Kondisi yang Tercipta dari Hukum dan Kepentingan

saham terbesarnya adalah etnis Cina. Begitu juga dengan PT. SMART Tbk. Padang Halaban yang pemilik saham terbesarnya adalah keluarga Eka Tjipta Widjaja 91 . Ini juga bisa dilihat dari susunan kepengurusan di PT. SMART Tbk. Padang Halaban yang hampir semua diisi oleh mereka yang beretnis Cina dan tiga orang yang mengisi posisi teratas dalam kepengurusan yaitu Franky Oesman Widjaja Komisaris Utama, Muktar Widjaja Wakil Komisaris Utama, dan Simon Lim Wakil Komisaris Utama. Kemudian pengusaha sukses lainnya yaitu: Rachmad Gobel 92 Proses dari adanya korelasi hukum dan kepentingan yang digerakkan oleh para pelaku hukum dan kepentingan tersebut akan menciptakan suatu kondisi di dalam masyarakat. Kondisi yang saya maksud di sini adalah kondisi seperti apa juga termasuk ke dalam jajaran kepengurusan PT. SMART. Tbk. dengan jabatan komisaris sejak 2004. Hal ini semakin menguatkan bahwa rasanya sulit untuk pihak KTPH-S untuk memenangkan perkara sengketa tanah yang saat ini telah sampai ke MA Mahkamah Agung jika lawannya diisi dengan pelaku-pelaku hukum yang memiliki kepentingan-kepentingan seperti PT. SMART Tbk. Padang Halaban ini.

5.3. Kondisi yang Tercipta dari Hukum dan Kepentingan

91 Eka Tjipta Widjaja lahir di Coan Ciu, Fujian, Republik Rakyat Cina dengan nama Oei Ek Tjhong, 3 Oktober 1923 adalah pengusaha dan pendiri serta pengendali Sinar Mas Group. Ia merupakan orang kedua terkaya di Indonesia menurut Majalah Globe Asia dengan kekayaan mencapai 4 milyar Dolar Amerika Serikat, http:id.wikipedia.orgwikiEka_Tjipta_Widjaja diakses tanggal 17 September 2011 92 Rachmad Gobel lahir di Jakarta, 3 September 1962; umur 49 tahun adalah pengusaha Indonesia. Ia adalah generasi kedua dari keluarga Gobel untuk mengendalikan perusahaan National Gobel yang sekarang bernama Panasonic Gobel Indonesia. Rahmat Gobel juga menjadi Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronika Indonesia. Ia merupakan anak Thayeb Mohammad Gobel, http:id.wikipedia.orgwikiRahmat_Gobel diakses tanggal 17 September 2011 Universitas Sumatera Utara yang terjadi dari adanya hukum dan kepentingan. Kondisi tersebut bisa positif baik atau bisa sebaliknya negatif buruk. Kondisi baik dan buruk ini menurut saya tidak terlepas dari pelaku-pelaku hukum dan kepentingan itu sendiri. Kondisi yang tercipta akan bersifat positif jika para pelaku hukum kepentingan menyadari betul bahwa peraturan; dalam hal ini hukum itu dibuat tidak semata-mata hanya untuk kepentingan orang-orang tertentu atau pihak-pihak tertentu saja melainkan, peraturan itu; dalam hal ini hukum dibuat adalah untuk agar hidup bersama dengan orang lain dalam bermasyarakat dan bernegara bisa berjalan dengan baik dengan peraturan-peraturan yang dibuat tersebut. Namun, dalam perkembangan sekarang ini hal yang demikian seperti sulit untuk dicapai dikarenakan orang sekarang lebih memikirkan hidupnya sendiri dibandingkan dengan hidup bermasyarakat. Sehingga hukum yang dibuat sekarang bukan lagi untuk mengatur melainkan untuk diatur agar kepentingan perseorangan terpenuhi. Hal yang demikian ini lumrah saja terjadi di manapaun karena sifat manusia yang memang tidak pernah merasa cukup. Tentunya yang terjadi adalah kondisi yang negatif. Namun, jika para pelaku hukum dan kepentingan itu menyadari betul selayaknya hukum itu seperti apa maka, akan terciptalah suatu kondisi di mana hukum itu dibuat untuk kepentingan bersama tentunya bersifat positif. Jadi, hukum dan kepentingan itu akan menciptakan dua kondisi. Positif jika hukum itu dibuat untuk kepentingan bersama dan negatif jika hukum itu dibuat hanya untuk kepentingan orang-orang tertentu saja. Walaupun pada hakekatnya sulit untuk mencapai suatu kondisi di mana hukum dan kepentingan itu menciptakan sesuatu Universitas Sumatera Utara yang positif namun, hal itu masih mungkin terjadi karena sesungguhnya proses- proses ke arah sana tetap ada di sela-sela kondisi yang sebaliknya. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya kasus konflik maupun sengketa yang terjadi. Kasus konflik dan sengketa adalah satu contoh bahwa kondisi yang tercipta dengan adanya hukum dan kepentingan itu bersifat negatif. Tidak akan ada konflik maupun sengketa jika hukum dan kepentingan itu benar-benar mementingkan kepentingan bersama karena sebenarnya masih ada jalan lain untuk menyelesaikan permasalahan sengketa. Kasus sengketa tanah KTPH-S dengan PT. SMART Tbk. Padang Halaban tidak akan pernah terjadi jika pihak PT. SMART Tbk. Padang Halaban bersama pemerintahan yang mendukungnya pada waktu penggusuran terjadi sadar betul bahwa apa yang mereka lakukan adalah suatu tindakan yang tidak memikirkan kepentingan bersama dan hanya memikirkan kepentingan pribadi mereka dalam hal untuk memajukan perusahaan mereka dengan cara memperluas lahan perkebunan dari tanah yang bukan hak mereka. Di sini terlihat kondisi di mana para pelaku hukum dan kepentingan itu menciptakan kondisi hukum mereka sendiri dengan cara dan hukum yang juga mereka ciptakan sendiri untuk mencapai kepentingannya. Jelaslah terlihat bahwa kondisi yang demikian ini adalah sebuah potret nyata di mana hukum itu tidak hanya mentok pada satu titik peraturan yang tertulis saja yang pada kenyataannya peraturan yang tertulis itu lebih banyak dilanggar daripada diterapkan. Isi dari hukum yang tertulis tidak selamanya berjalan dengan semestinya dan inilah kondisi yang nyata dari hukum yang bukan hanya peraturan untuk mengatur kebersamaan melainkan untuk Universitas Sumatera Utara mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan yang memang memiliki kekuatan dalam menjalin hubungan “kerja sama” dengan orang-orang yang berkuasa di pemerintahan. Inilah gambaran kondisi yang tercipta dari adanya hukum dan kepentingan. Lebih berat ke kondisi negatif daripada ke kondisi yang positif. Bentuk yang sangat miris dari istilah hukum yang diciptakan para ahli hukum tentang penegakkan hukum ataupun apalah namanya yang jenisnya sama dengan itu. Seharusnya jika memang ada yang namanya penegakkan hukum dalam tata hukum yang tertulis di hukum negara seharusnya tidak akan terjadi permasalahan pelanggaran hukum dan seharusnya juga tidak akan pernah terjadi hukum itu dapat disetel-setel oleh pihak-pihak yang memanfaatkan hukum tersebut untuk jalan menuju kepentingan yang mereka ingin capai.

5.4. Hukum yang Hidup di Tengah-tengah Kasus KTPH-S dengan PT. SMART Tbk. Padang Halaban