III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Manajemen Risiko
Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai kumpulan langkah-langkah yang berfungsi untuk membantu perusahaan dalam memahami dan mengatur ketidakpastian
atau risiko yang mungkin timbul selama proses usaha Pressman, 2001 dalam Yulianto, 2008. Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang sering muncul,
memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon terhadap risiko.
Manajemen risiko perusahaan enterprise risk management adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan dalam usaha
mencapai tujuan. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen Kountur, 2008. Sasaran utama dari manajemen risiko perusahaan
adalah menghindari risiko. Manajemen risiko merupakan suatu proses dan struktur yang diarahkan untuk merealisasikan peluang potensial sekaligus
mengelola dampak yang merugikan. Pentingnya manajemen risiko diantaranya adalah untuk menerapkan tata
kelola usaha yang baik, menghadapi kondisi lingkungan usaha yang cepat berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang sistematis serta untuk
memaksimumkan laba. Konsep manajemen risiko yang penting untuk penilaian suatu risiko diantaranya adalah tingkat maksimum kerusakan yang akan dialami
perusahaan jika terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan risiko atau yang disebut dengan eksposur, besarnya kemungkinan suatu peristiwa yang berisiko, besarnya
kerusakan yang akan dialami oleh perusahaan, waktu yang dihabiskan untuk terekspos dalam risiko Lam, 2007. Manajemen risiko dalam hal ini berfungsi
untuk mengenali risiko yang mungkin muncul, memperkirakan probabilitas munculnya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko, dan menyiapkan
rencana penanggulangan dan respons terhadap risiko. Berdasarkan konsep dasar manajemen risiko, pandangan yang ditawarkan
oleh manajemen risiko di dalam mengelola risiko adalah bahwa risiko dapat didekati dengan menggunakan suatu kerangka pikir yang sangat rasional. Hal ini
dimungkinkan dengan berkembangnya teori probabilitas dan statistik yang
19 memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah, mengkuantifikasi dan
mengukur risiko Batuparan, 2001. Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko
krusial apa saja yang terjadi di perusahaan. Sumber risiko dapat terbagi menjadi tiga bagian yaitu risiko lingkungan adalah kekuatan-kekuatan lingkungan yang
menghalangi pelaksanaan strategi dan tujuan perusahaan, risiko proses yaitu proses bisnis yang dapat menimbulkan jurang pemisah antara strategi dan tujuan
bisnis, serta risiko informasi yaitu adanya informasi yang tidak relevan dan tidak dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan.
Tahap identifikasi ini akan menghasilkan output berupa daftar risiko yang kemudian akan dilakukan pengukuran risiko. Pengukuran risiko terdiri dari tahap
pengukuran dampak dan kemungkinan terjadinya risiko yang kemudian akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan
dibantu oleh peta risiko yang akan menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko inilah yang kemudian akan membantu membentuk perumusan manajemen risiko yang
tepat untuk pengelolaan risiko yang terjadi Kountur, 2008. Penerapan hukum Pareto sangat penting dalam manajemen risiko. Hukum
Pareto pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi yang bernama Vilfredo Pareto 1848-1923. Ia mengamati bahwa umumnya 80 persen kekayaan
suatu negara dikuasai oleh 20 persen penduduk. Hasil pengamatan ini bukan hanya terjadi pada perekonomian suatu negara tetapi terjadi pada hampir semua
aspek kehidupan termasuk risiko. Hukum Pareto ini sering dikenal dengan sebutan hukum 80:20 atau 20:80. Aplikasi hukum ini pada risiko yaitu 80 persen kerugian
perusahaan disebabkan oleh 20 persen risiko yang krusial. Jika 20 persen risiko yang krusial ini dapat ditangani dengan baik, maka kerugian sebesar 80 persen
sudah dapat dihindari Kountur, 2008.
3.1.2. Definisi dan Konsep Risiko