Hasil pengujian laboratorium terhadap benih-benih hasil penelitian gene flow,

54 Abstract Genetically engineered technology in agriculture has resulted some plants that are advance both on their quality and quantity. One of them is the Genetically Engineered Products GEPs of Bt rice, which has been through environmental safety testing process. On Cartagena Protocol about biosafety of GEPs, states the importance of risk assessment for each GEP plant before being released or commercialized. As the product of new technology, GEP Bt rice has the resistance in facing stem borer, therefore it must meet the requirements of environmental safety. Besides, socio-economic considerations and the impacts on society require some attentions in accordance with the mandate of Article 26 on Cartagena Protocol. One of policy strategy based on ex- ante analysis of the economic feasibility and the farmers perception, as the part of risk analysis in the sustainable use of GEP Bt rice has been done. Analysis methods used, were partial budget analysis and directly survey to user farmers through questionnaires and interviews. Partial budget analysis results based on the ex- ante assumption on normal price seeds and 50 premium price seeds, showed that Bt rice farming in Indonesia was still categorized as worth to be continued, despite the relatively high cost for its technology development. Based on interviews and questionnaires, it was known that most farmers were not informed well about Bt rice plants, but they were willing to plant in hope for an increase in production and a decreace in management costs. Keywords : Bt rice, farm er’s perceptions, ex-ante analysis, biosafety, partial budget analysis PENDAHULUAN Meningkatkan produksi pertanian dengan melakukan inovasi teknologi merupakan salah satu strategi dalam pembangunan pertanian berkelanjutan. Tetapi program ini mendapat tantangan dari kelompok pengamat sosial dan lingkungan, terutama dampaknya terhadap organisme non target. Kurangnya informasi dan pemahaman terhadap teknologi baru, dapat menjadi hambatan dalam pengembangan produk rekayasa genetik PRG Sharma et al. 2002. Penerapan keamanan hayati untuk setiap PRG, merupakan salah satu persyaratan sebelum pelepasan dan komersialisasi PRG kepada masyarakat. Faktor sosial ekonomi termasuk salah satu pertimbangan penting dan menjadi perhatian berbagai pihak dalam menerapkan pemanfaatan tanaman PRG. Pada 55 komersialisasi setiap hasil teknologi baru, memerlukan kajian terhadap dampak negatif, terutama bagi keberlanjutan hidup dan kesejahteraan manusia Qaim 2009. Selain dampak yang berhubungan dengan teknologi dan lingkungan, dampak sosial ekonomi bagi kehidupan masyarakat harus menjadi salah satu bahan kajian. Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap PRG, sangat diperlukan sosialisasi dan pemahaman yang berkelanjutan sesuai dengan perbaikan terhadap sifat yang diintroduksi pada PRG, agar manfaatnya dapat lebih optimal Araya-Quesada et al. 2010. Tujuan pendidikan masyarakat adalah, agar mereka dapat memutuskan sendiri apakah akan memanfaatkan atau tidak memanfaatkan PRG tersebut bagi kepentingan mereka. Kegiatan sosialisasi dan informasi ilmiah yang mudah dan murah diakses merupakan hak setiap warga negara dalam menerima teknologi baru, kewajiban pemerintah untuk menyediakan akses dan fasilitas terkait dengan keperluan tersebut Qaim 2009. Terjadinya perbedaan pendapat dengan munculnya polarisasi antara kelompok yang pro dan kelompok yang kontra terhadap PRG, terus terjadi mengiringi keberhasilan PRG dalam mengatasi beberapa permasalahan di bidang pertanian. Kelompok yang kontra mengklaim bahwa terdapat dampak negatif dari PRG seperti dampak terhadap lingkungan dan kesehatan manusia Hal ini bisa diakibatkan karena kurangnya komunikasi dan informasi antara pihak produsen dan pengembang teknologi dengan kelompok pengguna konsumen. Keterlibatan masyarakat secara sosial dalam pembangunan bioteknologi sangat rendah di Indonesia. Hal ini terungkap melalui persepsi dan partisipasi sebagian besar masyarakat yang terbukti belum memahami dan mengerti mengenai PRG Bermawie et al 2003. Menurut kajian yang dilakukan oleh Adiwibowo et al. 2005, beberapa peluang yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap introduksi PRG ke lingkungan adalah melalui kampanye, advokasi bersama dengan kelompok LSM serta memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan kebijakan pembangunan bioteknologi. Di dalam Protokol Cartagena Pasal 26, dicantumkan bahwa negara sebagai pihak yang terlibat dalam konvensi mengenai keamanan hayati, perlu bekerja sama dalam penelitian dan pertukaran informasi mengenai dampak sosial ekonomi organisme 56 hasil modifikasi genetik khususnya terhadap masyarakat asli dan masyarakat setempat. Karena kepentingan ekonomi masyarakat yang menjadi target pemanfaatan PRG perlu diperhatikan, dan diharapkan kemandirian pangan dapat diwujudkan melalui PRG produksi nasional. Setiap jenis investasi memerlukan analisis untuk mengetahui bahwa hasil yang akan diperoleh sepadan dengan risiko yang ditimbulkannya. Tingkat kelayakan ekonomi dalam rencana pemanfaatan padi Bt PRG perlu dilakukan supaya diketahui apakah rencana pengembangannya nanti dapat berkelanjutan atau dalam jangka waktu tertentu baru diperoleh hasil sesuai dengan pengeluaran investasi yang telah digunakan berdasarkan manfaat ekonomi. Parameter dari manfaat ekonomi dapat diukur berdasarkan data statistik produksi dan harga jual produk Groote et al. 2011 Untuk pengembangan teknologi diperlukan pendanaan dan perencanaan yang tepat sesuai dengan manfaat dan kebutuhan. Demikian juga dengan tingkat risiko yang dihasilkannya, tidak ada suatu teknologi baru yang tidak memiliki risiko. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah pengelolaan risiko risk management serta komunikasi risiko risk communication kepada masyarakat Sharma et al. 2002. Apabila diketahui terdapat kemungkinan risiko dari PRG yang akan dilepas, maka risiko yang mungkin terjadi harus dikelola dan diminimalisir agar manfaatnya lebih besar daripada risiko yang ditimbulkannya. Pengelolaan risiko berkaitan dengan komunikasi risiko yang transparan dan mudah dipahami oleh kelompok pengguna teknologi. Oleh karena itu pemanfaatan teknologi baru memerlukan kajian dan analisis risiko yang meliputi pengkajian, pengelolaan dan komunikasi risiko Sharma et al. 2002. Komunikasi risiko merupakan proses pengumpulan informasi dan pendapat terkait bahaya dan risiko dari pihak-pihak yang berkepentingan selama proses analisis risiko, serta membuat forum komunikasi hasil penilaian risiko dan tindakan manajemen risiko yang diusulkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan PerMen LH 25 Tahun 2012. Analisis kajian ekonomi untuk tanaman pertanian bertujuan untuk membuat evaluasi dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam metode produksi atau pengelolaan usaha pertanian. Faktor-faktor yang diperhitungkan dan dijadikan bahan analisis adalah yang memiliki kaitan dengan perubahan tersebut. 57 Analisis yang tepat digunakan adalah analisis anggaran partial partial budget analysis, yang digunakan untuk membuat perbandingan dari dampak perubahan teknologi dan kelayakannya, terutama di bidang pertanian. Pendekatan ini mempunyai beberapa manfaat yaitu tidak memerlukan banyak data bila dibandingkan dengan anggaran usahatani keseluruhan whole farm budgeting. Selain itu, tidak diperlukan informasi mengenai segi-segi usahatani yang tidak dipengaruhi oleh perubahan yang sedang diamati karena keragaan bagian ini tidak berubah untuk diterapkan pada keadaan usahatani yang lebih luas daripada anggaran usahatani keseluruhan. Analisis anggaran parsial dibuat untuk menunjukkan pengaruh suatu perubahan terhadap ukuran keuntungan seperti pendapatan bersih usahatani. Menurut Soekartawi 1995, penggunaan analisis anggaran parsial juga dapat dimanfaatkan untuk mengambil suatu keputusan penting di bidang pertanian termasuk adopsi teknologi baru yang meliputi modifikasi atau perubahan dalam proses produksi tanaman. Secara umum tujuan dari penelitian adalah mengetahui kelayakan finansial usaha tani Padi Bt PRG dan mengetahui persepsi dan penerimaan petani terhadap pemanfaatannya di lapangan melalui studi ex-ante. METODE ANALISIS DATA a. Analisis ex-ante Kelayakan Finansial Padi Bt PRG Analisis kelayakan finansial dilakukan dalam menetapkan alternatif, apakah pemanfaatan Padi Bt PRG layak atau tidak untuk dilanjutkan. Analisis ini berbeda dengan analisis ekonomi yang lebih mengutamakan keberhasilan suatu usaha dengan menilai besarnya pendapatan keuntungan yang diperoleh. Besarnya keuntungan, dapat diketahui berdasarkan manfaat benefit yang didapat dan besarnya biaya cost yang dikeluarkan. Pada kasus Padi Bt PRG, karena produk belum tersedia di tingkat petani, maka analisis dilakukan pada variabel yang mengalami perubahan akibat introduksi teknologi. Komponen-komponen yang diperkiraan mengalami perubahan seperti produktifitas, harga jual benih, biaya pembelian insektisida dan penurunan biaya tenaga kerja. Metode kajian menggunakan data primer dengan melakukan wawancara terhadap kelompok tani di desa Jaten, Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang khusus 58 menanam padi kultivar Rojolele dan kelompok tani di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pengisian kuisioner juga dilakukan untuk mengetahui biaya pengelolaan di lapangan dan harga benih padi sejenis non-PRG. Data primer untuk biaya produksi padi, dibandingkan dengan data ex-ante Padi Bt PRG jika nanti dilepas kepada masyarakat. Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode survei dengan responden petani. Data yang dikumpulkan juga meliputi data kesediaan membayar willingness to pay, WTP dan kesediaan untuk menerima willingness to accept, WTA. Metode analisis data menggunakan analisis anggaran parsial untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dari perubahan teknologi yang dipakai sebelumnya yaitu tanaman padi konvensional kepada tanaman Padi Bt tahan serangan hama penggerek. Analisis dilakukan pada variabel yang mengalami perubahan dengan adanya introduksi teknologi pada tanaman padi, seperti produktifitas, harga jual benih unggul, biaya pembelian insektisida dan penurunan biaya tenaga kerja. Sifat agronomis tanaman Padi Bt PRG sama dengan Padi non- PRG, mulai dari kondisi biologi tanaman, proses pengolahan tanaman di lahan pertanian hingga panen dan pascapanen, kecuali terhadap sifat baru yang diintroduksi kepada tanaman, dalam hal ini adalah sifat tahan terhadap hama penggerek batang. Oleh karena itu yang perlu dibuat simulasi terhadap Padi Bt hanya mengenai pembiayaan untuk produksi, harga jual benih dan penurunan biaya pengolahan usaha pertanian yang didasarkan pada asumsi ex-ante seperti tertera pada Tabel 1. 59 Tabel 1. Uraian produktifitas dan biaya pengolahan usahatani Padi Bt dan Padi non-Bt di lahan pertanaman Instrumen Padi Bt PRG Padi non-Bt Produksi tonha 4 - 4,9 4 - 4,9 Biaya-biaya cost Harga per kg Rp - Skenario tidak berubah - Premium 50 20.000 30.000 20.000 20.000 Tenaga kerja pemeliharaan Rpha 100.000 200.000 1.286.875 1.787.000 1.787.000 Pemupukan Rpha 1.286.875 Insektisida Rpha 10 178.700 Insektisida Rpha 50 893.500 Pada simulasi ex-ante ini, asumsi produktifitas harga jual benih yang digunakan adalah benih murni dari kultivar Rojolele non Bt yang ditanam petani di desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Produktifitas Padi Bt untuk saat ini masih menggunakan asumsi sama dengan produksi Padi non-Bt, karena berdasarkan hasil pengujian di lapangan belum diperoleh peningkatan produksi, kecuali sifat yang diintroduksikan pada tanaman untuk sifat ketahanan terhadap hama penggerek batang. Sedangkan untuk sifat meningkatkan produksi belum diperoleh. Alasan ini dikemukakan karena pada proses awal penelitian, padi kultivar Rojolele yang memiliki umur dalam lebih panjang yang lebih responsif saat pengujian kultur jaringan, sehingga kultivar inilah yang dipakai sebagai model penelitian Padi Bt PRG di laboratorium Loporan Teknik Puslit Bioteknologi LIPI 2004. Selanjutnya Padi Bt PRG kultivar Rojolele ini akan disilangkan dengan jenis padi lain yang telah diketahui produksi tinggi dan umur lebih pendek sehingga bisa dipanen lebih dari dua kali setahun. Tetapi pada kasus Padi Bt PRG, sifat ketahanan yang dimiliki tanaman tersebut, diharapkan lebih memiliki kesempatan untuk berproduksi lebih baik dibandingkan dengan jenis tanaman yang sama tetapi tidak memiliki sifat ketahanan terhadap serangan hama, terutama di daerah endemis serangan hama penggerek batang. Untuk harga benih dibuat simulasi dalam dua tingkat harga yakni tidak berubah dan 60 peningkatan 50 dari harga rata-rata benih non-Bt. Disamping perubahan harga jual benih, diperkirakan juga terjadi pengurangan penggunaan insektisida yang berdampak pada pengurangan biaya untuk tenaga kerja. Sedangkan biaya pemupukan tidak dibedakan dengan padi non-PRG. Biaya cost pengembangan teknologi dengan teknik rekayasa genetik merupakan anggaran atau pendanaan yang tidak dapat dipisahkan dari pengadaan Padi Bt PRG, karena biaya tinggi merupakan salah satu konsekuensi dari investasi teknologi yang dapat dimanfaatkan di masa depan dalam meningkatkan mutu tanaman agar memiliki keunggulan sesuai dengan kebutuhan di masa sekarang dan masa depan. Menurut Roth Hyde 2002 metode perhitungan dengan analisis anggaran parsial menggunakan benefit cost ratio BC Ratio, yang sering disebut dengan profitability index, yaitu merupakan rasio antara aliran kas bersih dengan nilai investasi produksi pada saat sekarang present value.

b. Persepsi dan Penerimaan Petani terhadap Pemanfaatan Padi

Bt PRG Data yang dikumpulkan didasarkan pada perangkat kuisioner yang dibuat dan disusun secara khusus untuk mengetahui persepsi perception dan penerimaan acceptance petani dalam rencana pelepasan Padi Bt PRG ke lingkungan. Kuisioner disusun dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dipahami dan dimengerti petani terhadap tingkat pengetahuan mereka tentang PRG Lampiran 6. Teknik pengumpulan data sebagai sumber informasi, dilakukan dengan wawancara dan kuisioner. Isian kuisioner dari responden digunakan sebagai data primer yang diolah menggunakan program Microsoft Excell 10. Lokasi pengambilan responden dari wilayah sentra produksi padi utama di Propinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang. Pertimbangan jarak lokasi dan operasional wawancara seperti; transportasi, waktu, tenaga dan biaya, menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi penelitian. 61 Pengambilan contohresponden dilakukan secara purposive radom sampling Brockett Levine 1984 berdasarkan beberapa pertimbangan populasi yang tersebar menurut wilayah geografis secara alami pada kelompok wilayah administratif, tidak merupakan bagian unit observasi yang sulit dan membutuhkan biaya mahal untuk memperoleh data sesuai dengan target informasi. Responden yang dipilih dianggap telah mewakili kelompok petani dari Propinsi Jawa Barat, karena berdasarkan sentra produksi padi utama. Pemilihan responden disesuaikan dengan jumlah kelompok tani di lokasi penelitian, yang dianggap dapat mewakili dan memahami permasalahan yang diteliti. Di setiap Kabupaten dipilih satu desa yang dianggap mewakili dan responden petani dipilih secara acak untuk menghindari kesamaan persepsi dan pendapat terkait dengan topik yang ditanya. Pengambilan responden menggunakan metode purposive random sampling secara proporsional Walpole, 1995 dengan rumus sebagai berikut: N x n x = — n …………………………….. 1 N Dimana: n x = jumlah responden sample setiap strata N =jumlah seluruh populasi kepala keluarga petani N x = jumlah populasi setiap strata N = ukuran responden secara keseluruhan Data yang diperoleh dari kuesioner disusun berdasarkan kriteria keperluan penelitian dan ditabulasi berdasarkan wilayah dan lokasi penelitian. Dilakukan penghitungan nilai minimal, nilai maximal, median dan nilai rata-rata dari seluruh kuisioner. Seluruh data kemudian disajikan dalam bentuk grafik dan tabel dengan menggunakan single tabulation bagi butir-butir pertanyaan yang dianggap memiliki korelasi. Lokasi penelitian menurut pembagian wilayah dan pembatasan lokasi penelitian diwakili oleh daerah-daerah sebagai berikut Gambar 1. 1. Kabupaten Karawang Desa Tegal Waru 2. Kabupaten Cianjur Desa Sukataris, Kecamatan Karang Tengah 3. Kabupaten Subang Desa Ranca Jaya Kecamatan Patokbeusi 4. Kabupaten Sukabumi Desa Sumberjaya Kecamatan Tegalbuleud 62 Gambar 1. Skema lokasi pengambilan responden petani di Propinsi Jawa Barat Analisis data berdasarkan hasil pengumpulan dan rekapitulasi data yang diisi oleh responden melalui wawancara dan kuisioner. Analisis data kualitatif dan kuantitatif dalam bentuk deskriptif berdasarkan pada tingkat pengetahuan dan persepsi petani dalam memanfaatkan tanaman Padi Bt hasil inovasi teknologi. Pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel vers 10. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Kelayakan Finansial Padi Bt PRG vs Padi non-PRG

Sebelum melakukan kajian terhadap kelayakan finansial Padi Bt PRG, telah dilakukan penelitian dengan membuat rincian biaya investasi penelitian dan pengembangan tanaman Padi Bt PRG yang diintroduksi dengan gen Cry IAb. Penelitian Padi Bt PRG telah dilakukan mulai dari Laboratorium Puslit Bioteknologi LIPI sejak tahun 1996. Penelitian terhadap Padi Bt ini, merupakan penelitian Padi Bt pertama di Indonesia, meskipun sampai saat ini belum dapat 1 4 3 2