kemasan bermerek untuk memasarkan produknya. Karena dengan jumlah penduduk yang sangat besar maka akan terdapat perbedaan dan keragaman karakteristik
masyarakat termasuk perilaku konsumsinya. Menyikapi kondisi tersebut maka agar para produsen dapat bertahan dalam persaingan, mereka harus dapat mengidentifikasi,
mengetahui dan menyesuaikan keinginan serta harapan konsumen dengan produk yang dihasilkannya.
1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka disusun permasalahan sebagai berikut: 1
Bagaimana gambaran pola perpindahan merek brand switching minyak goreng yang dilakukan oleh ibu rumah tangga?
2 Apa saja yang menjadi pertimbangan ibu rumah tangga dalam memilih dan berpindah
merek minyak goreng? 3
Bagaimana pangsa pasar merek minyak goreng di masa mendatang?
1.2 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas maka tujuan penelitian adalah untuk: 1
Untuk menjelaskan pola perpindahan merek minyak goreng dari satu merek ke merek lainnya yang dilakukan oleh ibu rumah tangga.
2 Untuk menganalisis apa saja yang menjadi pertimbangan ibu rumah tangga dalam
memilih dan berpindah merek minyak goreng. 3
Untuk menganalisis pangsa pasar merek minyak goreng di masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan mempertahankan merek agar tetap menjadi pilihan konsumen mengingat persaingan antar merek yang semakin
meningkat. 2
Sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan analisis Rantai Markov.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjuan Pustaka 2.1.1 Minyak Goreng
Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang penting bagi masyarakat Indonesia. Konsumsi minyak goreng masyarakat terbagi dalam dua kategori
yaitu minyak goreng curah dan kemasan. Minyak goreng curah adalah minyak yang tidak memiliki merek dan diukur dalam satuan massa kilogram. Minyak goreng kemasan
adalah minyak goreng yang diberi merek dan dikemas dengan botol, plastik refill, dan jerigen. Minyak goreng kemasan diukur dalam satuan volume liter. Pada umumnya
minyak goreng yang beredar di Indonesia berasal dari kelapa sawit Irvani, 2008.
Minyak goreng dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan. Oleh karena itu, minyak goreng dapat pula
dikategorikan sebagai komoditas yang cukup strategis, karena pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis
dan politis yang cukup berarti bagi perekonomian kita Amang, 1996.
Minyak goreng juga merupakan salah satu produk kebutuhan rumah tangga yang digunakan untuk kebutuhan memasak. Peningkatan kebutuhan manusia dalam
mengkonsumsi makanan akan cenderung meningkatkan permintaan produk minyak goreng. Banyaknya produk minyak goreng yang beredar di pasar seperti Bimoli, Sania,
Tropical, Sunco, Filma, Avena, Madina, Kunci Mas, dan lain sebagainya dengan
Universitas Sumatera Utara
karakteristik feature dan keunggulan masing-masing mulai dari warna, kandungan gizi, kemasan, dan lain sebagainya semakin memacu para produsen untuk memasuki tingkat
persaingan yang tinggi dalam mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya agar jangan diambil alih oleh perusahaan kompetitor Afifuddin, 2007.
2.1.2 Konsumsi Minyak Goreng
Sebagian besar permintaan terhadap minyak goreng adalah untuk konsumsi rumah tangga. Tingginya tingkat permintaan terhadap minyak goreng adalah dikarenakan
minyak goreng adalah salah satu dari bahan pangan pokok yang tidak bisa tidak dikonsumsi. Selain itu juga sebagian besar penduduk Indonesia menyukai menu makanan
yang berbau goreng-gorengan. Sedangkan di Kota Medan, konsumsi minyaklemak pada tahun 2010 adalah sebesar 40,45 ribu tontahun yang terbagi dalam dua kategori yaitu
konsumsi minyak kelapa sebesar 12,69 ribu tontahun dan minyak sawit 27,76 ribu tontahunBadan Ketahanan Pangan, 2010.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka masalah kesehatan saat ini menjadi suatu hal yang sangat penting. Sehingga menyebabkan terjadinya pola hidup sehat yang
menimbulkan perubahan pada pola konsumsi pangan dan berimplikasi pada perpindahan merek minyak goreng yang digunakan Irvani, 2008.
