yang berupa benda-benda konkret yang menjembatani siswa untuk dapat memahami konsep matematika yang sedang dipelajari. Sedangkan teori belajar
Thorndike menunjukkan perlunya pengulangan yang memberikan dampak positif yaitu pengulangan yang frekuensinya teratur, bentuk pengulangannya tidak
membosankan dan kegiatannya disajikan dengan cara yang menarik.
2.2. Pengajaran Matematika yang Efektif
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya sikap yang menekankan pada pembelajaran di mana siswa menjadi mampu mengerti cara
belajar, dan adanya aktivitas yang menyenangkan pada proses pembelajaran Mulyasa, 2004. Menurut Muijs 2008: 338, pengajaran matematika yang efektif
melibatkan pengajaran antara lain untuk memahami, menggunakan problem- solving, maupun rote learning mempelajari setiap hal di luar kepala. Sesuai
dengan pendapat Muijs, yang dimaksud dengan pengajaran yang efektif di sini adalah pengajaran yang menghasilkan prestasi belajar yang tinggi.
Faktor-faktor kelas yang memberikan kontribusi pada hasil belajar yang efektif adalah sesi yang terstruktur, cara mengajar yang menantang secara
intelektual, lingkungan yang berorientasi tugas, komunikasi antara guru dan murid, dan fokus yang terbatas di setiap sesinya. Untuk itu diperlukan
kemampuan guru dalam memanajemen kelas yang efektif. Elemen-elemen manajemen kelas yang efektif meliputi: memulai
pelajaran tepat waktu, penataan tempat duduk yang tepat, mengatasi gangguan yang berasal dari luar kelas, menetapkan aturan dan prosedur yang jelas, peralihan
yang lancar antar segmen pelajaran, aturan yang jelas untuk murid yang berbicara selama pelajaran, memberikan pekerjaan rumah, memberikan aturan yang jelas
pada murid yang telah menyelesaikan pekerjaanya, mengakhiri pelajaran dengan strategi yang efektif.
2.3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Arends 1997, pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik
dan bermakna dengan tujuan untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Dengan demikian secara garis besar, pada pembelajaran berbasis masalah guru menyajikan kepada siswa
masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan bagi mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri Ibrahim, 2000.
Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: 1 pengajuan pertanyaan atau masalah. Pertanyaan atau masalah yang diajukan untuk dijawab
atau diselesaikan siswa secara social penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. 2 berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang diajukan pada
siswa dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah tersebut dari berbagai mata pelajaran. 3 penyelidikan autentik. PBM
mengharuskan para siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. 4 menghasilkan produkkarya dan
memamerkannya. Para siswa harus menghasilkan produkkarya nyata yang akan
dipresentasikan pada teman-temannya tentang apa yang telah dipelajari. 5 kerja sama. Para siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk menemukan solusi.
PBM dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemam- puan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual. Dalam PBM para
siswa belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom dan
mandiri. Sintaks pembelajaran berbasis masalah berturut-turut sebagai berikut. 1
Orientasi siswa pada masalah. Pada kegiatan ini guru menje-laskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi
atau cerita untuk memunculkan masalah, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah. 2 Pengorganisasian siswa untuk belajar. Pada
kegiatan ini guru membimbing siswa untuk mendefinisikan dan mengor- ganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3 Penye-
lidikan individualkelompok. Pada kegiatan ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan ekspe-rimen untuk menda-
patkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4 Pengembangan dan penyajian hasil karya. Pada kegiatan ini guru membimbing siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, serta membim- bing mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. 5 Analisis dan evaluasi
proses pemecahan masalah. Pada kegiatan ini guru membimbing siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses
yang mereka gunakan.
Berdasarkan sintaks PBM tersebut, maka menurut Trianto 2007, peran guru di kelas PBM antara lain sebagai berikut: 1 mengajukan masalah atau
mengorientasikan siswa kepada masalah autentik masalah kehidupan sehari-hari, 2 memfasilitasi membimbing penyelidikan, misalnya melakukan observasi atau
eksperimenpercobaan, 3 memfasilitasi dialog siswa, dan 4 mendukung belajar siswa.
Sesuai dengan sintaks pembelajaran berbasis masalah, yang harus diperhatikan guru dalam pelaksanaan PBM adalah sebagai berikut. 1 Tugas-
tugas perencanaan. Sebelum melaksanakan PBM guru merencanakan: penetapan tujuan, merancang situasi masalah, mengorganisasikan sumberdaya dan rencana
logistik. 2 Tugas interaktif. Dalam pelaksanaan PBM guru memfasilitasimem- bimbing orientasi siswa pada masalah, yaitu dengan menyajikan masalah yang
membangkitkan minat dan keinginan siswa untuk memecahkannya. Selanjutnya guru mengorganisasikan siswa untuk belajar. Dalam hal ini guru memfasilitasi
siswa untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Selain itu guru juga mengorganisasikan siswa dalam belajar kooperatif. Tugas berikutnya
adalah guru membimbing siswa dalam penyelidikan baik mandiri maupun kelompok. Pada tahap akhir PBM guru membantu siswa untuk menganalisis dan
mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, serta ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan. 3 Lingkungan belajar dan tugas-tugas manajemen. Guru perlu
memiliki seperangkat aturan yang jelas agar pembelajaran berlangsung lancar dan tertib, dapat menangani perilaku siswa dengan cepat dan tepat, serta dapat
mengelola pembelajaran kelompok. Karena bahan dan peralatan yang digunakan
cukup banyak, untuk efektifitas kerjanya guru perlu memiliki aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaan, penyimpanan dan pendistribusian bahan. Guru juga
harus menjelaskan aturan, tata karma dan sopan santun kepada siswa sebelum mereka melakukan penyelidikan di luar kelas atau di masyarakat. 4 Assesmen
dan evaluasi. Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan pembelajaran derbasis masalah adalah menilai hasil pekerjaan siswa dalam penyelidikannya.
Pada penelitian ini masalah yang diajukan pada siswa adalah masalah sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan senama. Misalnya untuk
mengenalkan konsep penjumlahan pecahan di kelas IV, diberikan masalah sebagai berikut. Bu Ani mempunyai sebuah kue berbentuk lingkaran. Kue itu dipotong
menjadi empat bagian yang sama. Dua potong diberikan pada tetangga sebelah kirinya, sedangkan satu potong diberikan pada tetangga sebelah kanannya. Berapa
bagian dari keseluruhan kue yang diberikan bu Ani pada tetangganya?
2.4. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw