19 memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah, mengkuantifikasi dan
mengukur risiko Batuparan, 2001. Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko
krusial apa saja yang terjadi di perusahaan. Sumber risiko dapat terbagi menjadi tiga bagian yaitu risiko lingkungan adalah kekuatan-kekuatan lingkungan yang
menghalangi pelaksanaan strategi dan tujuan perusahaan, risiko proses yaitu proses bisnis yang dapat menimbulkan jurang pemisah antara strategi dan tujuan
bisnis, serta risiko informasi yaitu adanya informasi yang tidak relevan dan tidak dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan.
Tahap identifikasi ini akan menghasilkan output berupa daftar risiko yang kemudian akan dilakukan pengukuran risiko. Pengukuran risiko terdiri dari tahap
pengukuran dampak dan kemungkinan terjadinya risiko yang kemudian akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan
dibantu oleh peta risiko yang akan menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko inilah yang kemudian akan membantu membentuk perumusan manajemen risiko yang
tepat untuk pengelolaan risiko yang terjadi Kountur, 2008. Penerapan hukum Pareto sangat penting dalam manajemen risiko. Hukum
Pareto pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi yang bernama Vilfredo Pareto 1848-1923. Ia mengamati bahwa umumnya 80 persen kekayaan
suatu negara dikuasai oleh 20 persen penduduk. Hasil pengamatan ini bukan hanya terjadi pada perekonomian suatu negara tetapi terjadi pada hampir semua
aspek kehidupan termasuk risiko. Hukum Pareto ini sering dikenal dengan sebutan hukum 80:20 atau 20:80. Aplikasi hukum ini pada risiko yaitu 80 persen kerugian
perusahaan disebabkan oleh 20 persen risiko yang krusial. Jika 20 persen risiko yang krusial ini dapat ditangani dengan baik, maka kerugian sebesar 80 persen
sudah dapat dihindari Kountur, 2008.
3.1.2. Definisi dan Konsep Risiko
Pada dasarnya setiap usaha memiliki risiko, namun apakah risiko tersebut dapat dideteksi lebih dini atau dapat muncul dengan tiba-tiba, dan jika risiko
tersebut terjadi apakah besarnya risiko tersebut dapat mempengaruhi usaha yang sedang dijalankan. Secara sederhana risiko diartikan sebagai kemungkinan
kejadian yang merugikan. Ada tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap
20 sebagai risiko: 1 merupakan suatu kejadian, 2 kejadian tersebut masih
merupakan kemungkinan bisa terjadi atau tidak terjadi, 3 jika sampai terjadi, akan menimbulkan kerugian Kountur, 2008.
Definisi konseptual mengenai risiko menurut Robert Charette
10
risiko berhubungan dengan kejadian di masa yang akan datang yang melibatkan
perubahan dan melibatkan pilihan dan ketidakpastian. Risiko sangat erat kaitannya dengan teori probabilitas. Risiko itu sendiri didefinisikan sebagai suatu
kejadian yang masih merupakan kemungkinan. Oleh karena itu, untuk dapat mengelola suatu risiko, maka sangat diperlukan perhitungan probabilitas
kemungkinan terjadinya risiko yang akan terjadi di masa yang akan datang. Setelah kemungkinan probabilitas diketahui, maka pihak manajemen risiko
dapat merumuskan kegiatan potensial yang dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko tersebut.
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, akan tetapi terdapat perbedaan antara risiko dan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya atau
tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi Kountur, 2004. Risiko terjadi karena adanya pengaruh dari dalam dan dari luar perusahaan. Pengaruh
terjadinya risiko yang berasal dari luar perusahaan diantaranya terjadi karena kondisi dunia internasional sehingga mempengaruhi kondisi ekonomi negara kita, teknologi
yang dapat menimbulkan inovasi usaha atau efisiensi dalam operasional usaha, peraturan pemerintah terhadap dunia usaha serta kekuatan ekonomi masyarakat
dalam membeli produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Pengaruh terjadinya risiko yang berasal dari dalam perusahaan diantaranya
karena strategi yang dipilih perusahaan dalam menjalankan usahanya. Pada saat perusahaan menentukan strategi maka sejauh mana strategi tersebut dapat
meminimalkan risiko. Hal tersebut mengandung ketidakpastian sehingga dapat menimbulkan risiko bagi para pemegang kepentingan perusahaan. Sikap pembuat
keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut
11
:
10
www.blogspot.com . Manajemen Risiko Usaha Kecil dan Menengah. Diakses tanggal 18 April
2009.
11
www.deshion.com. Mengelola Risiko Bisnis. Diakses tanggal 15 Januari 2009
21 1.
Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko risk aversion. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam variance dari keuntungan maka
pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.
2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko risk taker. Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam variance dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang
diharapkan. 3.
Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko risk neutral. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam variance dari keuntungan maka
pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan.
3.1.3. Klasifikasi Risiko