Dan sebagaimana diketahui bahwa minyak goreng memiliki kandungan lemak yang tinggi sehingga konsumsinya cenderung dibatasi atau bahkan dikurangi. Semakin tinggi
tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pula peluang untuk menggantikan minyak goreng yang mengandung lemak atau minyak goreng curah dengan minyak goreng yang
lebih baik mutu kesehatannya yaitu minyak goreng kemasan bermerek, yang pada umumnya lebih mahal Amang dkk, 1996.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Istilah perilaku erat hubungannya dengan objek yang studinya diarahkan pada permasalahan manusia. Di bidang studi pemasaran, konsep perilaku konsumen secara
terus-menerus dikembangkan dengan berbagai pendekatan. Menurut Sumarwan 2004 menyatakan bahwa perilaku konsumen consumer behavior diartikan sebagai perilaku
yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan
mereka.
Menurut Engel, Roger dan Paul 2000, perilaku konsumen diartikan “Those actions directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services,
including the decision processes that precede and follow this action”. Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh,
mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan tersebut.
Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi. Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Hanna Wozniak,
2001.
Menurut Kotler 2001, Keputusan pembelian dari pembeli merupakan hasil suatu hubungan yang saling mempengaruhi dan yang rumit antara faktor-faktor internal yaitu
budaya, sosial, pribadi, dan psikologi dari pembeli.
Universitas Sumatera Utara
Pengenalan Kebutuhan
Perilaku setelah
Pembelian Keputusan
Pembelian Evaluasi
Alternatif Pencarian
Informasi 1
faktor budaya kebudayaan, subbudaya, dan kelas sosial, 2
faktor sosial kelompok acuan, keluarga, peran dan status, 3
faktor pribadi umur, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian, dan 4
faktor psikologis pengetahuan, motivasi, keyakinan, dan sikap.
Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal yang menimbulkan persepsi konsumen yaitu faktor stimulus pemasaran yang terdiri atas produk, harga, distribusi, dan
promosi. Faktor internal dan faktor eksternal ini kemudian menimbulkan dua persepsi konsumen yaitu persepsi internal konsumen dan persepsi stimulus konsumen. Kedua
persepsi ini sangat mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan membeli produk berdasarkan selera mereka Umar, 2000.
Kotler 2001 juga menjelaskan bagaimana seseorang dalam mengambil keputusan dalam pembelian suatu produk. Keputusan membeli yang dilakukan oleh konsumen melalui
beberapa tahap yaitu: tahap pengenalan kebutuhan, tahap pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan terakhir tahap perilaku setelah pembelian.
Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan- keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur pembelian
barang atau jasa. Keputusan ini didasarkan atas persepsi mereka yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Etriya dkk 2004, mengenai Analisis Ekuitas Berbagai Merek Minyak Goreng dengan menggunakan metode uji Cochran dan Analisis
Rantai Markov diperoleh hasil penelitian dari sampel yang diambil sebanyak 149 responden bahwa merek yang menempati posisi top of mind adalah Bimoli, sedangkan
Sania berada pada posisi Brand recall. Pada analisis asosiasi merek, warna kuning jernih dan kemasan menarik menjadi asosiasi bagi Sania. Sedangkan merek Bimoli dan Tropical
memiliki asosiasi yang sama yaitu kuning jernih, kualitas masakan baik, dan mudah diperoleh. Untuk merek Filma asosiasi mereknya adalah kuning jernih, kualitas masakan
baik, mudah diperoleh, dan teknologi proses yang baik. Sedangkan pada analisis loyalitas merek, terjadi perpindahan merek yang tinggi untuk merek Sania, Bimoli, Tropicall, dan
Filma. Dugaan pangsa pasar tertinggi minyak goreng kemasan di Bogor ditempati oleh Bimoli Spesial, sedangkan Sania bersaing ketat dengan Tropical.
