kepentingan, di situlah hukum itu hidup dan bergerak ke arah kepentingan yang dibuat dan dituju.
5.2. Pelaku-pelaku Hukum dan Kepentingan
Konsep hukum sekarang ini telah dikembangkan tidak hanya dipandang sebagai konsep normatif positivistis, tetapi juga sudah merupakan gejala sosial
yang berfungsi sebagai upaya pemaksaan pola-pola perilaku tertentu pada individu-individu dalam masyarakat dan merupakan abstraksi dari interaksi sosial.
Namun, pada perkembangan selanjutnya, hukum ini dijadikan alat untuk melanggengkan kepentingan segelintir manusia atas manusia lain di dalam
masyarakat. Hukum menjadi alat pemaksa kepada masyarakat untuk tunduk dan patuh kepada orang yang memegang kekuasaan di dalam struktur
kemasyarakatan, lebih jauh lagi ialah orang yang memegang kekuasaan atas sebuah negara dan bisa juga orang yang memegang kekuasaan atau dituakan
dalam suatu masyarakat tertentu. Dari sini, hukum akan dipergunakan oleh manusia atau kelompok manusia
untuk menindas dan memaksakan kehendak mereka kepada manusia atau kelompok manusia lainnya yang lemah. Bentuk penindasan seperti ini sering
disebut juga sebagai penindasan gaya baru. Para pemegang kuasa yang memiliki kepentingan dan membuat hukum itu menjadi suatu alat yang bisa disetel-setel
secara dinamis sesuai dengan kepentingan yang ingin dicapai inilah yang disebut dengan pelaku hukum dan kepentingan. Pemegang kekuasaan di sini bukan hanya
orang-orang yang memiliki posisi pentinga di pemerintahan namun, orang-orang
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki kepentingan di dalam suatu masyarakat tertentu juga memegang kekuasaan yang utuh atas suatu masyarakat tertentu.
a. Pelaku hukum dan kepentingan di pihak KTPH-S
Dalam kasus sengketa tanah yang saya teliti antara KTPH-S dengan PT. SMART Tbk. Padang Halaban saya melihat beberapa pelaku utama hukum dan
kepentingan dalam kasus ini. Di pihak KTPH-S saya melihat hampir semua orang yang ikut tergabung di dalam KTPH-S ikut terlibat dengan pamrih atau dengan
kata lain mereka tidak cuma-cuma saja ikut memperjuangkan tanah karena kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang memang tidak memiliki tanah
untuk lahan bertani mereka petani tak bertanah. Sumardi Syam Ketua KTPH-S dalam gagasannya membentuk KTPH-S adalah bertujuan untuk memperjuangkan
tanah seluas 3000 Ha yang digusur tahun 19691970 untuk dikembalikan lagi kepada masyarakat pemilik tanah, bukan masyarakat yang tidak memiliki tanah
jika nantinya KTPH-S memenangkan gugatannya kepada PT. SMART Tbk. Padang Halaban Namun, dalam pandangan saya tujuan utama KTPH-S ini juga
terdapat kepentingan segelintir orang yang memanfaatkan situasi era-reformasi sebagai jalan untuk memperoleh kepentingan. Saya bisa melihat bagaimana
Sumardi Syam disaat usahanya dengan KTPH-S menggugat PT. SMART Tbk. Padang Halaban namun, dalam hal lain keluarganya anak-anaknya masih tetap
bekerja sebagai kuli angkut di perkebunan PT. SMART Tbk. Padang Halaban. Padahal dalam suatu kali wawancara dia pernah menyatakan bahwa yang
tergabung dalam KTPH-S adalah orang-orang yang harus mempunyai totalitas
Universitas Sumatera Utara
dalam memperjuangkan tujuan utamanya. Hal yang saya tangkap adalah bahwa jika benar begitu maka, seharusnya keluarganya tidak ada lagi yang bekerja di PT.
SMART Tbk. Padang Halaban. Kemudian satu hal yang menurut saya akan terjadi adalah bahwa jika KTPH-S memenangkan peradilan sengketa tanah
dengan PT. SMART Tbk. Padang Halaban maka, tanah itu akan menjadi hak KTPH-S sepenuhnya dan bukan menjadi hak orang-orang yang seharusnya
memiliki hak atas tanah tersebut korban penggusuran.
b. Pelaku hukum dan kepentingan di pihak PT. SMART Tbk. Padang Halaban