Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku Hidup Bersih

84 yang dilakukan oleh Sunawi 2003, yang meneliti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Pekiringan Ageng Kabupaten Pekalongan mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan praktek PHBS p=0,001. Promosi kesehatan yang dilaksanakan kader dengan memberikan informasi- informasi tentang hygiene dan sanitasi, cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan- pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran masyarakat, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memang memakan waktu yang lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri bukan karena paksaan. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor predisposisi pengetahuan dilakukan dalam bentuk pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, sehingga akan memudahkan terjadinya perilaku sehat pada masyarakat. Tetapi pada kenyataannya, pengetahuan yang diperoleh masyarakat tidak berpengaruh terhadap perilaku hidup bersihnya.

5.2. Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku Hidup Bersih

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebanyak 58,1 masyarakat mempunyai sikap yang kurang baik negatif. Pada Tabel 4.12 terlihat bahwa 85 masyarakat dengan sikap yang baik mempunyai perilaku hidup bersih yang baik, sedangkan masyarakat dengan sikap yang kurang baik mempunyai perilaku yang kurang baik pula. Sikap yang baik positif merupakan pendapat atau penilaian seseorang yang baik terhadap promosi kesehatan yang diberikan oleh kaderpetugas kesehatan tentang hygiene dan sanitasi, dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Sikap masyarakat yang kurang baik negatif yaitu banyak masyarakat yang tidak menginginkan informasi yang diberikan oleh kader petugas kesehatan dilakukan berulang-ulang, karena hal tersebut membosankan. Dengan pemberian informasi yang berulang-ulang masyarakat merasa bahwa itu akan membuang-buang waktu mereka. Menurut kaderpetugas kesehatan, pemberian informasi yang berulang-ulang tersebut agar masyarakat dapat mengingat dan melakukan tindakan sesuai perilaku hidup bersih, karena informasi yang diberikan secara berulang dan terus menerus akan memudahkan masyarakat untuk mengingatnya. Namun, dengan indikasi bahwa masyarakat tidak menginginkan informasi yang berulang-ulang, maka petugas berupaya memberikan informasi dengan singkat dan jelas sehingga informasi yang diberikan mampu mengubah sikap masyarakat menjadi positif terhadap hygiene dan sanitasi.. Masyarakat juga tidak setuju kalau kaderpetugas kesehatan lebih sering mendatangi masyarakat dengan lingkungan yang kurang baik saja. Mereka menginginkan bahwa kaderpetugas kesehatan memberikan informasi secara menyeluruh dan sama rata pada warga masyarakat sehingga informasi yang diperoleh 86 tentang hygiene dan sanitasi pada tingkatan yang sama pula. Masyarakat juga mengharapkan jika ada bantuan dari pemerintah untuk kepentingan kesehatan diberikan pada seluruh warga masyarakat. Berdasarkan uji multivariat menggunakan regresi logistik terlihat bahwa sikap masyarakat berhubungan secara signifikan dengan perilaku hidup bersih p=0,010. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Timisela 2007, yang mendapati bahwa sikap karyawan Dinas Kesehatan Papua tentang PHBS memiliki keterkaitan dengan perilaku karyawan tentang PHBS. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Mau 2007, yang meneliti promosi kesehatan pada siswa SMU mendapati bahwa ada pengaruh yang bermakna dalam peningkatan sikap siswa SMU setelah 2 bulan diberikan promosi kesehatan dengan metode peer education. Sikap masyarakat yang negatif muncul karena dipengaruhi oleh konsep diri self concept. Menurut Notoatmodjo 2005 self concept ditentukan oleh tingkat kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan terhadap diri sendiri, terutama bagaimana keinginan memperlihatkan diri kepada orang lain. Apabila orang lain melihat diri positif dan menerima apa yang dilakukan, maka akan menerima perilaku tersebut. Tetapi apabila orang lain mempunyai sikap berpandangan negatif terhadap perilaku diri, dalam jangka waktu yang lama, maka akan merasa suatu keharusan untuk melakukan perubahan perilaku. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor predisposisi sikap dalam bentuk pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan 87 dengan mengharapkan sikap warga menjadi positif dan melakukan perubahan perilaku menjadi lebih baik. Upaya promosi kesehatan dengan sikap yang positif ini dimaksudkan untuk meluruskan tradisi-tradisi, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya yang tidak kondusif keliru dapat berubah menjadi berperilaku sehat.

5.3. Pengaruh Faktor Enabling Ketersediaan Sarana dan Prasarana Terhadap Perilaku Hidup Bersih