Selanjutnya Dewi E. W. 2010, membuat penelitian mengenai Analisis Pasar Perpindahan Kartu Pra Bayar GSM dengan Rantai Markov studi kasus mahasiswa
UNDIP Semarang diperoleh hasil penelitian bahwa harga kartu perdanavoucher isi ulang merupakan faktor yang paling berpengaruh bagi konsumen untuk tetap loyal karena
harga kartu perdanavoucher isi ulang menduduki peringkat pertama. Banyak konsumen yang berpindah merek ke kartu pra bayar IM3, ini ditunjukkan oleh tingginya angka
probabilitas transisi, konsumen dari merek kartu pra bayar IM3 juga memiliki loyalitas paling tinggi, kemudian diikuti merek kartu pra bayar Simpati, Mentari, AS, XL, Three,
dan Axis. Kondisi steady state terjadi pada periode ke-29, sehingga didapatkan kemungkinan probabilitas pasar yang akan datang untuk kartu pra bayar Simpati sebesar
Universitas Sumatera Utara
4,43; AS sebesar 3,87; IM3 sebesar 76,25; Mentari sebesar 0,18; XL sebesar 1,33; Three sebesar 4,38, dan Axis sebesar 9,11.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pangsa Pasar
Market Share
Pangsa pasar Market Share dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau persentase penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan
para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu. Jika suatu perusahaan dengan produk tertentu mempunyai pangsa pasar 35, maka dapat diartikan bahwa jika
penjualan total produk-produk sejenis dalam periode tertentu adalah sebesar 1000 unit, maka perusahaan tersebut melalui produknya akan memperoleh penjualan sebesar 350
unit. Besarnya pangsa pasar setiap saat akan berubah sesuai dengan perubahan selera konsumen, atau berpindahnya minat konsumen dari suatu produk ke produk lain
Durianto dan Sitinjak, 2001.
Dalam tulisan Lubis 2004 strategi pemasaran bisa digolongkan atas dasar pangsa pasar yang diperoleh suatu perusahaan, maka terbagi atas 4 kelompok, yaitu:
1. Market Leader, disebut pimpinan pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada
pada kisaran 40 atau lebih. 2.
Market Chalengger, disebut penantang pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 30.
3. Market Follower, disebut pengikut pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada
pada kisaran 20. 4.
Market Nitcher, disebut juga penggarap relung pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 10 atau kurang.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Ekuitas Merek Brand Equity
Merek adalah nama simbol yang diberikan produsen yang bersifat membedakan barang atau jasa yang dihasilkan produsen lain. Aaker 1997 mengatakan bahwa ekuitas merek
merupakan satu set Brand Asset dan Liability yang berhubungan dengan sebuah merek dan simbol yang disediakan sebuah produk atau servis bagi pengguna. Ekuitas merek
mempunyai lima kategori, yaitu: 1.
Loyalitas merek Brand Loyality 2.
Kesadaran akan merek Brand Awareness 3.
Asosiasi merek Brand Association 4.
Kesan kualitas Perceived Quality 5.
Aset-aset merek lainnya Other Propriertary Brand Asset
Loyalitas merek merupakan inti dari ekuitas merek. Suatu produk dapat mempunyai brand awareness yang baik, kualitas yang baik, dan brand association yang cukup
banyak, tetapi belum tentu mempunyai loyalitas merek. Sebaliknya, produk yang memiliki loyalitas merek dapat dipastikan memiliki kesadaran merek yang tinggi, kualitas
yang baik, dan asosiasi yang cukup dikenal Aaker, 1997.
Adapun komponen dari ekuitas merek menurut Aaker 1997 adalah: 1.
