Belanda dan Perkebunan Kelapa Sawit Padang Halaban

Ini dibuktikan dengan hasil perkebunan kelapa sawit yang memang menjadi komoditi utama Sumatera Timur sekarang Sumatera Utara sampai saat ini dengan luas yang sudah mencapai 1.017.570 Ha dan hasil yang menyentuh angka 3.230.488 Ton 41 Secara pasti tidak diketahui kapan Belanda masuk ke Labuhanbatu, dari berbagai keterangan yang dihimpun menyatakan bahwa Belanda masuk ke Labuhanbatu berkisar tahun 1825, namun ada pula keterangan yang mengatakan bahwa kedatangan Belanda ke Labuhanbatu setelah selesai Perang Paderi di Sumatera Barat sekitar tahun 1831 .

2.2.2. Belanda dan Perkebunan Kelapa Sawit Padang Halaban

42 Dalam perkembangan selanjutnya, Pemerintah Kolonial Belanda secara yuridis formal menetapkan Gouverment Bisluit Nomor 2 Tahun 1867 tertanggal 30 September 1867 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang meliputi 3 tiga Onder Afdeling . Tetapi yang jelas kedatangan Belanda ke Labuhanbatu memang sangat erat hubungannya dengan asal mula keberadaan perkebunan kelapa sawit di daerah ini tidak terkecuali Perkebunan Padang Halaban. 43 1. Onder Afdeling Batu Bara dengan Ibukota Labuhan Ruku. yaitu: 41 http:regionalinvestment.comnewsipididcommodityarea.php?ic=2ia=12 diakses tanggal 10 Agustus 2011 42 http:www.depdagri.go.idpagesprofil-daerahkabupatenid12namesumatera- utaradetail1210labuhan-batu diakses tanggal 15 Agustus 2011 43 http:www.depdagri.go.idpagesprofil-daerahkabupatenid12namesumatera utaradetail1210labuhan-batu diakses tanggal 15 Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara 2. Onder Afdeling Asahan dengan Ibu Kota Tanjung Balai. 3. Onder Afdeling Labuhanbatu dengan Ibukota Kampung Labuhanbatu. Kemudian pada 1 Maret 1887 Afdeling Asahan disatukan ke dalam Karesidenan Sumatera Timur oleh Pemerintah Hindia Belanda 44 . Tentu apa yang dilakukan Belanda ini bukan tanpa tujuan dan kenyataannya pada saat terjadi peningkatan permintaan minyak nabati akibat dari terjadinya Revolusi Industri pada abad ke-19, kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit oleh pemerintah Hindia Belanda dan tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt 45 Pihak Belanda kemudian mendatangkan tenaga kerja dari pulau Jawa yang dipekerjakan sebagai kuli kontrak perkebunan. Pada saat dibukanya lahan-lahan hutan menjadi lahan perkebunan merupakan awal masuknya orang Jawa ke . Lahan-lahan hutan dibuka Belanda menjadi perkebunan. Seiring dengan perkembangan zaman dan makin meluasnya wilayah kekuasaan pihak Belanda maka mereka terus memperluas lahan perkebunan dan tanaman komoditinya di Karesidenan Sumatera Timur termasuklah wilayah Labuhanbatu yang sekarang telah dimekarkan menjadi Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 44 http:id.wikipedia.orgwikiKaresidenan_Sumatera_Timur diakses tanggal 15 Agustus 2011 45 http:id.wikipedia.orgwikiKelapa_sawit diakses tanggal 15 Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara Perkebunan Padang Halaban 46 dan sekitarnya yang saat ini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhanbatu Utara. Menurut masyarakat Padang Halaban kuli kontrak adalah buruh lepas yang dipekerjakan pada lahan pertanian yang telah diatur sedemikian rupa terutama terhadap masalah kerja yang berakhir pada masa tertentu yang telah disepakati. Masih menurut mereka, Belanda banyak mendatangkan tenaga kerja dari wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah yang kemudian disebar di beberapa wilayah kawasan Sumatera Utara termasuk Labuhanbatu. Migrasi ke Sumatera Timur ini dilakukan secara besar-besaran yang telah diatur dan direncanakan oleh pihak Kolonial Belanda. Migrasi besar-besaran ini dilakukan agar daerah-daerah perkebunan yang telah dibuat pihak kolonial Belanda ada yang mengerjakan karena mereka beranggapan orang-orang Karo dan Melayu malas serta melawan sehingga tidak dapat dijadikan kuli 47 . Kuli kontrak yang didatangkan dari Pulau Jawa sebenarnya didatangkan dengan masa kerja yang telah ditetapkan namun, yang terjadi adalah malah orang-orang dari Pulau Jawa inilah yang menjadi mayoritas penduduk di Sumatera Utara sampai saat ini 48 Terjadinya arus migrasi penduduk yang deras dari pulau Jawa untuk menjadi kuli kontrak di Sumatera berlangsung menjelang terjadinya depresi . 46 Nama Padang Halaban sendiri memang sudah ada sejak Belanda mendirikan perkebunan kelapa sawit di daerah itu. Namun, sejauh yang saya dapat di lapangan tidak ada yang tahu pasti mengenai asal-usul dari nama Padang Halaban apakah nama itu dari pihak Belanda atau tidak. 47 http:id.wikipedia.orgwikiSejarah_Kota_Medan diakses tanggal 15 Agustus 2011 48 Di tahun 2000 penduduk Jawa mencapai 33,03 di Sumatera Utara dan merupakan suku mayoritas di Sumatera Utara http:id.wikipedia.orgwikiKota_Medan diakses tanggal 15 Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara ekonomi dunia 49 . Para penduduk miskin di Jawa yang terutama berada di desa- desa terpencil, dibawa ke Sumatera Timur dan dijadikan pekerja di sejumlah perkebunan di wilayah tersebut. Selain itu pemerintah kolonial Belanda mengubah kebijakan kolonisasi, dengan menciptakan koloni penduduk asal Jawa di perkebunan-perkebunan yang telah mereka buat. Kebijakan kolonisasi penduduk dari pulau Jawa ke luar Jawa dilatarbelakangi oleh 50 1. Melaksanakan salah satu program politik etis : 51 2. Pemilikan tanah yang makin sempit dipulau Jawa akibat pertambahan penduduk yang cepat telah menyebabkan taraf hidup masyarakat di pulau Jawa semakin menurun. , yaitu emigrasi untuk mengurangi jumlah penduduk pulau Jawa dan memperbaiki taraf kehidupan yang masih rendah. 3. Adanya kebutuhan pemerintah kolonial Belanda dan perusahaan swasta akan tenaga kerja di daerah-daerah perkebunan dan pertambangan di luar pulau Jawa. Politik etis yang mulai diterapkan pada tahun 1900 bertujuan mensejahterakan masyarakat petani yang telah dieksploitasi selama dilaksanakannya culture stelsel sistem tanam paksa. Namun, tetap saja terjadi penyimpangan-penyimpangan di dalam pelaksanaan politik etis ini yaitu 52 49 : http:www.scribd.comdoc20519305Perubahan-Mobilitas-Penduduk-Pada-Masa-Transisi- Demografi diakses tanggal 20 Agustus 2011 50 http:www.scribd.comdoc20519305Perubahan-Mobilitas-Penduduk-Pada-Masa-Transisi- Demografi diakses tanggal 20 Agustus 2011 51 Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa http:id.wikipedia.orgwikiPolitik_Etis diakses tanggal 2 September 2011 Universitas Sumatera Utara 1. Irigasi Pengairan hanya ditujukan kepada tanah-tanah yang subur untuk perkebunan swasta Belanda. Sedangkan milik rakyat tidak dialiri air dari irigasi. 2. Edukasi Pemerintah Belanda membangun sekolah-sekolah. Pendidikan ditujukan untuk mendapatkan tenaga administrasi yang cakap dan murah. Pendidikan yang dibuka untuk seluruh rakyat, hanya diperuntukkan kepada anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang mampu. Terjadi diskriminasi pendidikan yaitu pengajaran di sekolah kelas I untuk anak-anak pegawai negeri dan orang- orang yang berharta, dan di sekolah kelas II kepada anak-anak pribumi dan pada umumnya. 3. Migrasi Migrasi ke daerah luar Jawa hanya ditujukan ke daerah-daerah yang dikembangkan perkebunan-perkebunan milik Belanda. Hal ini karena adanya permintaan yang besar akan tenaga kerja di daerah-daerah perkebunan seperti perkebunan di Sumatera Utara, khususnya di Deli, Suriname, dan lain-lain. Mereka dijadikan kuli kontrak. Migrasi ke Lampung mempunyai tujuan menetap. Karena migrasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja, maka tidak jarang banyak yang melarikan diri. Untuk mencegah agar pekerja tidak melarikan diri, pemerintah Belanda mengeluarkan Poenale Sanctie, yaitu peraturan yang menetapkan bahwa pekerja yang melarikan diri 52 http:id.wikipedia.orgwikiPolitik_Etis diakses tanggal 2 September 2011 Universitas Sumatera Utara akan dicari dan ditangkap polisi, kemudian dikembalikan kepada mandorpengawasnya. Kebjakan-kebijakan dalam politik etis yang disusun oleh van Deventer pada dasarnya adalah baik namun, dalam penerapannya tetap hanya berpihak pada kepentingan Belanda pada waktu itu. Dapat kita lihat sendiri pada uraian penyimpangan dalam politik etis di atas yang hanya bertujuan untuk memenuhi kepentingan Belanda semata. Istilah “koeli” sendiri diperkirakan berasal dari bahasa Inggris coolie yang mengadopsi kata kuli dari bahsa Tamil yang artinya upahan untuk pekerjaan kasar. Perkelahian pemberontakan sampai dengan pembunuhan, merupakan cerita sehari-hari di perkebunan. Jadi kuli kontrak adalah sebutan bagi mereka yang hidup sengsara di Jawa, kemudian mengikatkan diri pada perjanjian kerja yang akhirnya tetap membuat mereka sengsara di negeri seberang, yaitu Sumatera. Dalam perkembangan selanjutnya di masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit memang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika pada waktu itu 53 53 . Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian negara asing termasuk Belanda. Berhasilnya Hindia Belanda menjadi pemasok utama minyak sawit dunia inilah yang menurut saya membuat para pengusaha asing seperti dari Inggris dan Belgia menanamkan modalnya di perkebunan-perkebunan kelapa sawit yang ada di Sumatera Timur. http:edipetebang.blogspot.com201105seabad-kolonisasi-sawit-di-indonesia.html diakses tanggal 7 Spetember 2011 Universitas Sumatera Utara Pembukaan Onderneming perkebunan besar yang dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan asing orang-orang Eropa baik Hindia Belanda maupun perusahaan asing lainnya dilindungi oleh Pemenritah Hindia Belanda. Perkembangan yang pesat dalam pembangunan perkebunan ini terjadi karena pada masa itu Belanda sudah mulai memasuki era imperialisme modern dengan memberlakukan Undang- Undang Agraria Agrarische Wet tahun 1870 54 Di Padang Halaban sendiri menurut keterangan yang diperoleh dari masyarakat setempat, terdapat beberapa perusahaan perkebunan. Pada saat itu luas Perkebunan Padang Halaban yang telah dibentuk Belanda adalah sekitar 8000 Ha bagi seluruh wilayah Hindia Belanda, yang menciptakan iklim kemantapan berusaha bagi para pengusaha Belanda dan pengusaha-pengusaha dari negara Eropa lainnya pada waktu itu. 55 terdiri dari 3 maskape yaitu NV. Sumcama dikuasai sepenuhnya oleh Belanda, Gatri Belanda bekerja sama dengan pengusaha asal Inggris, dan Brussel 56 Belanda bekerja sama dengan pengusaha asal Belgia. Tiga maskape perkebunan ini 57 54 UU ini memperbolehkan perusahaan-perusahaan perkebunan swasta menyewa lahan-lahan yang luas dengan jangka waktu paling lama 75 tahun, untuk ditanami terdiri dari enam divisi perkebunan dan satu divisi pabrik. Di setiap divisi didirikan pondok untuk tempat tinggal para karyawan perkebunan dan para kuli kontrak yang didatangkan dari Jawa. Yang mengisi jabatan-jabatan tanaman keras seperti karet, teh, kopi, kelapa sawit, tarum nila, atau untuk tanaman semusim seperti tebu dan tembakau dalam bentuk sewa jangka pendek http:id.wikipedia.orgwikiCultuurstelsel diakses tanggal 7 September 2011 55 Data luas 8000 Ha ini diperoleh dari bekas mandor ukur PT. Plantagen AG, yaitu Kasiman 73 tahun. 56 Brussel akhirnya dijadikan nama salah satu desa di perkampungan yang dibuat oleh masyarakat pada tahun 1945 sebelum penggusuran. 57 NV. Sumcama berdiri sejak tahun 1916, Gatri dan Brussel baru ada sekitar 1920 hasil wawancara Universitas Sumatera Utara penting di perkebunan pada waktu itu semuanya adalah orang Belanda sementara kuli kontrak yang didatangkan dari Jawa sebagian ada yang dipercaya menjadi mandor. Perkebunan kelapa sawit ini terus diusahai oleh perusahaan-perusahaan tersebut sampai tahun 1942. Terhenti di tahun 1942 dikarenakan pada tahun tersebut terjadi penjajahan Jepang di hampir semua wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia. Universitas Sumatera Utara

BAB II SEJARAH PERKEBUNAN PADANG HALABAN