87
dengan mengharapkan sikap warga menjadi positif dan melakukan perubahan perilaku menjadi lebih baik. Upaya promosi kesehatan dengan sikap yang positif ini
dimaksudkan untuk meluruskan tradisi-tradisi, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya yang tidak kondusif keliru dapat berubah menjadi berperilaku
sehat.
5.3. Pengaruh Faktor Enabling Ketersediaan Sarana dan Prasarana Terhadap Perilaku Hidup Bersih
Menurut Notoatmodjo 2005, hambatan yang paling besar dirasakan dalam mewujudkan perilaku hidup sehat masyarakat yaitu faktor pendukungnya enabling
factor. Dari penelitian-penelitian yang ada terungkap meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktik tentang
kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat masih rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh WHO, terutama di negara-negara berkembang, ternyata faktor
pendukung atau sarana dan prasarana tidak mendukung masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Misalnya, meskipun kesadaran dan pengetahuan orang atau masyarakat
tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi apabila tidak didukung oleh fasilitas, yaitu tersedianya jamban sehat, air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas imunisasi,
pelayanan kesehatan dan sebagainya maka mereka sulit untuk mewujudkan perilaku tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo di atas, dimana faktor enabling ketersediaan sarana dan prasarana merupakan faktor yang dominan
mempengaruhi masyarakat dalam perilaku hidup bersih. Dengan uji regresi logistik,
88
faktor enabling berpengaruh secara signifikan p=0,002 dan mampu memprediksi perubahan perilaku masyarakat Kecamatan Babussalam sebesar 37,318. Ini
menunjukkan bahwa jika sarana dan prasarana kesehatan tersedia maka perilaku hidup bersih akan dilakukan oleh masyarakat, demikian juga sebaliknya, jika sarana
dan prasarana kesehatan tidak tersedia maka perilaku kesehatan masyarakat juga buruk. Perilaku hidup bersih dapat menjadi suatu kebiasaan yang baik jika
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, misalnya adanya tong sampah di setiap rumah penduduk, maka masyarakat akan mempunyai kebiasaan membuang
sampah di tong sampah tersebut, dan kebersihan rumah akan terjaga. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat di Kecamatan
Babussalam sebanyak 55,8 dalam kategori kurang baik. Dari 10 pertanyaan yang diajukan menunjukkan bahwa sebanyak 50 ruang kamar tidur dihuni paling banyak
oleh 2 orang, dibandingkan dengan 9 indikator lainnya yang mempunyai persentase lebih kecil. Ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga masyarakat Kecamatan
Babussalam tergolong banyak. Pada Tabel 4.12. terlihat bahwa masyarakat dengan ketersediaan sarana dan
prasarana yang baik perilaku hidup bersihnya baik, sedangkan masyarakat dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang baik, perilakunya juga kurang baik.
Ini mengindikasikan bahwa perilaku yang baik ditunjang oleh ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, seperti penggunaan sumber air bersih, tersedianya jamban,
tersedia tong sampah, mempunyai tempat pembakaran sampah, menutup tempat penampungan air bersih, air limbah mempunyai septictank, rumah memiliki
89
ventilasi, lantai terbuat dari sementegelkeramik, dan lebar ruangan terhadap jumlah anggota keluarga seimbang.
Fasilitas, sarana, prasarana yang mendukung ikut berperan serta untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Pengetahuan dan sikap saja belum
menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. Dari segi kesehatan masyarakat,
agar masyarakat mempunyai perilaku sehat, harus terakses terjangkau sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan.
Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan dalam masyarakat tidak terlepas dari peran serta kaderpetugas kesehatan dalam promosi kesehatan yang
menganjurkan agar masyarakat selalu memperhatikan hygiene dan sanitasi lingkungan seperti syarat rumah sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian Raule 2004,
yang menganalisis berbagai faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perilaku hidup bersih tatanan rumah tangga di Kelurahan Sindulang Manado menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara ketersediaan prasarana kesehatan dengan perilaku hidup bersih masyarakat.
Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan di masyarakat dapat dilakukan dengan mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan merupakan upaya
atau proses yang dilakukan oleh kaderpetugas kesehatan untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan. Harapan dari ketersediaan sarana dan prasarana ini yaitu dengan timbulnya kemampuan masyarakat di bidang
90
kesehatan berarti masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, mampu mewujudkan kemauan atau niat kesehatan masyarakat dalam bentuk tindakan atau
perilaku hidup sehat. Masyarakat yang sudah bisa mencukupi sarana, prasarana, fasilitas atau dana
untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku kesehatan, berarti telah mempunyai kemampuan untuk hidup sehat. Masyarakat yang telah mampu
memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan sarana atau prasarana kesehatan adalah masyarakat yang mandiri di bidang kesehatan. Dalam upaya penyediaan sarana dan
prasarana ini pemerintah Kecamatan Babussalam memberikan bantuan di beberapa desa, yaitu penyediaan air bersih, dan tempat pengumpulan tong sampah yang dapat
digunakan secara bersama-sama.
5.4. Pengaruh Faktor Reinforcing Informasi Pelatihan Kesehatan Terhadap Perilaku Hidup Bersih