Brand Loyality Loyalitas merek Brand Loyality merupakan satu ukuran keterkaitan antara pengguna kepada sebuah
merek. Ukuran ini dapat memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek tersebut didapati
adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun unsur-unsur produk. Dalam kaitannya dengan loyalitas merek suatu produk, didapati adanya beberapa tingkatan loyalitas merek.
Universitas Sumatera Utara
Setiap tingkat mewakili tantangan pemasaran yang berbeda, dan mewakili juga tipe aset yang berbeda dalam mengelola dan mengeksploitasinya. Semuanya mungkin tidak
mewakili kelas produk atau pasar yang spesifik.
2. Brand Awareness Kesadaran akan merek
Brand awareness adalah kesanggupan seorang pengguna untuk mengenali dan mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu produk tertentu. Pengukuran Brand
awareness, menurut Aaker 1997, didasarkan pada pengertian-pengertian yang mencakup tindakan dalam kesadaran akan merek yaitu:
a. Top of Mind, menggambarkan merek yang pertama kali diingat atau disebut
responden ketika ditanya tentang suatu produk. b.
Brand Recall, atau pengingatan kembali merek, mencerminkam merek-merek apa saja yang diingat responden setelah menyebut merek pertama.
c. Brand Recognition, atau merek yang diingat konsumen setelah diberi bantuan.
d. Unware of Brand, merupakan tingkatan yang paling rendah dimana responden tidak
mengenal merek suatu produk meskipun sudah diberi bantuan.
3. Brand Association Asosiasi merek
Brand association adalah segala sesuatu yang dapat dihubungkan dalam memori responden terhadap suatu produk. Berbagai asosiasi merek saling berhubungan akan
membentuk brand image. Pada umumnya asosiasi merek, terutama yang membentuk merek, akan menjadi pijakan bagi pengguna dalam keputusan pembelian dan loyalitas
pada merek tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4. Perceived Quality Kesan kualitas
Perceived quality merupakan persepsi pengguna terhadap kualitas suatu merek produk. Kesan kualitas ini akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk dimata pengguna.
Dimensi perceived quality dibagi menjadi: a.
Kinerja, melibatkan berbagai karakteristik operasional utama. b.
Pelayanan, mencerminkan kemampuan suatu produk dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.
c. Ketahanan, mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.
d. Keandalan, konsistensi dari kinerja yang dihasilkan dari suatu pembelian ke
pembelian berikutnya. e.
Karakteristik produk, bagian-bgian tambahan dari suatu produk. f.
Hasil, mengarah kepada kualitas yang dirasakan melibatkan dimensi sebelumnya.
2.2.3 Perpindahan Merek Brand Switching
Brand switching adalah kegiatan seorang pengguna yang melakukan perpindahan merek dari suatu produk yang satu ke produk yang lainnya karena alasan tertentu. Brand
switching ini merupakan bagian dari loyalitas merek dimana seorang pengguna yang setia menggunakan merek tertentu. Loyalitas merek Brand Loyality adalah suatu ukuran
keterkaitan pengguna terhadap sebuah merek. Loyalitas merek adalah kondisi pasar dengan tingkat pertumbuhan yang sangat rendah namun tingkat persaingan yang sangat
ketat saat ini. Keberadaan pengguna sangat loyal pada merek suatu produk sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan hidup dan upaya mempertahankan pengguna
ini sering menjadi strategi yang jauh lebih efektif daripada menarik pengguna baru untuk mengkonsumsi produk mereka Durianto dan Sitinjak, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kaitannya dengan loyalitas suatu produk, terdapat tingkatan loyalitas merek. Adapun tingkatan tersebut menurut Durianto dan Sitinjak 2001 adalah sebagai berikut:
1. Switcher Pengguna yang berpindah-pindah
Pengguna pada tingkat ini dikatakan sebagai pengguna yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pengguna untuk berpindah dari merek suatu produk ke
produk lainnya mengindikasikan mereka sebagai pengguna yang sama sekali tidak loyal pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta
memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri dari pengguna ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah.
2. Habitual Buyer Pengguna yang bersifat kebiasaan
Pada tingkatan ini pengguna dapat dikategorikan sebagai pengguna yang puas dengan merek yamg dipakainya. Pengguna ini membeli merek suatu produk didasarkan atas
kebiasaan mereka selama ini.
3. Satisfied Buyer with Switching Cost Pengguna yang puas dengan biaya peralihan
Pengguna yang berada pada tingkatan ini termasuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka berpindah ke
merek produk lainnya dengan menggunakan switching cost biaya peralihan yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka berpindah
merek.
4. Likes the Brand Pengguna yang menyukai merek tertentu
Pengguna yang masuk dalam kategori ini merupakan pembeli yang bersungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka pengguna bisa saja didasari oleh asosiasi yang
Universitas Sumatera Utara
terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan merek produk yang sebelumnya baik yang digunakan pribadi maupun kerabatnya.
5. Committed Buyer Pengguna yang setia
Pada tingkatan ini pengguna merupakan pembeli yang setia. Mereka memiliki kebanggaan terhadap merek suatu produk bahkan merek tersebut menjadi sangat penting
bagi mereka dipandang dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi diri mereka. Salah satu aktualisasi dari pelanggan ini ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan
mempromosikan merek tersebut kepada orang lain.
Loyalitas merek pengguna terhadap suatu merek dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Supranto 2006, terdapat lima faktor pengguna loyal terhadap merek yang
digunakan, antara lain: 1.
Customer Value Customer value merupakan persepsi pengguna yang membandingkan antara biaya atau
harga atau beban yang harus ditanggung dan manfaat yang diterimanya. Manfaat ini bisa tangibel, yaitu menyangkut kegunaan secara fisik, bisa pula manfaat intangibel, yaitu
yang bersifat psikologis atau emosional pengguna. 2.
Switching Barrier Switching barrier adalah hambatan atau beban atau biaya yang harus ditanggung
pengguna bila dia akan berpindah dari satu merek ke merek lain. Hambatan ini tidak selalu karena nilai ekonomi saja, tetapi bisa juga berkaitan dengan fungsi psikologis,
sosial, bahkan ritual.
Universitas Sumatera Utara
3. Customer Characteeristic
Customer characteristic adalah karakter pengguna dalam menggunakan merek suatu produk. Pada kenyataannya setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda dengan
individu lainnya. 4.
Customer Satisfaction Customer satisfaction merupakan pengalaman pengguna ketika menggunakan merek
yang digunakan. 5.
Competitive Environment Competitive Environment menyangkut sejauh mana kompetisi atau persaingan yang
terjadi antar merek dalam satu kategori produk.
2.2.4 Konsep Perpindahan Merek
Menurut Swastha 2002, perilaku perpindahan merek pada pelanggan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dipengaruhi banyak faktor. Seperti ketidakpuasan
konsumen, perilaku, persaingan, dan harga. Perpindahan merek yang dilakukan oleh konsumen juga dapat disebabkan oleh pencarian variasi variety seeking yang
dipengaruhi oleh promosi penjualan maupun iklan yang dilakukan oleh produsen dalam strategi memasarkan dan mempertahankan produk mereka dari kompetitor.
Sedangkan dalam bukunya Durianto 2001 mengatakan bahwa ada 4 faktor yang menyebabkan konsumen berpindah merek yaitu ketidakpuasan konsumen, kebutuhan
mencari variasi lain variety seeking, harga, dan iklan. Seorang konsumen yang mengalami ketidakpuasan mempunyai kemungkinan akan merubah perilaku keputusan
membelinya dengan mencari alternatif merek lain pada konsumsi berikutnya untuk meningkatkan kepuasannya.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan mencari variasi lain variety seeking adalah sebuah komitmen kognitif untuk membeli merek yang berbeda karena berbagai alasan yang berbeda, keinginan baru atau
timbul rasa bosan pada sesuatu yang telah lama dikonsumsi. Karena konsumen diperhadapkan dengan berbagai macam variasi produk dengan berbagai jenis merek,
keadaan ini dapat mempengaruhi konsumen untuk mencoba berbagai macam produk dan merek sehingga konsumen tidak sepenuhnya setia pada satu produk.
Harga merupakan salah satu variable penting dalan pemasaran dimana harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk.
Harga secara sederhana diartikan sebagai sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Harga suatu merek
yang terlalu mahal dengan karakteristik yang ditawarkan sama dengan merek produsen lain dapat menyebabkan konsumen berpindah merek. Konsumen akan loyal pada merek
berkualitas tinggi dengan harga yang wajar.
Iklan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya keputusan perpindahan merek. Iklan dan promosi dapat mengubah probabilitas seorang konsumen dalam membeli sebuah
produk dengan merek tertentu pada suatu kategori yang sama di masa yang akan datang. Iklan memberikan rangsangan dan dorongan pada konsumen untuk berpindah merek
karena menimbulkan ingatan akan pesan promosi yang disampaikan. Konsumen dengan tingkat persepsi yang berbeda mempunyai berbagai macam kemungkinan untuk
berpindah merek.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Rantai Markov Markov Chain
Dalam bukunya, Siagian 2006, menyatakan bahwa analisis Rantai Markov adalah suatu metode yang mempelajari sifat-sifat suatu variabel pada masa sekarang yang didasarkan
pada sifat-sifatnya di masa lalu dalam usaha menaksir sifat-sifat variabel tersebut di masa yang akan datang. Dalam analisis Markov yang dihasilkan adalah suatu informasi
probabilistik yang dapat digunakan untuk membantu pembuatan keputusan, jadi analisis ini bukan suatu teknik optimisasi melainkan suatu teknik deskriptif.
Rantai Markov sebenarnya merupakan bentuk khusus dari model probabilitas yang melibatkan waktu dan lebih dikenal sebagai proses stokastik. Rantai Markov merupakan
proses stokastik dari variable-variabel acak {X
t
;t = 0,1,2,3,…} yang membentuk suatu deret dan memenuhi sifat Markov.
Dalam sifat Markov, jika diberikan kejadian-kejadian yang telah berlalu past states X
,X
1
,X
2
,….,X
t-1
, artinya kejadian yang akan datang future state X
t+1
bersifat bebas independen dari kejadian-kejadian yang telah berlalu past state X
,X
1
,X
2
,….,X
t-1,
dan kejadian yang akan datang future state X
t+1
hanya bergantung pada kejadian yang sedang berlangsung present state X
t
. Untuk suatu pengamatan yang prosesnya sampai waktu ke t, maka distribusi nilai proses
dari waktu ke t+1 hanya bergantung pada nilai dari proses pada waktu t. Secara umum dituliskan:
PX
t+1
= i │X
= j ,X
1
= j
1
,…,X
t-1
= j
t-1
,X
t
= j
t
= PX
t+1
= i │X
t
= j
Pengguna Rantai Markov terhadap suatu masalah memerlukan pemahaman tentang tiga keadaan yaitu keadaan awal, keadaan transisi, dan keadaan setimbang. Dari tiga keadaan
di atas, keadaan transisi merupakan yang terpenting. Oleh karena itulah asumsi-asumsi
Universitas Sumatera Utara
dalam Rantai Markov hanya berhubungan dengan keadaan transisi. Asumsi-asumsi dalam Rantai Markov adalah sebagai berikut:
a. Jumlah probabilitas transisi keadaan adalah 1
b. Probabilitas transisi tidak berubah selamanya
c. Probabilitas transisi hanya tergantung pada status sekarang, bukan periode
sebelumnya.
Probabilitas mempunyai banyak persamaan seperti kemungkinan, kesempatan dan kecendrungan. Probabilitas menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang
bersifat acak. Suatu peristiwa disebut acak jika terjadinya peristiwa tersebut tidak diketahui sebelumnya. Oleh karena itu, probabilitas dapat digunakan sebagai alat ukur
terjadinya peristiwa di masa yang akan datang.
