittig belajar ditekankan pada perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko-fisik organisme. Penekanan ini didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tak dapat diobservasi secara langsung. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan sehingga membuat tingkah laku seseorang, pemahamn sesorang kreatifitasnya menjadi lebih baik.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 1101 menyatakan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Suratinah Tirtonegoro 1984:43 menyatakan bahwa pencapaian hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan pengertian prestasi belajar adalah Hasil kegiatan belajar akademik setelah siswa melakukan kegiatan belajar yang di ukur menggunakan tes.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam Syah, 2003:144-155, yakni : a. Faktor Internal Siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, yang meliputi dua aspek, yakni : 1 Aspek fisiologis Kondisi umum jasamani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendimya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta kognitif sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapt mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Kondisi-kondisi organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas. Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga, seharusnya guru dan sekolah bekerjasama untuk memperoleh bantuan pemeriksan rutin dari dinas-dinas kesehatan setempat. 2 Aspek psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas prestasi belajar siswa. Namun diantara faktor-faktor tersebut, yang dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut : a Intelegensi siswa tingkat kecerdasan Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat Reber,1988. Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ- organ tubuh lainnya. Akan tetapi, peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya. Tingkat kecerdasan atau intelegensi IQ siswa sangat menentuka tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar pula peluangnya unutk meraih sukses. Sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. b Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan unutk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif dan negatif. Sikap siswa yang positif merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa disekolah. Sebaliknya sikap negatif siswa tehadap mata pelajaran, apalgi jika diiringi sikap kebencian dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. c Perhatian Perhatian adalah keaktifan siswa yang tertuju pada suatu objek bendahal sekumpulan objek. Agar prestasi belajar siswa menjadi baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga siswa tersebut tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian siswa, dengan cara mengusahakan pembelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. d Bakat siswa Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang Chaplin, 1972, Reber, 1988. Dengan demikian sebenarnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai denagn kapasitas masing-masing. Jadi bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas atau cerdas luar biasa disebut juga anak berbakat. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan induvidu untuk melakukan tugas tertentu tanpa bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dangan bidang tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Inilah yang disebut sebagai bakat khusus, yang tidak bisa dipelajari karena merupakan karunia sejak lahir. Sehubungan dengan hal itu, bakat akan mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. e Minat siswa Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar tergadap sesuatu. Menurut Reber 1988, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapain hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatian lebih banyak dari pada siswa lainnya. Karena pemusatan perhatian yang lebih itu pula maka anak akan lebih giat untuk belajar sehingga mencapai prestasi yang tinggi. f Motivasi siswa Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Jadi motivasi berarti pemasok daya energizer untuk bertingkah laku secar terarah Gleitman, 1986; Reber, 1988. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : • Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar • Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang ari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Jika seorang siswa tidak mendapatkan motivasi yang bersifat ekstrinsik maupun yang bersifat intrinsik, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses mempelajari materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Motivasi yang lebih berpengaruh pada anak adalah motivasi yang bersifat intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada pengaruh orang lain. g Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan- latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap matang belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap matang. Jadi kemajuan baru untuk memeiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar. h Kesiapan Kesediaan untuk meberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan pada dirinya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik. 3 Aspek kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani bersifat psikis. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidakkurang lancar pada bagian- bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat teras pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu samakonstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpakasa dan tidak sesuai dengan bakat, minat, dan perhatiannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka siswa harus menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan kelelahan tersebut. Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut : a Tidur b Istirahat c Mengusahakan variasi dalam belajar d Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah, misalnya obat gosok e Rekreasi yang teratur f Olah raga secara teratur g Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalnya yang memenuhi empat sehat lima sempurna h Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli, misalnya dokter, psikiater, konselor dan lain-lain. b. Faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yakni : 1 Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Sedangkan lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar tempat tinggal siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih berpengaruh kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa. Kebiasaan orang tua dalam mengelola keluarga yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Sehingga akan membuat anak tidak mau belajar dan juga akan cenderung berperilaku menyimpang. 2 Lingkungan Nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut turut menentukan tingkat keberhasilan siswa. Rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum akan mendorong siswa untuk pergi ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa. 3 Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa yang telah dipaparkan di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Dibawah ini peneliti akan menjelaskan hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa dengan menggunakan gambar skema yang disertai dengan penjelasannya. Ini bertujuan agar pembaca lebih mudah dalam memahami hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa.

C. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi