Sintaks PBM Bernuansa Jigsaw Berbantuan CD Pengertian Aktivitas Belajar

memecahkan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan, setelah siswa mendapatkan rumus penjumlahan pecahan. Dengan demikian dapat dikatakan pada umumnya pembelajaran pecahan dilakukan dengan cara intuitif Æ induktif Æ deduktif. Pada Pembelajaran Berbasis Masalah di penelitian ini, siswa memahami konsep penjumlahan pecahan dengan cara deduktif-intuitif. Dikatakan deduktif karena siswa menggunakan aturan-aturan atau rumus yang telah dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi, misalnya penjumlahan bilangan cacah. Dikatakan intuitif karena siswa menggunakan intuisi dalam pengalaman dan pengetahuan kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah. Sedangkan untuk menemukan rumus penjumlahan pecahan siswa menggunakan cara induktif. Selanjutnya siswa menggunakan cara deduktif untuk menyelesaikan latihan- latihan dan pemecahan masalah.

2.7. Sintaks PBM Bernuansa Jigsaw Berbantuan CD

Berdasarkan pada teori-teori tentang pembelajaran yang telah dipaparkan tersebut, teristimewa pembelajaran berbasis masalah dan kooperatif jigsaw, maka penelitian ini menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah Bernuansa Jigsaw Berbantuan CD Pembelajaran. Adapun skema sintaks pembelajarannya seperti pada Gambar 6 berikut. Sintaks PBM Bernuansa Jigsaw Berbantuan CD Pembelajaran Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif kelompok asal yang terdiri dari 4-6 siswa secara heterogen uru membagi tugas masalah dan orientasi siswa pada masalah yang menjadi tugasnya melalui CD Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa untuk belajar melalui CD swa kembali pada kelompok asal dan secara bergantian mempresentasikan solusinya pada anggota lain dengan bantuan CD uru mengorganisasi siswa untuk belajar siswa yang mendapat tugas sama membentuk kelompok pakar Guru dan siswa menganalisis dan Siswa mencari solusi masalah penyelidikan di kelompok pakar dengan bantuan CD swa mengerjakan kuis individu yang terdapat pada

2.8. Pengertian Aktivitas Belajar

Dalam belajar diperlukan suatu aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, ”learning by doing.” Berbuat untuk mengubah tingkah laku yang ditunjukkan dengan melakukan perbuatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Seperti dikemukakan Frobel Sardiman, 2007 bahwa dalam belajar sangat memerlukan kegiatan berfikir dan berbuat. Dalam buku yang sama Montessori menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga untuk berkembang sendiri sehingga lebih banyak melakukan aktivitas dalam pembentukan diri anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberi bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didiksiswa. Jadi pada pembelajaran, ak- tivitas belajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembela- jaran berlangsung untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran Khabibah, 2005. Perlu ditambahkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus selalu berkaitan. Sehubungan dengan hal ini, Piaget Sardiman, 2007 menerangkan bahwa seseorang anak itu berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berfikir. Oleh karena itu agar anak berfikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berfikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu berfikir pada taraf perbuatan, jelas bahwa aktivitas itu dalam arti luas, baik yang bersifat fisik maupun mental. Kaitan antar keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Menurut Paul B. Diedrich Sardiman, 2007 aktivitas siswa dalam belajar digolongkan atas 8 kelompok sebagai berikut. 1 Visual Activities, meliputi: memperhatikan dari gambar demonstrasi , membaca, percobaan dari pekerjaan orang lain. 2 Oral Activities , seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3 Listening Activities , sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik. 4 Writing Activities , seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5 Drawing Activities , misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6 Motor Activities , misalnya: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7 Mental Activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa hubungan, mengambil keputusan. 8 Emotional Activities, seperti: menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup, merasa bosan. Jadi klasifikasi aktivitas di atas menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariatif. Jika berbagai aktivitas tersebut dapat dikondisikan selama proses pembelajaran maka pembelajaran akan menjadi lebih dinamis. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Pada penelitian ini aktivitas siswa yang diperhitungkan adalah aktivitas ideal siswa, yaitu aktivitas yang diharapkan pendidik dilakukan siswa selama proses pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Data aktivitas siswa berupa skor aktivitas siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan.

2.9. Pengertian Kreatifitas