Analisis Isi Content analysis

115 03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012. Mengenai aturan kelembagaan pengelolaan PRG telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Perpres No 39 2010 tentang Kelembagaan KKH PRG, yang diikuti oleh Surat Keputusan KKH PRG No 12011 tentang pembentukan TTKH PRG.

b. Analisis Hirarki Proses AHP

AHP Analytical Hierarchy Process digunakan untuk menentukan elemen-elemen kunci untuk ditangani. Analisis ini diharapkan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang komplek sehingga dapat disederhanakan.dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Metode ini menggunakan knowledge sebagai alat analisis dan interpretasi dalam memecahkan situasi kompleks dan tidak berstruktur kedalam bagian komponen yang tersusun secara hirarki baik struktural maupun fungsional. Penggunaan metode ini didasarkan pada sistem yang diamati, bersifat kompleks dengan jumlah pelaku yang lebih majemuk Marimin 2004. Dalam AHP didasarkan pada hasil pendapat pakar expert judgement untuk menjaring berbagai informasi dari beberapa elemen- elemen yang berpengaruh dalam penyelesaian suatu persoalan. Metode AHP yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang diidentifikasi oleh pakar, dikembangkan oleh Saaty 2008. Metode AHP memiliki keunggulan dan keunikan dalam pengambilan keputusan, yang terdapat dalam kemampuannya untuk menguraikan masalah secara terstruktur dalam bentuk hirarki. Masalah yang sebelumnya terdapat dalam sebuah sistem yang kompleks akan diuraikan secara hirarki menjadi sub elemen yang lebih sederhana, selain itu dengan AHP juga dapat dilihat relasi antar sub-sub elemen yang komplek. Penguraian persoalan secara hirarki akan mempermudah pemahaman penyelesaian masalah sampai ke akar penyebabnya. Penguraian secara hirarki dalam metode AHP didasarkan pada pencapaian tujuan, faktor yang berpengaruh, penentuan kriteria dan penetapan alternatif kebijakan Marimin 2005. Keharusan nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu pengambil keputusan mempertahankan pola pikiran yang kohesif dan mencapai suatu kesimpulan. Penilaian alternatif dan kriteria ini didapatkan dari kuisioner yang diberikan dan diisi oleh pakar yang 116 berkepentingan dari berbagai multi disiplin keilmuan mewakili kelompok dari lembaga penelitian, perguruan tinggi dan perusahaan swasta. Penyusunan secara hirarki dalam AHP mencerminkan pemikiran untuk memilahkan elemen sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa pada tiap tingkat. Tingkat puncak yang disebut fokus hanya satu elemen yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya luas. Tingkat berikutnya masing –masing dapat memiliki beberapa elemen. Pada analisis AHP ini, urutan prioritas setiap elemen dinyatakan dalam nilai numerik atau persentase.

c. Interpretative Structural Modeling ISM

Dalam menentukan lembaga yang paling berperan terhadap kebijakan pengelolaan PRG serta kendala-kendala yang ditemukan dalam penyelenggaraannya ditentukan dengan menggunakan pendekatan metode Interpretative Structural Modeling ISM yang dikembangkan oleh Saxena 1992 dalam Eriyatno 2007. Metode ini dapat digunakan dalam mengidentifikasi hubungan kontekstual antar sub elemen dari setiap eleman yang membentuk suatu sistem berdasarkan gagasan atau struktur penentu dalam sebuah masalah yang kompleks. Beberapa kategori struktur atau gagasan tadi mencerminkan hubungan kontekstual antar elemen dapat dikembangkan dengan menggunakan ISM, seperti struktur pengaruh misal; sub elemen Ei mempengaruhi munculnya sub elemen Ej, struktur prioritas misal; sub elemen Ei lebih prioritas daripada sub elemen Ej, atau gagasan kategori misal; sub elemen Ei memiliki kategori yang sama dengan sub elemen Ej. Data-data dalam pengolahan ISM merupakan kumpulan pendapat beberapa pakar sewaktu dilakukan wawancara mendalam mengenai institusi atau lembaga yang terkait dalam pengelolaan PRG sehingga diperoleh formulasi kebijakan pengembangan PRG yang berkelanjutan dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Elemen-elemen yang dipilih dalam melakukan analisis kebijakan kelembagaan ini adalah elemen aktorlembaga yang paling berperan dan kendala atau permasalahan utama yang mempengaruhi kebijakan pengelolaan PRG. 117 Klasifikasi sub elemen dalam satu elemen berdasarkan pada olahan Reachability Matrix RM diperoleh nilai Driver Power Dependence. Klasifikasi sub elemen dikelompokkan dalam empat sektor: 1. Sektor 1:Weak driver-weak dependent variabels Autonomous: Peubah disektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem, dan kemungkinan memiliki hubungan sedikit, meskipun bisa saja hubungan tersebut menjadi kuat. 2. Sektor 2:Weak driver-strongly dependent variabels Dependent: Umumnya peubah yang terdapat disini merupakan peubah yang tidak bebas 3. Sektor 3:Strong driver-strongly dependent variables Linkage: Peubah di sektor III ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan antar peubah tidak stabil. Setiap tindakan yang terdapat dalam peubah tersebut akan memberikan dampak terhadap yang lainnya dan kebalikan pengaruhnya bisa memperbesar dampak. 4. Sektor 4: Strong driver-weak dependent variable Independent: Peubah pada sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut juga dengan peubah bebas. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kajian Peraturan dan Undang-undang Keamanan Hayati PRG

Analisis isi terhadap peraturan dan perundang-undangan dimulai dengan menyusun dan mengidentifikasi peraturan-peraturan yang terkait dengan obyek yang diteliti, selanjutnya mencari spotlight pasal-pasal yang menyebut tentang PRG, kemudian dianalisis dan diidentifikasi kaitannya dengan PRG. Hasil identifikasi, telah diperoleh sejumlah peraturan-peraturan yang dapat dipetakan menjadi sebelas peraturan dan undang-undang yang terkait dengan pengelolaan keamanan hayati PRG di Indonesia. Peraturan-peraturan tersebut disajikan pada Tabel 1, sedangkan kandungan isi menurut pasal-pasal terkait dari setiap peraturan dan undang-undang tersebut ditampilkan pada Lampiran 4.