Nilai probabilitas yang paling kecil adalah 0 yang berarti bahwa peristiwa tersebut pasti tidak akan terjadi. Sedangkan nilai probabilitas yang terbesar adalah 1 yang berarti bahwa
peristiwa tersebut pasti akan terjadi. Secara umum, nilai probabilitas suatu peristiwa X adalah:
≤ PX ≤ 1
Analisis ini sangat sering digunakan untuk membantu pembuatan keputusan dalam bisnis dan industri, misalnya dalam masalah ganti merek, masalah hutang-piutang, masalah
operasi mesin, analisis pengawasan, dan lain-lain. Sedangkan di bidang pertanian paling banyak digunakan di bagian sosial ekonomi. Sebagai statenya antara lain adalah
banyaknya jumlah produksi industri pertanian, lokasi industri pertanian, pertumbuhan ekonomi, pembangunan pertanian, struktur pasar, dan berbagai jenis merek suatu produk
pertanian.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan memiliki tujuan pemasaran agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Oleh karena itu, para pemasar seharusnya senantiasa mempelajari
perilaku konsumen dalam membeli kebutuhan mereka sebagai pelanggan sasaran mereka. Pemahaman pengambilan keputusan konsumen sangat penting bagi suatu organisasi,
karena berhasil atau tidaknya produk tergantung pada persepsi konsumen terhadap produk tersebut. Memahami tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk berarti
berusaha mengidentifikasikan hal- hal yang menyebabkan seseorang terlibat dalam pembelian.
Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan- keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur pembelian
barang atau jasa. Keputusan ini didasarkan atas persepsi mereka yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Yang termasuk kedalam faktor internal adalah kebudayaan kebiasaan, faktor sosial kelompok acuan, keluarga, status, faktor pribadi umur, pekerjaan, situasi
ekonomikeuangan, dan faktor psikologis motivasi dan keyakinan. Sedangkan yang termasuk kedalam faktor eksternal adalah stimulus pemasaran yang terdiri dari produk
merek, kemasan, label, warna, bau, rasa, harga diskon, dan promosi iklan.
Kedua faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal akan membentuk persepsi konsumen yaitu persepsi internal dan faktor stimulus konsumen yang akan
mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan membeli produk minyak goreng. Suatu keputusan adalah pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pemilihan alternatif.
Dengan demikian, konsumen harus mengambil keputusan merek minyak goreng apa saja
Universitas Sumatera Utara
yang dibelinya, atau dia harus memilih satu dan beberapa pilihan merek minyak goreng dengan berbagai pertimbangan tertentu untuk memilih produk minyak goreng yang
paling sesuai best fit bagi mereka.
Dengan memperhatikan perilaku konsumen yang berbeda-beda dalam membuat keputusan membeli produk minyak goreng maka produsen harus tanggap dengan
keinginan konsumen terhadap produk minyak goreng yang dipasarkan dengan berbagai karakteristik yang dapat menyebabkan konsumen berpindah merek dari satu merek
minyak goreng ke minyak goreng lainnya. Sehingga produsen perlu melakukan analisis pola perpindahan yang dilakukan konsumen untuk mendapatkan informasi mengenai
persepsi konsumen terhadap produk minyak goreng yang dikonsumsinya. Informasi ini kemudian dapat membantu produsen membuat produk minyak yang sesuai dengan
keinginanpersepsi konsumen dan mengetahui informasi pangsa pasar di masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Faktor Internal Faktor Eksternal
Stimulus Pemasaran
Persepsi Internal Konsumen
Keputusan Membeli Minyak Goreng
Analisis Konsumen dan Produk Minyak Goreng
Persepsi Stimulus Konsumen
Peramalan Keinginan Produk Minyak Goreng
di Masa Mendatang
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan: Menyatakan Hubungan
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian