Kajian Keamanan Lingkungan terhadap Pengaruh Padi Bt PRG terhadap
40
Sumber :Laporan teknik penelitian Puslit Bioteknologi 2006
Gambar 5. Populasi serangga hama putih palsu Cnaphalocrosis medinalis pada galur Padi Bt PRG 6.11;11.21.39 dan Padi non-PRG di dua lokasi
yang berbeda Kabupaten Subang dan Indramayu.
Sumber :Laporan teknik penelitian Puslit Bioteknologi 2007
Gambar 6. Populasi serangga hama wereng coklat Nilaparvata lugens Stahl. pada galur Padi Bt PRG6.11;11.21.39 dan Padi non-PRG di dua
lokasi yang berbeda Kabupaten Subang dan Indramayu.
41 Diketahui bahwa tiga jenis serangga non target ini merupakan jenis-jenis
serangga potensial dan dominan di lokasi pertanaman. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan di LUT, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan populasi serangga hama lain atau serangga non target di lokasi Padi Bt maupun di lokasi Padi non Bt. Hal ini disebabkan karena Padi Bt PRG tidak
mempengaruhi atau meracuni serangga non target di lokasi pertanaman, sehingga populasinya tidak berbeda, baik pada Padi Bt PRG maupun Padi non PRG.
Menurut Chen et al. 2006 tidak ditemukan perbedaan terhadap komposisi spesies dan kerapatan populasi serangga non target seperti wereng coklat dan ulat
penggulung daun leafhopper pada pertanaman Padi Bt yang mengandung gen Cry IAb
– Cry IAc dan pertanaman Padi non Bt di Propinsi Zhejiang, China pada tahun 2003 dan 2004.
Gen Cry dikelompokkan berdasarkan tingkat virulensi yang spesifik terhadap kelompok serangga sasaran. Senyawa toksin yang berasal dari kristal
protein Cry hanya akan bekerja dan aktif jika bertemu dengan receptor yang tepat di dalam sistem pencernaan serangga dari golongan yang sesuai dengan kelas
virulensinya, seperti Cry I yang hanya akan bersifat racun pada serangga dari kelompok Lepidoptera Sanahuja et al. 2011. Pada padi aromatik yang
mengandung gen Cry1Ab menunjukkan ketahanan terhadap penggerek batang padi merah jambu Chilo suppressalis dan penggerek batang padi kuning
Ghareyazie et al. 1997, dan padi japonica terhadap hama penggerek batang padi kuning Wu et al. 1997.
Tidak ditemukan populasi serangga hama putih palsu dan wereng coklat di daerah pengamatan Karawang, hanya wereng punggung putih yang paling
dominan ditemukan pada saat pengamatan. Selain hama wereng punggung putih di LUT daerah Tempuran, Karawang, juga ditemukan walang sangit Leptocorisa
oratorius sebagai hama non target generalis , berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada padi Rojolele non PRG isogenik dan Padi Bt PRG di Karawang,
terbukti tidak terdapat perbedaan populasi yang nyata terhadap kedua jenis hama non target tersebut di LUT Mulyaningsih et al. 2009.
Pengamatan untuk serangga hama putih palsu Cnaphalocrosis medinalis juga memperlihatkan kondisi yang sama dengan hama non target WPP, dimana
42 tidak ditemukan perbedaan populasi antara tanaman Bt dan tanaman non Bt.
Perbedaan populasi hanya terdapat pada waktu pengamatan, dimana di daerah Subang, populasi hama putih palsu HPP paling tinggi terdapat pada pengamatan
6 MST, sebaliknya di daerah Indramayu populasi tertinggi dari serangga HPP terdapat pada awal pertanaman atau pada waktu tanaman masih muda yaitu 2
MST. Populasi hama wereng coklat tertinggi terdapat pada 8 MST baik di lokasi Kabupaten Subang maupun Indramayu.
Pengaruh tanaman Padi Bt PRG terhadap musuh alami yang ditemukan di lapangan seperti laba-laba Arachnida, dan Paederus Paederus sp, disajikan
pada Gambar 7 dan Gambar 8.
Sumber :Laporan teknik penelitian Puslit Bioteknologi 2006
Gambar 7. Populasi laba-laba pada galur padi Bt PRG 6.11 dan 11.21.39 dan padi non-PRG Rojolele dan Ciherang di dua lokasi yang berbeda
Kabupaten Subang dan Indramayu
43
Sumber :Laporan teknik penelitian Puslit Bioteknologi 2006
Gambar 8. Populasi Paederus sp pada galur Padi Bt PRG 6.11 dan 11.21.39 dan Padi non-PRG Rojolele dan Ciherang di dua lokasi yang berbeda
Kabupaten Subang dan Indramayu.
Populasi laba-laba sebagai musuh alami di daerah Subang dan Indramayu dapat ditemukan di pertanaman Padi Bt dan Padi non Bt, dengan jumlah populasi
yang tidak berbeda nyata. Di daerah Subang, sampai pengamatan 10 MST masih ditemukan populasi laba-laba tetapi pada pengamatan 2 MST belum ditemukan.
Untuk daerah Indramayu tidak ditemukan lagi laba-laba pada pengamatan ke 8 dan 10 MST.
Terdapat juga populasi Paederus sp sebagai musuh alami di daerah Subang dan Indramayu pada pengamatan 4 MST sampai 8 MST dengan jumlah
populasi yang tidak berbeda nyata baik pada Padi Bt maupun Padi non Bt. Selain laba-laba dan Paederus sp, musuh alami yang ada selama percobaan di LUT
daerah Indramayu berlangsung adalah Coccinella sp dan Cyrtorhinus sp. Keempat predator tersebut merupakan predator dari wereng coklat. Sedangkan laba-laba
selain predator wereng juga predator banyak serangga hama generalis Deswina et al. 2009. Dari keempat musuh alami tersebut, populasi laba-laba cukup tinggi
dan tidak banyak berbeda antar galur Padi Bt dan Padi non Bt yang diuji. Menurut laporan akhir BB Penelitian Tanaman Padi dan Puslit Bioteknologi LIPI, tingkat
parasitasi Trichogramma yang merupakan parasitoid dari telur penggerek batang
44 padi, yang tertinggi terdapat pada galur Padi Bt PRG galur 6.11 dan tidak
berbeda nyata dengan padi lain yang non PRG. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, di tiga lokasi pada
musim yang berbeda, menghasilkan kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan jumlah populasi serangga non target dan musuh alami dari serangga yang berada
di atas permukaan tanah. Pengamatan pada organisme atau serangga di permukaan tanah belum dilakukan, akan tetapi penelitian serupa telah banyak dilakukan
terhadap organisme yang berada di bawah permukaan tanah seperti mikroba dengan hasil yang bervariasi, mulai dari pengaruh minor sampai nyata yang
diakibatkan oleh tanaman Bt terhadap komunitas mikroba di dalam tanah. Tetapi perbedaan yang muncul lebih disebabkan karena berbedanya geografi, temperatur,
varietas tanaman dan tipe tanah, dan perubahan struktur komunitas mikroba bersifat sementara, dan tidak berhubungan dengan keberadaan protein Cry di
dalam jaringan tanaman Rahman et al. 2007, Icoz Stotzky 2008. Menurut hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Puslit Bioteknologi LIPI pada tahun
2006 terhadap pengaruh Padi Bt PRG terhadap populasi mikroba tanah di pertanaman Padi Bt dan Padi non Bt dari lokasi pertanaman Padi Bt di LUT, tidak
terdapat perbedaan nyata populasi mikroba pada dua lokasi pertanaman Padi Bt dan non-Bt Slamet-Loedin, komunikasi pribadi.
Pengujian keamanan lingkungan untuk tanaman PRG yang membawa sifat ketahanan terhadap serangga lebih diutamakan jika dibandingkan dengan sifat
toleran herbisida, karena kemungkinan pengaruh negatif tanaman toleran herbisida terhadap serangga non target hanya bersifat tidak langsung Lottmann
Berg 2001. Lebih jauh disebutkan bahwa faktor abiotik lingkungan lebih besar memberikan pengaruh terhadap mikroba tanah bila dibandingkan dengan faktor
genotip tanaman Mimura et al. 2008. Organisme yang terdapat di dalam tanah sangat bervariasi dan kompleks
baik dari jumlah, jenis dan fungsinya di dalam tanah. Untuk mengetahui pengaruh negative tanaman Bt PRG terhadap keseluruhan organisme tanah akan
membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu pengujian dilakukan hanya terhadap organisme tanah yang langsung terpengaruh
terpapar oleh residu yang dihasilkan langsung bagian tanaman PRG seperti
45 toksin Cry IAb yang terdapat di dalam tanah. Jika tidak memungkinkan semua
organisme tanah dapat diketahui pengaruhnya terhadap residu tanaman PRG, maka yang paling penting diketahui adalah kemungkinan dampak negatifnya
terhadap organisme tanah dan yang paling besar perannya dalam kehidupan tanaman itu sendiri. Pengaruh tanaman Bt tahan hama terhadap ekosistem tanah
meliputi organisme invertebrate seperti cacing tanah, colembola, serangga tanah dan nematode dan mikroorganisme mikrobiota tanah meliputi bakteri,
actinomycetes dan fungi Icoz Stotzky 2008. Berdasarkan pengujian keamanan lingkungan pengaruh protein Cry I Ab
yang diintroduksi pada tanaman, tidak terbukti dampak negatifnya terhadap organisme invertebrata yang hidup di permukaan tanah. Tetapi terdapat pengaruh
terhadap mikrobiota tanah seperti jamur fungi pada tanah yang ditanami dengan tanaman PRG ternyata mengandung protein Cry I Ab, sedangkan tanah yang
ditanami dengan tanaman non-PRG diketahui tidak mengandung protein Cry I Ab setelah diuji secara molekuler, tetapi belum diketahui dampaknya terhadap jamur
itu sendiri Icoz Stotzky 2008. Kemungkinan terjadinya dampak atau risiko tanaman PRG terhadap lingkungan, tidak hanya bergantung pada kualitas hasil
penelitian, tetapi juga dari interaksi antara penilai, pembuat peraturan dan pengembang teknologi McCammon 2010.