Ce Pemantulan pada Cermin Lengkung

2.5.5.1 Ce

Ce antara jara gambar 2. dipantulka Gamb Sudu keduanya sudut-sudu kaki yang paraksial dapatkan b f = ½ Sina ermin Ceku ermin cekun ak fokus f 10. Sinar-s an cermin m bar 2.10. Si Ce ut AMF pad berseberan ut pada ka berarti sisi , maka dap bahwa jari-j ½ R ar-sinar istim ung ng bersifat dan jari-jar inar sejajar melalui titik inar-sinar P ermin Menu da segitiga ngan dan s aki segitiga AF = MF. pat dianggap jari kelengk mewa pada konvergen ri kelengku r sumbu uta fokus. Paraksial Se uju Titik Fo AMF itu be udut ini be AMF. Kare Bila sinar d p AF = OF kungan R cermin ceku n, yaitu me ungan R dap ama yang m ejajar Sumb okus F. esarnya sam ersama-sam ena sudut i datang sang F dan karen sama denga ung : engumpulka pat dijelask menuju ke ce bu Utama D ma dengan s ma dengan = r, maka at dekat ke nanya MF = an dua kali j an sinar. H kan dengan ermin cekun Dipantulkan udut datang sudut r me segitiga AM sumbu utam = OF. Dari jarak fokus 32 Hubungan n bantuan ng selalu n oleh g i, sebab erupakan MF sama ma sinar sini kita f atau 33 Cermin cekung memiliki tiga sinar istimewa, ketiga sinar istimewa tersebut dapat dijelaskan seperti gambar 2.11 berikut. 1. Sinar yang melalui pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan melalui pusat kelengkungan itu lagi. 2. Sinar yang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus. 3. Sinar yang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama. Gambar 2.11. Sinar-sinar Istimewa pada Cermin Cekung. 2.5.5.1.1 Mencari hubungan antara jarak benda, jarak fokus dan jarak bayangan 34 Hubungan antara jarak benda, jarak fokus, dan jarak bayangan dapat dijelaskan melalui gambar 2.12 seperti di bawah ini : Gambar 2.12. Mencari Hubungan antara Jarak Benda, Jarak Fokus dan Jarak Bayangan Pada gambar 2.12 tampak segitiga ABO dan A’B’O sebangun sehingga ′ ′ ′ Pada gambar 2.12 juga tampak bahwa segitiga GFO dan A’B’F sebangun sehingga ′ ′ ′ Sehingga Bila dua persamaan terakhir di atas digabungkan, akan didapat 35 Bila ruas kiri dan ruas kanan persamaan di atas sama-sama dibagi s’, akan didapat ′ dengan : f = jarak fokus cermin s = jarak benda s’ = jarak bayangan f, s, dan s’, memiliki satuan meter m Seperti telah diuraikan di atas bahwa jarak fokus sama dengan separuh jarak pusat kelengkungan cermin f = ½ R. Perbesaran bayangan didefinisikan sebagai perbandingan ukuran bayangan dengan ukuran bendanya. Dalam bentuk persamaan, dengan : M = perbesaran bayangan h = tinggi benda h’ = tinggi bayangan h dan h’ memiliki satuan meter m 36 2.5.5.1.2 Sifat-sifat Bayangan yang terbentuk pada Cermin Cekung Ketika sebuah benda diletakkan dengan jarak lebih besar daripada titik fokus cermin cekung, bayangan benda yang terjadi selalu nyata karena merupakan perpotongan langsung sinar-sinar pantulnya di depan cermin cekung. Akan tetapi, ketika benda diletakkan pada jarak diantara titik fokus dan cermin, bayangan yang terbentuk berada di belakang cermin cekung, diperbesar, dan tegak. Secara ringkas, bayangan yang terbentuk pada cermin cekung adalah sebagai berikut : ¾ Jika benda berjarak lebih jauh dari pusat kelengkungan cermin M, maka bayangan yang terbentuk berada diantara titk fokus F dan pusat kelengkungan cermin M, bayangan bersifat nyata, terbalik dan diperkecil. ¾ Jika benda terletak diantara M dan F, maka bayangan yang terbentuk berada di belakang M jarak bayangan lebih jauh dari jarak pusat kelengkungan cermin cekung, bayangan bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. ¾ Jika benda berada diantara O dan F, maka bayangan yang terbentuk berada di belakang cermin, bersifat maya, tegak dan diperbesar.

2.5.5.2 Cermin Cembung

Dokumen yang terkait

Implementasi Model Children Learning In Science (CLIS) dalam Pembelajaran IPA-Fisika SMP Negeri 1 Glenmore (Studi Pada Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains)

0 3 16

IMPLEMENTASI MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA SMP NEGERI 1 GLENMORE (Studi Pada Hasil Belajar Dan Keterampilan Proses Sains)

0 21 16

IMPLEMENTASI MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA SMP NEGERI 1 GLENMORE (Studi Pada Hasil Belajar Dan Keterampilan Proses Sains)

0 4 4

Pengaruh model pembelajan CLIS (Children Learning in Science) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda

0 6 256

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DENGAN PROBLEM SOLVING

3 13 54

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

0 12 65

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DENGAN METODE CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

0 3 85

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP

1 14 115

PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MELALUI METODE SIMULASI DAN ROLE PL AYING DITINJAU DARI KREATIVITAS VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA.

0 0 16

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 32 MAKASSAR

0 1 120