Masuknya Jepang di Perkebunan Padang Halaban

BAB III SITUASI DAN KONDISI SENGKETA TANAH YANG TERJADI

3.3. Kronologis Sengketa Tanah di Perkebunan Padang Halaban

Setelah pada bab sebelumnya dibahas sejarah terbentuknya perkebunan di Padang Halaban yang dibentuk Belanda maka, pada bagian ini akan dijelaskan sedikit masa pendudukan Jepang di Indonesia yang mengakibatkan perusahaan perkebunan yang tadinya dikendalikan sepenuhnya oleh Belanda dikuasai sepenuhnya oleh Jepang. Kemudian akan diceritakan juga bagaimana sebenarnya latar belakang sejarah dari tanah sengketa di Padang Halaban sehingga masyarakat dan pihak perkebunan sama-sama menyatakan bahwa mereka mempunyai hak atas tanah yang sedang disengketakan tersebut. Perlu diungkap sejarahnya dari masa kolonial Belanda dan masa pendudukan Jepang sebenarnya adalah untuk mengetahui dengan pasti bagaimana sebenarnya latar belakang sejarah dari tanah yang sedang disengketakan karena tanah sengketa ini memang ada hubungannya dengan masa pendudukan Belanda dan Jepang.

3.3.1. Masuknya Jepang di Perkebunan Padang Halaban

Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Di Padang Halaban pada saat itu mulai terdengar bahwa Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan Hindia-Belanda mulai mengalihkan ekspor- ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Britania Inggris. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat Universitas Sumatera Utara gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu 58 Dari hasil keterangan yang dihimpun dari masyarakat Perkebunan Padang Halaban menyatakan bahwa di Padang Halaban, menyerahnya Belanda kepada Jepang ditandai dengan penangkapan terhadap semua pejabat penting di perkebunan yang kesemuanya adalah Orang Belanda. Hasilnya, tentara Jepang menduduki wilayah Perkebunan Padang Halaban sekitarnya yang saat itu dalam keadaan “vacum of power” kekosongan kekuasaan dan menguasai Perusahaan Perkebunan Padang Halaban yang ditinggalkan Belanda bernama Perusahaan Perkebunan NV. Sumcama, Gatri, dan Brussel . Pasukan Belanda di Indonesia akhirnya berhasil dikalahkan Jepang pada Maret 1942. 59 Pada masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran dan secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit terhenti. Lahan perkebunan di Indonesia yang berpusat di Sumatera mengalami penyusutan . Bangsa Jepang saat itu juga menguasai para kuli di perkebunan. Selanjutnya para kuli diperintahkan oleh penguasa Jepang untuk mengganti jenis tanaman di dalam areal Perkebunan Padang Halaban dari jenis tanaman kelapa sawit menjadi jenis tanaman pangan, seperti palawija dan sebagainya. Alasan Jepang mengganti tanaman menjadi tanaman pangan adalah untuk keperluan pangan para tentara mereka yang pada saat itu, Jepang sedang berperang dengan Tentara Sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat. 58 id.wikipedia.orgwikiSejarah_Nusantara_1942-1945 diakses tanggal 20 November 2011 59 Dengan pendudukan Jepang di Padang Halaban Gatri dan Brussel diabaikan begitu saja oleh pengusaha yang tadinya menanamkan modalnya di perkebunan tersebut. Universitas Sumatera Utara sebesar 16 dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 Ton pada tahun 19481949, padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 Ton minyak sawit ke luar negeri 60 Seiring dengan pengeboman yang dilakukan Tentara Sekutu tanggal 6 Agustus 1945 di Hiroshima dan 9 Agustus 1945 di Nagasaki mengakibatkan Penguasa Jepang meninggalkan Perusahaan Perkebunan Padang Halaban dan seluruh kulinya, dikarenakan bangsa Jepang kalah oleh perang dengan Tentara Sekutu. Mengingat begitu pentingnya lahan yang ditinggalkan oleh Bangsa Jepang untuk keperluan hidup rakyat bekas kuli bangsa Jepang, sementara saat itu Indonesia belum berdaulat penuh atas kemerdekaan yang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 maka, penguasa perang Indonesia saat itu, Presiden Soekarno, menyampaikan perintah langsung kepada seluruh rakyat Indonesia dan para Laskar Rakyat agar areal-areal atau tanah bekas perkebunan bangsa asing . Di Padang Halaban sendiri menurut keterangan yang diperoleh dari masyarakat setempat menyatakan bahwa lahan perkebunan kelapa sawit di Padang Halaban menyusut dikarenakan Jepang lebih menekankan kepada tanaman pangan untuk keperluan perang melawan Tentara Sekutu. Sekitar 3000 Ha dari total 8000 Ha yang tadinya perkebunan kelapa sawit diganti dengan tananam pangan. Sampai tahun 1945 perkebunan yang ada di Padang Halaban dikuasai seutuhnya oleh Jepang.

3.3.2. Masyarakat Mengambil Alih Tanah yang Ditinggalkan Jepang