Kemudian untuk menunjukkan dan memperkuat pendapat saya ini, saya akan membagi tulisan ini menjadi 4 bab pembahasan. Dua bab II dan III saya
akan membahas kronologis, situasi dan kondisi sengketa tanah antara KTPH-S dengan PT. SMART Tbk. Padang Halaban dengan menyertakan proses-proses
yang sedang berjalan dan akan berjalan dalam kasus tersebut. Kemudian dua bab lagi IV dan V saya fokuskan untuk memperkuat pendapat saya tentang hukum
dan kepentingan. Ilustrasinya sebagai berikut: pada bab IV saya membahas tentang aneka ragam hukum yang “hidup” dalam kasus sengketa tanah yang
terjadi antara KTPH-S dengan PT. SMART Tbk. Padang Halaban dengan bukti- bukti yang memang sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Selanjutnya pada
bab V saya lebih menekankan lagi kepada pendapat saya tentang hukum dan kepentingan itu sendiri namun, dengan terlebih dahulu memperlihatkan bahwa ada
suatu “korelasi” antara hukum dan kepentingan yang dilakukan oleh para “pelaku” hukum dan kepentingan, situasi dan kondisi yang tercipta dari adanya
hukum dan kepentingan, dan di bagian akhirnya saya akan menunjukkan temuan- temuan di lapangan yang akan menguatkan pendapat saya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: menjelaskan bahwa hukum berkaitan dengan
kepentingan.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhanbatu Utara yang baru dimekarkan. Sebelumnya Kecamatan Aek Kuo
masih cakupan dari Kabupaten Labuhanbatu. Namun, sejak 28 Juli 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2008, Kabupaten Labuhanbatu
telah dimekarkan menjadi 3 tiga kabupaten yaitu: Labuhanbatu Utara, Labuhanbatu, dan Labuhanbatu Selatan. Alasan utama memilih lokasi ini adalah
karena banyaknya terjadi sengketa tanah di daerah ini dan saat ini masalah sengketa tanah memang mendominasi di 3 tiga Kabupaten ini. Setidaknya ada 3
tiga kasus besar
21
Perjalanan menuju Kecamatan Aek Kuo akan banyak dijumpai ribuan pohon kelapa sawit milik beberapa perkebunan kelapa sawit swasta. Memasuki
perjalanan menuju kecamatan akan banyak dijumpai sarana jalan yang rusak dengan kondisi berbatu dan tanah bergelombang. Sarana jalan sudah lama tidak
diaspal kembali padahal sudah rusak parah bahkan ada beberapa kilometer yang memang tidak pernah diaspal. Bila saat musim kering maka jalan akan berdebu
yang saat ini masih ditangani oleh pihak yang berwajib selain dari kasus yang akan diteliti yaitu sengketa tanah antara Kelompok Petani di Desa
Sukarame Dalam berseteru dengan pihak PT. Sawita Leidong Jaya Labuhanbatu Utara, masalah sengketa tanah warga desa di Desa Bagan Bilah, Kecamatan
Panai Hilir berseteru dengan pihak PTPN4 Ajamu Labuhanbatu, dan perseteruan warga Desa Sei Meranti dengan pihak PT. Sinar Belantara Indah
SBI Labuhanbatu.
21
http:eksposnews.comview2187652011--Kasus--Setan--Tetap-Mendominasi-di- Labuhanbatu.html diakses tanggal 20 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
dan bila saat musim penghujan maka jalanan akan becek dan berlumpur. Sungguh ironis bila melihat ada banyak perusahaan perkebunan yang berdiri di Kecamatan
Aek Kuo yang mana mereka setiap harinya dengan truk-truk perusahaan yang mengangkut hasil kelapa sawit melewati jalan yang rusak tersebut. Padahal sesuai
peraturan pemerintah mengenai pendirian peruasahaan di sekitar pemukiman penduduk maka perusahaan memiliki tanggung jawab dimana sebagian dari hasil
perusahaan digunakan untuk membantu pertumbuhan desa sekitar perusahaan atau lebih dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social
responsibility yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT – Undang-undang Perseroan Terbatas dan UU No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal UUPM – Undang-undang Penanaman Modal. Salah satu pasalnya yaitu pasal 74 UUPT menyebutkan bahwa setiap perseroan
yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika tidak
dilakukan, maka perseroan tersebut bakal dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Namun, seperti kebanyakan perusahaan lainnya di
Indonesia perusahaan perkebunan yang ada di Kecamatan Aek Kuo pun kerap melanggar pertauran ini. Hal ini dapat dilihat dengan kondisi Kecamatan Aek Kuo
sendiri yang dikelilingi begitu luas perkebunan kelapa sawit dengan keuntungan yang saya kira sangat besar tetapi, keadaan desa-desa di sekitar perkebunan tetap
saja tidak berubah dan yang paling kelihatan memang adalah kondisi jalan lintas yang tidak pernah diperhatikan.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian