Dari hasil pengolahan data order tipe 1, 2 dan 3 tujuan Jakarta serta tipe 3 tujuan luar Jakarta dan waktu pengirimannya, order fulfillment lead time yang
dicapai TAM-SPLD adalah seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Perhitungan order fulfillment lead time TAM-SPLD
Lead time hari Tujuan
Target Lead Time
hari Juli Agustus
September Jakarta 1 1
1 1 Medan 7 7
6 7 Bandung 2 1 1 1
Surabaya 3 3 3 3 Semarang 2 2 2 2
Pekanbaru 6
7 6
6 Makasar 13 10 10 12
Manado 16 15 15 16 Jayapura 25 25 25 28
Sumber: Departemen Supply Operation, SPLD-TAM, 2007 Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa lead time hampir semua
tujuan telah mencapai target kecuali untuk tujuan depo Jayapura pada bulan September. Tidak tercapainya target lead time tersebut disebabkan oleh faktor
jadwal pelayaran kapal yang tidak pasti karena cuaca yang buruk pada kurun bulan itu.
Hal ini menandakan bahwa pemilihan ekspedisi dan cara pengiriman yang dilakukan oleh bagian Shipping sudah tepat sehingga pengiriman suku
cadang dapat sampai ke gudang pelanggan sesuai lead time pengiriman yang tergantung pada tipe order dan tempat tujuan. Hal ini didukung dengan
komunikasi dan hubungan kerjasama yang baik dengan pihak ekspedisi. Selain itu lead time pemrosesan order yang mencakup area kerja bagian
supply operation dan gudang juga dapat dipersingkat dengan implementasi sistem barcode sehingga menghilangkan pengerjaan dan pengecekan secara
manual yang menyita banyak waktu.
c. Flexibility
Variabel flexibility diukur dengan menghitung Supply Chain Response Time Waktu Merespon Rantai Pasok yang mengukur banyaknya hari yang
digunakan suatu rantai pasok dalam bereaksi terhadap perubahan jumlah
permintaan yang nyata signifikan yang tidak terduga sebelumnya tanpa biaya tambahan atau denda meliputi aspek perencanaan, penelusuran pemasok,
produksi, dan pengiriman pesanan. Abnormal order dapat terjadi apabila order dari pelanggan sangat besar,
melebihi parameter yang telah ditentukan. Penyebabnya terjadinya abnormal order ini berasal dari dealer yang tidak dapat mengatur persediaan dan sistem
pengorderannya dengan baik. Selain itu abnormal order dapat terjadi dalam situasi tidak biasa, misalnya ketika perpindahan kantor dan gudang TAM-
SPLD dari Sunter ke Cibitung pada bulan Desember 2007. Supply chain response time yang dibutuhkan ketika ada perubahan
jumlah permintaan yang signifikan sampai 20 adalah nol hari. Waktu merespon yang singkat ini dapat dicapai karena TAM-SPLD menggunakan
konsep order division untuk menangani order dari pelanggan yang memiliki fluktuasi order yang tinggi, dengan cara melakukan partial supply. Partial
supply adalah penyuplaian suku cadang secara bertahap ke satu pelanggan ketika order dari pelanggan tersebut jumlahnya sangat besar.
Dengan sistem order division ini, maka TAM-SPLD dapat melayani order dari seluruh pelanggan secara merata dan proporsional dan
menghindari fluktuasi pekerjaan di gudang. Sistem order division ini diterapkan hanya untuk order penggantian persediaan stock replenishment
order. Waktu merespon yang singkat juga disebabkan oleh adanya komunikasi
dan koordinasi yang baik antara bagian Inventory Control sebagai pihak yang melakukan pengadaan suku cadang dengan suppliers dan dengan bagian
Order Processing yang menerima order dari pelanggan. Dengan kesamaan informasi yang dimiliki, maka rantai pasok akan cepat tanggap terhadap
fluktuasi jumlah permintaan. Bagian Inventory Control melakukan pengawasan persediaan yang
sifatnya terus-menerus dengan metode-metode standar yang telah ditentukan dalam sistem persediaan Toyota Genuine Parts TGP, sehingga dapat
mengatur jumlah persediaan untuk setiap jenis part disesuaikan dengan kondisi permintaan dan jenis parts-nya. Inventory Control diperlukan oleh