100 Kondisi
kurang berkelanjutan
untuk dimensi
teknologi, akan
mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan PRG di Indonesia, oleh karena itu perlu dilakukan perubahan dan intervensi terhadap atribut-atribut pengungkit, supaya
indeks keberlanjutan dapat ditingkatkan. Selain jumlah PRG yang dapat dihasilkan sendiri, terdapat faktor keterbatasan kemampuan dalam melakukan
riset di bidang rekayasa genetik RMS=2.68. Atribut ini perlu diperbaiki dengan memacu dan meningkatkan kemampuan dalam menguasai teknologi tersebut
melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan. Sugandhy Hakim 2009 menyatakan bahwa salah satu strategi dan kegiatan yang harus dilakukan dalam
pengembangan teknologi pembangunan berkelanjutan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mengembangkan pusat-pusat penelitian,
meningkatkan kerja sama antara instansi yang terkait dalam merumuskan kebijakan,
membuat perumusan
dan pengembangan
kebijakan dalam
mengantisipasi dampak kerusakan terhadap lingkungan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi berwawasan lingkungan yang sesuai dengan nilai-nilai
yang berlaku di Indonesia. Di dalam PP 212005 khususnya pasal 3 dijelaskan bahwa pengaturan keamanan hayati di Indonesia, untuk PRG menggunakan
pendekatan kehati-hatian dalam rangka mewujudkan keamanan lingkungan, keamanan pangan danatau keamanan pakan yang berdasarkan pada metode
ilmiah yang sahih dengan mempertimbangkan kaidah agama, etika, sosial budaya dan estetika.
101 Gambar 11. Hasil analisis leverage pada dimensi teknologi pengelolaan PRG
Dari hasil analisis leverage yang disajikan pada Gambar 11, diperoleh dua atribut sensitif yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi
teknologi yaitu: 1 Jumlah PRG yang telah dilepas dan memperoleh izin peredaran di Indonesia RMS=3.60, 2 Kemampuan SDM dalam riset
rekombinan DNA RMS = 2.68. Dari dua atribut sensitif tersebut, diketahui bahwa perubahan yang dilakukan, diharapkan dapat merubah dimensi teknologi
secara keseluruhan dengan nilai indeks keberlanjutan yang lebih tinggi. Implementasinya akan dan berimplikasi terhadap jumlah PRG yang dapat
dihasilkan, sehingga kemandirian di bidang teknologi bisa tercapai. Perubahan yang dilakukan pada dua atribut kunci, dapat memberikan pengaruh yang besar
terhadap indeks keberlanjutan dimensi teknologi.
5. Status Keberlanjutan Dimensi Hukum dan Kelembagaan
Berdasarkan analisis keberlanjutan pemanfaatan Padi Bt PRG dari dimensi kelembagaan, telah disusun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberlanjutan
di bidang kelembagaan. Selanjutnya responden pakar diminta memberi penilaian terhadap faktor-faktor yang berpengaruh tersebut, hasil dalam bentuk rata-rata
102 geometris diolah dan dianalisis. Terdapat sembilan atribut pada dimensi hukum
kelembagaan untuk diketahui tingkat keberlanjutannya. Berdasarkan hasil analisis Rap-PRG diperoleh nilai indeks keberlanjutan
dari dimensi hukum kelembagaan sebesar 54.74 yang berarti cukup berkelanjutan
karena terletak antara 50.01-75.00 Gambar 12. Keadaan ini merupakan gambaran kondisi hukum kelembagaan terhadap kebijakan
pengelolaan PRG. Status keberlanjutan sebesar 54.74, sangat rentan untuk menjadi kurang berkelanjutan. Di dalam UU No 322009 telah dicantumkan
sanksi denda dan hukuman pidana terhadap seseorang atau kelompok yang melanggar pemanfaatan PRG di Indonesia. Demikian juga dengan peraturan dan
regulasi yang mengatur keamanan hayati PRG telah cukup tersedia, hanya perlu dilengkapi dan dilaksanakan secara tegas oleh masing-masing kelembagaan
terkait. Selain itu diperlukan perbaikan pada faktor-faktor kunci supaya angka keberlanjutan dapat diperbaiki. Kelengkapan peraturan serta kelembagaan
mengenai keamanan hayati dalam pengelolaan PRG dianggap telah mencukupi. Pengaturan dan koordinasi diantara lembaga pemerintahan yang terkait dengan
pengelolaan PRG sangat menentukan keberlanjutan pengembangan teknologi
rekayasa genetik di Indonesia.
Gambar 12. Nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum kelembagaan pengelolaan PRG
103 Gambar 13. Hasil analisis leverage pada dimensi hukum kelembagaan
pengelolaan PRG Berdasarkan hasil analisis leverage yang disajikan pada Gambar 13,
diperoleh dua atribut utama yang memiliki pengaruh sensitif terhadap indeks keberlanjutan hukum kelembagaan yaitu: 1 Peraturan perundang-undangan
tentang PRG RMS=2.50, dan 2 Pelabelan labelling untuk PRG RMS = 2.29. Hasil analisis leverage atau analisis sensitivitas pada kedua atribut utama
berkaitan dengan status keberlanjutan, jika dilakukan perbaikan dengan menerapkan setiap aturan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan terhadap
dua atribut ini, maka indeks keberlanjutan dapat berubah menjadi lebih baik. Untuk atribut peraturan dan perundang-undangan PRG, di Indonesia sudah
dapat terakomodir dari sejumlah peraturan dan undang-undang yang tersedia saat ini. Tetapi masih terdapat beberapa aspek terkait pengelolaan PRG yang belum
dicantumkan dalam peraturan. Secara umum peraturan mengenai keamanan hayati PRG dalam Peraturan Pemerintah PP No 212005 telah memuat ketentuan
pengelolaan PRG di Indonesia. Tetapi dalam menerapkan peraturan tersebut diperlukan pedoman teknis pengujian PRG. Pedoman teknis yang telah
diselesaikan sampai tahun 2013 ini adalah pedoman pelaksanaan teknis untuk keamanan pangan dan lingkungan, sedangkan pedoman pengujian keamanan