dalam memperjuangkan tujuan utamanya. Hal yang saya tangkap adalah bahwa jika benar begitu maka, seharusnya keluarganya tidak ada lagi yang bekerja di PT.
SMART Tbk. Padang Halaban. Kemudian satu hal yang menurut saya akan terjadi adalah bahwa jika KTPH-S memenangkan peradilan sengketa tanah
dengan PT. SMART Tbk. Padang Halaban maka, tanah itu akan menjadi hak KTPH-S sepenuhnya dan bukan menjadi hak orang-orang yang seharusnya
memiliki hak atas tanah tersebut korban penggusuran.
b. Pelaku hukum dan kepentingan di pihak PT. SMART Tbk. Padang Halaban
Dari sengketa tanah yang terjadi ini tetap yang paling menonjol adalah pelaku hukum dan kepentingan dari pihak PT. SMART Tbk. Padang Halaban.
Sengketa agraria di Indonesia adalah buah dari praktek monopoli tanah oleh kalangan tuan tanah tipe baru. Tuan tanah tipe ini adalah mereka yang menguasai
tanah amat luas serta mendirikan usaha perbankan besar hingga memiliki perusahan eksporimpor yang berhubungan langsung dengan perdagangan
internasional. Salah satunya adalah usaha perkebunan skala besar yang dilakukan oleh PT. SMART Tbk. Padang Halaban lewat penguasaan tanah sejumlah 1,3 juta
Ha. Perusahaan ini memiliki kaitan yang erat dengan Sinar Mas Grup yang dimiliki keluarga Eka Tjipta Wijaya, salah satu raksasa bisnis di Indonesia. Dari
awal berdirinya PT. SMART Tbk. Padang Halaban dengan memakai nama PT. Maskapai Perkebunan Sumcama Padang Halaban tahun 1962 yang adalah bekas
perkebunan NV. Sumcama yang dinasionalisasi pemerintah orde baru pada waktu
Universitas Sumatera Utara
itu sampai pada saat penggusuran tahun 19691970 oleh PT. Plantagen AG. yang ternyata tanah hasil penggusuran perkampungan masyarakat seluas 3000 Ha saat
ini adalah wilayah yang diusahai PT. SMART Tbk. Padang Halaban adalah sebuah fakta di mana para pengusaha yang memiliki kekuasaan sebagai pelaku
hukum yang dibuat sekaligus sebagai pelaku dari kepentingan yang menjadi tujuan dari pelaku hukum tersebut. Dari kasus sengketa tanah yang terjadi ini
terungkap bagaimana para pelaku hukum itu memperlakukan hukum yang dibuat pemerintah dalam bentuk peraturan tertulis undang-undang tidak selamanya
akan mendatangkan hal yang positif. Ini bisa dilihat dari kasus sengketa yang terjadi ini bahwa ternyata kebijakan pemerintah Orde Baru pada waktu itu
merupakan sebuah jalan menuju satu kepentingan bagi para pengusaha yang memiliki modal dan tentunya memiliki kedekatan hubungan dengan penguasa
pemerintahan pada waktu itu. Inilah yang ingin diuraikan bahwa dalam suatu hukum yang berkorelasi dengan kepentingan ada pelaku-pelaku hukum yang
memiliki kepentingan-kepentingan. Masyarakat Padang Halaban yang tergabung dalam KTPH-S dan tidak
bergabung dengan KTPH-S mempunyai penilaian yang sama terhadap perusahaan PT. SMART Tbk. Padang Halaban, mereka men-judge PT. SMART Tbk. Padang
Halaban adalah perusahaan milik etnis Cina yang dengan kata lain dalam pandangan mereka bahwa Cina itu adalah penjajah di Indonesia. Dalam pikiran
mereka Indonesia saat ini secara tidak langsung telah dikuasai oleh Cina, hal itu mereka ungkapkan dalam kenyataan-kenyataan yang mereka terima selama ini
bahwa hampir semua aset-aset perusahaan-perusahan besar di Indonesia pemilik
Universitas Sumatera Utara
saham terbesarnya adalah etnis Cina. Begitu juga dengan PT. SMART Tbk. Padang Halaban yang pemilik saham terbesarnya adalah keluarga Eka Tjipta
Widjaja
91
. Ini juga bisa dilihat dari susunan kepengurusan di PT. SMART Tbk. Padang Halaban yang hampir semua diisi oleh mereka yang beretnis Cina dan tiga
orang yang mengisi posisi teratas dalam kepengurusan yaitu Franky Oesman Widjaja Komisaris Utama, Muktar Widjaja Wakil Komisaris Utama, dan
Simon Lim Wakil Komisaris Utama. Kemudian pengusaha sukses lainnya yaitu: Rachmad Gobel
92
Proses dari adanya korelasi hukum dan kepentingan yang digerakkan oleh para pelaku hukum dan kepentingan tersebut akan menciptakan suatu kondisi di
dalam masyarakat. Kondisi yang saya maksud di sini adalah kondisi seperti apa juga termasuk ke dalam jajaran kepengurusan PT. SMART.
Tbk. dengan jabatan komisaris sejak 2004. Hal ini semakin menguatkan bahwa rasanya sulit untuk pihak KTPH-S untuk memenangkan perkara sengketa tanah
yang saat ini telah sampai ke MA Mahkamah Agung jika lawannya diisi dengan pelaku-pelaku hukum yang memiliki kepentingan-kepentingan seperti PT.
SMART Tbk. Padang Halaban ini.
5.3. Kondisi yang Tercipta dari Hukum dan Kepentingan