Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Kader Hygiene dan Sanitasi

28 tangga terhadap sanitasi dasar baru mencapai 63,5 persen. Kesehatan lingkungan yang merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan Adisasmito, 2007.

2.2.1. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna, ditingkatkan dan diperbanyak, sedangkan yang merugikan, diperbaiki dan dihilangkan Entjang, 2000. Hygiene dan sanitasi lingkungan yang baik dapat diwujudkan dari perilaku hidup bersih. Hidup bersih adalah terciptanya lingkungan yang sehat, diantaranya dinilai dari persentase keluarga yang memiliki air bersih, memiliki jamban sehat, keluarga yang mengelola sampah dengan baik, dan mengelola air limbah dengan aman Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara, 2007. Menurut program kesehatan yang telah dilaksanakan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara 2007, target yang diharapkan dari hygiene dan sanitasi lingkungan untuk tahun 2010 adalah : a Keluarga yang memiliki persediaan air bersihair minum sehat adalah 90, b Keluarga yang memiliki jamban sehat adalah 85, c Keluarga yang mengelola sampah dengan baik adalah 80, d Keluarga yang mengelola air limbah dengan aman adalah 86. 29

2.2.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku hidup bersih dan sehat PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat Depkes RI, 2006. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator PHBS di rumah tangga dan 3 indikator gaya hidup sehat, yaitu: Indikator PHBS di rumah tangga : 1 pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 2 bayi diberi ASI saja sejak lahir sampai berusia 6 bulan 3 mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan 4 ketersediaan air bersih 5 ketersediaan jamban 6 kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 7 lantai rumah bukan dari tanah Indikator gaya hidup sehat : 1 makan buah dan sayur setiap hari 2 melakukan aktivitas fisik setiap hari 3 tidak merokok di dalam rumah Melihat dari indikator perilaku hidup bersih, yang termasuk ke dalam lingkungan yaitu ketersediaan air bersih, jamban, tempat sampah, pengelolaan air limbah, lantai rumah, ventilasi, dan kesesuaian luas lantai dengan penghuni dan lantai 30 rumah. Lingkungan yang menjadi indikator perilaku hidup bersih disini hanya sebagian daripada yang termasuk ke dalam hygiene dan sanitasi Lingkungan. Menurut Entjang, 2000, hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, yaitu dengan meningkatkan lingkungan yang berguna. Di dalam penelitian ini akan dibahas perilaku hidup bersih yang mencakup hygiene dan sanitasi saja, dimana syarat untuk hygiene dan sanitasi lingkungan yang bersih yaitu: 2.2.2.1. Persediaan Air Bersih Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan sebagainya. Diantara kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu untuk keperluan air minum air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Syarat air minum yang sehat harus memenuhi Notoatmodjo, 2003 : a. Syarat Fisik: tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau. b. Syarat Bakteriologis: harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen c. Syarat Kimia: harus mengandung zat-zat tertentu di dalam kadar yang dibenarkan untuk Fluor 1-1,5 mgl, Chlor 250 mgl, Arsen 0,05 mgl, Tembaga 1,0 mgl, Besi 0,3 mgl. Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air minum adalah : 31 a. Air hujan: perlu penambahan kalsium karena tidak mengandung kalsium. b. Air sungai dan danau: air permukaan yang jika sudah tercemar dari berbagai macam kotoran, maka bila untuk air minum harus diolah terlebih dahulu. c. Mata air: berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah dan belum tercemar. d. Air sumur dangkal: belum begitu sehat, pemakaian untuk minum harus direbus dahulu, biasanya antara 5-15 meter dari permukaan tanah. e. Air sumur dalam: biasanya dalam dari permukaan tanah lebih 15 meter. Syarat sumur agar tidak tercemar adalah : a. Harus ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak masuk ke dalamnya. b. Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari permukaan tanah harus di tembok. c. Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi kekeruhan.

2.2.2.2. Jamban Tempat Pengelolaan Kotoran

Jamban merupakan teknologi pembuangan tinja. Dalam buku Notoatmodjo 2003, untuk mencegahmengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan tinja harus dikelola dengan baik. Syarat jamban yang sehat adalah : a. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut b. Tidak mengotori air permukaan dan air tanah sekitarnya. c. Tidak dapat terjangkau dari serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang- binatang lainnya. 32 d. Tidak menimbulkan bau dan mudah digunakan serta dipelihara. e. Sederhana desainnya dan murah serta dapat diterima oleh pemakainya. Untuk memenuhi syarat jamban yang sehat maka perlu diperhatikan hal berikut : a. Sebaiknya jamban tertutup b. Bangunan jamban mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat. c. Bangunan jamban ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya. d. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih serta sabun. Tipe-tipe jamban adalah Entjang, 2000 : 1. Pit-privy cubluk Jamban ini dibuat dengan membuat lubang ke dalam tanah 2,5-8 m dan berdiameter 80-120 cm. Dindingnya diperkuat dengan batubata, dapat di tembok atau tidak. Lama pemakaian antara 5-15 tahun. Tipe jamban ini hanya baik dibuat di tempat-tempat di mana air tanah letaknya dalam. Pada jamban ini harus diperhatikan : 1 Jangan diberi desinfektan karena mengganggu proses pembusukan sehingga cubluk cepat penuh 2 Untuk mencegah bertelur nyamuk tiap minggu diberi minyak tanah 3 Agar tidak berbau diberi kapur barus. 33 2. Aqua-privy cubluk berair Terdiri atas bak yang kedap air di dalam tanah sebagai tempat pembuangan excreta. Proses pembusukannya sama dengan halnya pembusukan tinja dalam air kali. Untuk jamban ini agar berfungsi dengan baik, perlu pemasukan air setiap hari, baik sedang dipergunakan atau tidak. Jamban ini dibuat di tempat yang banyak air. Bila airnya penuh, kelebihannya dapat dialirkan ke sistem lain misalnya sistem riol atau sumur resapan. 3. Watersealed latrine Angsa-trine Jamban ini klosetnya berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air sebagai sumbat sehingga bau busuk dari cubluk tidak tercium di ruangan rumah jamban. Keuntungan jamban ini adalah : 1 Baik untuk masyarakat kota karena memenuhi syarat keindahan. 2 Dapat ditempatkan di dalam rumah karena tidak bau sehingga pemakaiannya lebih praktis. 3 Aman untuk anak-anak. 4. Bored hole latrine Sama halnya dengan cubluk hanya ukurannya lebih kecil karena untuk pemakaian yang tidak lama, misal untuk perkampungan sementara. Kerugiannya, bila air permukaan banyak maka akan mudah meluap. 34 5. Bucket latrine pail closet Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain kemudian dibuang di tempat lain, misal untuk penderita yang tidak dapat meninggalkan tempat tidur. 6. Trench latrine Lubang dalam tanah dibuat sedalam 30-40 cm untuk tempat defaecatie. Tanah galiannya dipakai untuk menimbuninya. 7. Overhung latrine Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam, selokan, kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya tinja mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat di dalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air yang dapat menimbulkan wabah. 8. Chemical toilet Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam kendaraan umum misalnya pesawat udara atau dalam kereta api. Dapat pula dipergunakan dalam rumah. Sebagai pembersih tidak dipergunakan air tetapi dengan kertas toilet paper. 2.2.2.3. Sampah dan Pengolahannya Sampah adalah suatu bahan benda yang tidak dipakai lagi atau tidak disenangi dan dibuang dengan cara–cara saniter, kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia. 35 Cara pengolahan sampah yang baik yaitu : a. Ditimbun. Sampah yang diolah dengan cara ini adalah sampah yang hancur dalam tanah seperti : sampah sayur – sayuran, daun – daunan, kertas yang mana pembuangan sampah inti ± 10 m dari sumber air. b. Dibakar Jenis sampah yang dapat dibakar hanya sampah yang tidak dapat hancur di tanah secara langsung seperti : plastik dan karet. Teknik dan cara pembakaran 1 Sebaiknya wadah dapat berupa tong, ember bekas dan lobang yang berukuran 1x1 meter. 2 Waktu pembakaran maksimal 1x2 hari atau apabila tong dan ember sudah penuh. 3 Jarak pembakaran dengan sumber air minum 1 meter dan diusahakan tempat pembakaran di belakang rumah. Cara pembuangan sampah yaitu memakai tong sampah dan bak sampah di depan rumah dan di pinggir jalan raya yang aman diangkut oleh dinas kebersihan. Akibat pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan yaitu : 1. Mengotori tanah. 2. Merusak pandangan mata. 36 3. Menimbulkan bau yang tidak enak. 4. Sebagai sumber atau tempat berkembang biaknya vektor penyakit. Syarat–syarat tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Konstruksinya kuat, jadi tidak mudah bocor, penting untuk mencegah berseraknya sampah. 2. Tempat sampah mempunyai tutup dan dibuat sedemikian rupa sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

2.2.2.4. Air Limbah dan Pengelolaannya

Air limbah adalah ekskreta manusia, air kotor dari dapur, kamar mandi dan sebagainya Entjang, 2000. Batasan lain menurut Kusnoputranto 1985, air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada. Air buangan yang berasal dari rumah tangga domestic wastes water yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta tinja dan air seni, air bekas cucian dapur dan kamar mandi dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik. Cara sederhana pengolahan air limbah secara sederhana, antara lain sebagai berikut Notoatmodjo, 2003 : 37 1 Pengenceran Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Cara ini menimbulkan kerugian, diantaranya bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir. 2 Kolam Oksidasi Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang, bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman 1-2 meter. Lokasi kola jauh dari pemukiman dan di daerah terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik. 3 Irigasi Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi sebagai pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman. 38

2.2.2.5. Rumah Sehat Ventilasi, Lantai, Luas Rumah

Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO, bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat Entjang, 2000. Syarat-syarat rumah yang sehat adalah Notoatmodjo, 1997 : 1 Bahan bangunan, diantaranya; lantai ubin atau semen, dinding tembok, atap genteng adalah bahan yang baik untuk bangunan rumah. 2 Ventilasi yang mempunyai fungsi untuk menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar dan untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri. 3 Cahaya, sumber dari cahaya alamiah yaitu matahari dan cahaya buatan seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya. 4 Luas bangunan rumah, yang optimum dapat menyediakan 2,5 – 3 m² untuk tiap anggota keluarga. 5 Lantai harus dalam keadaan bersih, disapu minimal 2 kali sehari. 6 Fasilitas dalam rumah sehat, dapat tersedia seperti penyediaan air bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan air limbah rumah tangga, pembuangan sampah, fasilitas dapur, dan tempat ruang berkumpul keluarga. Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow Entjang, 2000 : 1 Harus memenuhi kebutuhan fisiologis, seperti : a Suhu ruangan, sebaiknya tetap berkisar 18-20ºC b Penerangan rumah, harus cukup baik siang maupun malam hari, yang ideal adalah penerangan listrik. 39 c Ventilasi, baik dan cukup, untuk pertukaran udara dalam rumah atau cukup mengandung oksigen. Luas jendela keseluruhan ± 15 dari luas lantai. d Dinding ruangan harus kedap suara, baik yang berasal dari luar maupun dalam rumah. 2 Harus memenuhi kebutuhan psikologis, seperti : a Rumah menjadi pusat kesenangan tangga yang sehat, cara pengaturan memenuhi rasa keindahan b Ada jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga c Tiap anggota keluarga terutama yang mendekati dewasa harus mempunyai ruangan sendiri-sendiri. d Mempunyai ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga e Mempunyai ruangan untuk hidup bermasyarakat, ada ruang tamu. 3 Harus dapat menghindari terjadi kecelakaan a Konstruksi rumah harus kuat b Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam dan tempat-tempat lain, terutama untuk anak-anak. c Diusahakan agar bahan-bahan rumah tidak mudah terbakar. d Adanya sarana pencegahan kecelakaan bagi orang tua lanjut usia. e Adanya alat pemadam kebakaran terutama yang mempergunakan gas. 4 Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit a Adanya sumber air yang sehat b Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang baik 40 c Harus dapat mencegah perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, nyamuk, tikus, dan sebagainya. d Harus cukup luas, luas kamar tidur ± 5 m² per kapita per luas lantai.

2.2.3. Kader Hygiene dan Sanitasi

2.2.3.1. Pengertian Kader Kader adalah warga masyarakat setempat yang terpilih atau ditunjuk oleh masyarakat dengan kata lain kader kesehatan merupakan wakil dari warga setempat, yang membantu masyarakat dalam masalah kesehatan agar diperoleh kesesuaian antara fasilitas pelayanan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Kader sebagai pembaharu diharapkan mampu membawa nilai baru yang sesuai dengan nilai yang ada di daerahnya, dengan menggali segi-segi positifnya. Untuk dapat berperan sebagaimana yang diharapkan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka dibutuhkan para kader yang dipercayai oleh masyarakat Depkes RI, 2006. Batasan tentang kader kesehatan menurut Gunawan 2007, “Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa prokes adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat”. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI 1999 memberikan batasan kader: “Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela”. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang 41 optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan baik di Posyandu Depkes, 1999. Untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya maka pengertian kader secara lebih luas adalah tenaga sukarela yang berasal dari masyarakat dan mendapat kepercayaan dari masyarakat setempat. Setelah mendapat latihan mereka terpanggil untuk memelihara dan mengembangkan kegiatan yang ada dan mengatasi masalah yang timbul di masyarakat Depkes RI, 2006. 2.2.3.2. Tujuan pembentukan kader Pembangunan nasional khusus di bidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat, bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada hakekatnya kesehatan mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan adanya dalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seoptimal mungkin meningkatkan kemampuan masyarakat untuk membantu individu dalam bidang kesehatan Depkes RI, 1999. Perilaku kesehatan tidak terlepas dari pada kebudayaan masyarakat. Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat harus pula diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk mengikutsertakan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam bidang kesehatan, tidak akan membawa hasil yang baik bila prosesnya melalui pendekatan dengan edukatif yaitu, berusaha 42 menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan dengan memperhitungkan sosial budaya setempat Notoatmodjo, 2006. 2.2.3.3. Tugas kegiatan kader Tugas kegiatan kader pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang menyangkut di dalam maupun di luar Posyandu antara lain: Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada: a. Penyehatan air bersih. b. Penyehatan pembuangan kotoran c. Penyehatan lingkungan perumahan. d. Penyehatan pembuangan air buangan limbah e. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum f. Menyediakan makanan dan minuman g. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan 2.2.3.4. Persyaratan menjadi kader Kader yang merupakan pilihan masyarakat dan mendapat dukungan dari kepala desa setempat harus memiliki persyaratan tertentu. Proses pemilihan kader melalui musyawarah dengan masyarakat didukung oleh para pamong desa. Di bawah ini salah satu persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader. 43 a. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia b. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader c. Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan. d. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya e. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan berwibawa f. Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan g. Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunyai keterampilan Bagus 2003, mempunyai pendapat lain mengenai persyaratan bagi seorang kader antara lain: a. Berasal dari masyarakat setempat. b. Tinggal di desa tersebut. c. Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama. d. Diterima oleh masyarakat setempat. e. Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain. f. Sebaiknya yang bisa baca tulis. Persyaratan-persyaratan utama oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain, mampu bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan, kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina 44 masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan baik di Posyandu. Menghadapi kehidupan di masa yang akan datang Depkes, 1999. 2.3. Landasan Teori Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan, kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan determinan faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri. Hubungan promosi kesehatan dengan determinan perilaku dapat digambarkan sebagai berikut : Predisposing Factors Enabling Factors Reinforcing Factors Health Behavior Health Promotion Sumber: Notoatmodjo 2005. Gambar 2. Hubungan Promosi Kesehatan dengan Determinan Perilaku Kegiatan yang dilakukan dalam promosi kesehatan hygiene dan sanitasi lingkungan untuk meningkatkan perilaku masyarakat dalam hidup bersih, antaranya masyarakat dapat mengerti, memahami, sampai mempraktikkan hidup bersih. Perubahan perilaku terjadi melalui serangkaian proses yang termasuk pemberdayaan 45 masyarakat. Menurut Freira dalam Notoatmodjo 2005, pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dinamis yang dimulai dimana masyarakat belajar langsung dari tindakan. Pemberdayaan masyarakat biasanya dilakukan dengan pendekatan pengembangan masyarakat. Maka melalui promosi kesehatan masyarakat dapat mengerti masalah-masalah kesehatan yang dihadapi dan dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengatasi masalah tersebut. Masalah kesehatan masyarakat antara lain mencakup, kesehatan dan sanitasi lingkungan, kesehatan kerja, perilaku kesehatan, kesehatan ibu dan anak, masalah gizi, masalah penyakit menular dan tidak menular, dan sebagainya. Sedangkan untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan masyarakat tersebut perlu manajemen atau administrasi kesehatan masyarakat dan pendidikan atau promosi kesehatan. Oleh sebab itu, hubungan antara berbagai komponen kesehatan masyarakat tersebut dapat digambarkan seperti berikut : Pendekatan Pemecahan Masalah Kesehatan a. Administrasi, manajemen kesehatan b. Pendidikanpromosi kesehatan MetodePendekatan Analisis Masalah Kesehatan a. Epidemiologi b. Biostatistik Masalah-masalah Kesehatan Masyarakat: a. Kesehatan lingkungan b. Penyakit menular dan tak menular c. Gizi masyarakat d. KIAKB e. Kesehatan kerja f. Kesehatan reproduksi g. dan sebagainya Gambar 3. Hubungan antara Sub Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat Sumber : Notoatmodjo 2005. 46 Berdasarkan Gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa pendidikan atau promosi kesehatan merupakan pendekatan pemecahan masalah-masalah kesehatan masyarakat, khususnya lagi yang berkaitan dengan masalah perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Blum dalam Notoatmodjo 2005 ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke-empat faktor tersebut saling mempengaruhi. Faktor lingkungan selain langsung mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku, dan perilaku juga mempengaruhi pelayanan kesehatan. Untuk memeliharameningkatkan kesehatan harus dilakukan intervensi terhadap ke-empat faktor tersebut. Misal, intervensi terhadap faktor lingkungan fisik dalam bentuk perbaikan sanitasi lingkungan, sedangkan intervensi terhadap lingkungan sosial, budaya, politik dan ekonomi dalam bentuk program-program peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi masyarakat, penstabilan politik dan keamanan. Menurut Azwar 1996 bahwa hasil kerja pada suatu program pada dasarnya dipengaruhi oleh masukan, proses dan lingkungan. Masukan program puskesmas baik kesehatan makanan dan minuman, hygiene sanitasi lingkungan, dana dan alat-alat yang tersedia baik secara medis maupun non medis serta buku-buku pedoman. Kader sanitasi bertugas di puskesmas menurut Depkes RI 1999 untuk meningkatkan program penyehatan tingkat puskesmas. Penilaian kinerja didasarkan pada pemahaman, pengetahuan, keterampilan, kepegawaian dan perilaku yang diperlukan untuk melaksanakan tugas. Dalam pedoman kerja puskesmas petugas kesehatan untuk sanitasi bekerja sebagai : 47 a. Pendataan yang berhubungan dengan tugas pokok kader sanitasi untuk lingkungan masyarakat b. Penyuluhan untuk masyarakat di lingkungan penyehatan air bersih, penyehatan pembuangan kotoran, penyehatan lingkungan perumahan, penyehatan air buangan limbah, dan pengawasan sanitasi tempat- tempat umum c. Pengamatan dan penanggulangan penyakit yang dilakukan untuk mendapatkan informasi, cara penyebaran, untuk penanggulangan penyebaran secara cepat dan tepat sebagai dasar penentuan langkah pengendalian. d. Pengawasan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan yang berhubungan dengan hygiene dan sanitasi.

2.4. Kerangka Konsep

Hygiene dan sanitasi merupakan bagian kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan di Kabupaten Aceh Tenggara masih rendah, ini terlihat dari data yang dilaporkan Dinas Kesehatan setempat. Upaya meningkatkan kesehatan lingkungan salah satunya melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan merupakan pendidikan kesehatan yang disebarluaskan pada masyarakat, agar berperilaku hidup bersih. Promosi kesehatan yang dilihat dari aspek pelayanan kesehatan adalah pelayanan promotif dan preventif, yaitu pelayanan bagi kelompok masyarakat yang sehat agar dapat meningkatkan kesehatannya, dan dilaksanakan oleh kelompok profesi kesehatan masyarakat.