11 4.
Stadia post larva Perubahan bentuk dari mysis menjadi post larva terjadi pada hari
kesembilan. Stadia post larva mirip dengan udang dewasa, dimana lebih kuat dan lebih dapat bertahan dalam penanganan. Post larva bersifat planktonik, dimana
mulai mencari jasad hidup sebagai makan. Dibandingkan dengan udang windu, udang vannamei memiliki ukuran
tubuh di bawahnya. Disamping itu, harga jualnya pun relatif lebih murah. Belum adanya aturan yang jelas dalam pembenihan dan pembudidayaan udang vannamei
memunculkan kekhawatiran terhadap penurunan mutu benih yang disebabkan oleh kemungkinan terjadinya perkawinan sekerabat. Selain itu, udang vannamei
juga rentan terhadap penyakit TSV Taura Syndrom Virus. Permasalahan lain yang dapat memunculkan risiko adalah karena udang vannamei tidak ada di
perairan Indonesia. Maka untuk pengembangbiakannya perlu dilakukan impor induk Amri dan Kanna, 2008.
Udang yang dijadikan sebagai induk sebaiknya bersifat SPF Spesific Pathogen Free. Udang tersebut dapat dibeli dari jasa penyedia udang induk yang
memiliki sertifikat SPF. Keunggulan udang tersebut adalah resistensinya terhadap beberapa penyakit yang biasa menyerang udang, seperti white spot, dan lain-lain.
Udang tersebut didapat dari sejumlah besar famili dengan seleksi dari tiap generasi menggunakan kombinasi seleksi famili dan seleksi massa WFS. Induk
udang tersebut adalah keturunan dari kelompok famili yang diseleksi dan memiliki sifat pertumbuhan yang cepat, resisten terhadap TSV dan daya hidup di
kolam tinggi Erwinda, 2008.
2.2. Pembenihan Udang Vannamei
Proses pembenihan yang biasa dilakukan pada pembenihan hatchery udang komersial adalah dengan cara perkawinan alami untuk menghasilkan larva.
Keuntungan perkawinan alami dibandingkan dengan inseminasi buatan adalah jumlah naupli yang dihasilkan tiap udang betina sekali bertelur lebih banyak
dibandingkan naupli yang dihasilkan dengan metode inseminasi buatan
7
.
7
www.ptppa.comdetilnews.asp?id=3430kode=8-15k- . Lampung Butuh Pengolah Udang.
Diakses tanggal 9 Desember 2008
12 Induk udang vannamei dikumpulkan dan dipelihara dalam kondisi normal
untuk maturasi dan kawin secara alami. Setiap sore dilakukan pemeriksaan untuk melihat udang betina yang sudah kawin akan memperlihatkan adanya
spermatophore yang melekat. Saat pagi hari, betina yang ada di dalam tangki peneluran dipindahkan lagi ke dalam tangki maturasi. Dalam waktu 12 sampai 16
jam, telur-telur dalam tangki peneluran akan berkembang menjadi naupli. Ovum pada udang betina biasanya mengalami reabsorbsi tanpa adanya
peneluran lagi. Masalah tersebut dapat dikurangi dengan cara ablasi salah satu tangkai mata yang menyediakan hormon yang berfungi sebagai stimulus untuk
reabsorbsi ovum. Ablasi dilakukan degan cara membakar, mengeluarkan isi dari salah satu batang mata keluar melalui bola mata dan melukai batang mata dengan
gunting. Udang yang akan diablasi dipersiapkan untuk memasuki puncak reproduktif. Jika ablasi dilakukan pada tahap premolting maka akan menyebabkan
molting, ablasi segera setelah udang molting dapat menyebabkan kematian dan ablasi selama intermolt menyebabkan perkembangan ovum Erwinda, 2008.
Sistem reproduksi udang vannamei betina terdiri dari sepasang ovarium, oviduk, lubang genital dan thelycum. Organ reproduksi utama dari udang jantan
adalah testes, vasa deferensia, petasma dan apendiks maskulina. Prilaku kawin pada udang vannamei dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti
temperatur air, kedalaman, intensitas cahaya dan fotoperiodisme. Udang jantan hanya akan kawin dengan udang betina yang memiliki ovarium yang sudah
matang. Kontak antena yang dilakukan oleh udang jantan pada udang betina dimaksudkan untuk pengenalan reseptor seksual pada udang Amri dan Kanna,
2008. Proses kawin alami pada kebanyakan udang biasanya terjadi pada malam
hari. Akan tetapi, udang vannamei paling aktif kawin pada saat matahari tenggelam. Spesies udang vannamei memiliki tipe thelycum tertutup sehingga
udang tersebut kawin saat udang betina pada tahap Interpol atau setelah maturasi ovarium selesai dan udang akan bertelur dalam satu atau dua jam setelah kawin.
Peneluran terjadi pada saat udang betina mengeluarkan telurnya yang sudah matang. Proses tersebut berlangsung kurang lebih selama dua menit. Udang
vannamei biasa bertelur pada malam hari atau beberapa jam setelah kawin. Udang
13 betina tersebut harus dikondisikan sendirian agar perilaku kawin alami muncul
Erwinda, 2008.
2.3. Risiko dalam Pembenihan Udang Vannamei