h. 5 Penjelasan Umum DPRD Kota Bekasi

Dalam periode ini terpilih dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI-P sebagai ketua DPRD, dan wakil ketuanya H.Abdul manan dari F-Golkar dan Ahmad Turmji dari F-PPP dan Salim Musa dari Fraksi Partai Amanat Nasional. Pemilu multi partai kali ini menghasilkan komposisi kursi di DPRD Kota Bekasi sebagai berikut: PDI-P 13 Kursi, Golkar 8 Kursi, PAN 7 Kursi, PPP 5 Kursi, PKS 2 Kursi, TNI 5 Kursi, PBB 2 Kursi, PKB 2 Kursi, PKP 1 Kursi. Dengan jumlah kursi anggota DPRD Kota Bekasi 45 kursi. Pada masa ini pula DPRD Kota Bekasi memilih Walikota dan Wakil Walikota untuk menggantikan Walikota sebelumnya yang dijabat Drs. H. Nonon Sonthanie. Dan terpilih dua anggota DPRD Kota Bekasi h.Akhmad Zurfaih dari fraksi Golkar sebagai Wali Kota, dan Mochtar Muhammad dari fraksi PDIP yang menjadi Wakil Walikota. C.3. DPRD Kota Bekasi Tahun 2004-2009 Pada bulan April Tahun 2004 pemilihan umum merupakan pesta demokrasi rakyat Indonesia yang digelar secara serentak diseluruh Indonesia tidak terkecuali di Kota Bekasi. Dalam pemilu kali ini sistem pemilu Indonesia mmulai berubah dari sistem proposional menjadi sistem distrik, pada pemilu tahun 1999 para pemilih tidak mengetahui siapa calon anggota DPRD yang akan dipilihnya, tapi perubahan sistem pemilu sekarang ini membuat warga yang ingin memilih anggotanya tau siapa yang dipilih. Karena anggota DPRD tidak lagi dipilih oleh partai tetapi berdasarkan suara terbanyak sesuai daerah pilihannya. Pemili legislatif di DPRD Kota Bekasi kali ini memperebutkan 45 kursi anggota DPRD yang dibagi dalam 6 daerah pemilihan. Berdasarkan hasil pemilu legislatif tahun 2004 menghadirkan 8 Partai yang menjadi anggota DPRD Kota Bekasi diantaranya adalah: PKS Partai Keadilan Sejahtera 11 kursi, Golkar Golongan Karya 9 kursi, PD Partai Demokrat 7 kursi, PDIP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 6 kursi, PAN Partai Amanat Nasional 6 kursi, PPP Partai Persatuan Pembangunan 4 kursi, PBB Partai Bangsa-Bangsa 1 kursi, PDS Partai Damai Sejahtera 1 kursi. Sesuai dengan keputusan Gubernur Jawa Barat No.171Kep.733 Dekon2001 Tentang Keanggotaan DPRD Kota Bekasi hasil pemilihan umum tahun 2004 untuk masa jabatan 2004-2009. Fraksi-fraksi yang menjadi anggota DPRD Kota Bekasi adalah: fraksi PKS, Golkar, Partai Demokrat, PDIP, PAN dan PPP. Penetapan pimpinan DPRD Kota Bekasi yang tercantum dalam surat komisi pemilihan umum daerah Kota Bekasi bersifat kolektif terdiri dari seorang ketua dan dua orang wakil ketua yang dipilih oleh anggota DPRD sebagaimana yang dimakssud tidak boleh berasal dari fraksi yang sama. Dari hasil rapat paripurna DPRD terpilihlah: Rahmat Effendi sebagai Ketua DPRd dari fraksi Golkar, Ahmad Syaikhu sebagai Wakil Ketua dari fraksi PKS, Dadang Asgar Noor, sebagai wakil ketua dari fraksi partai demokrat. DPRD Kota Bekasi dalam perjalannya terus mengevalusi diri untuk terus lebih baik, maka menurut keputusan pimpinan DPRD dan surat keputusan DPRD Daerah Kota Bekasi yang menetapkan dan memutuskan tentang peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi mengenai tugas dan fungsi DPRD sesuai dengan Tata Tertib DPRD Kota Bekasi adalah sebagai berikut: 1. Menjalankan Fungsi Budgeting, yaitu melaksanakan kegiatan perencanaan keuangan menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Mengatur Pembiayaan Kota Bekasi sehingga dapat meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kota Bekasi. 2. Menjalankan Fungsi Controling, yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-undang, peraturan daerah, keputusan kepala daerah dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. 3. Menjalankan Fungsi Legislasi, yaitu membuat peraturan-peraturan daerah bersama Pemerintah Daerah guna menertibkan jalannya roda Pemerintahan di Kota Bekasi. Dalam menjalankan tugas-tugas DPRD maka DPRD Kota Bekasi mempunyai kelengkapan DPRD, yang meliputi pimpinan DPRD, Panitia Musyawarah, Komisi, Badan Kehormatan, Panitia Anggaran, Panitia Legislasi. Tugas pimpian DPRD bersifat kolektif terdiri atas seorang Ketua dan 2 orang Wakil Ketua yang dipilih dari Anggota DPRD dalam rapat Paripurna DPRD. Pimpinan DPRD mempunyai tugas: 1. Memimpin rapat-rapat dan menyimpulkan hasil rapat untuk mengambil keputusan, 2. Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian rencana kerja antara Ketua dan Wakil Ketua, 3. Menjadi juru bicara DPRD, 4. Melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPRD, 5. Mengadakan konsultasi dengan Kepala Daerah dan Instansi Pemerintah lainnya sesuai dengan keputusan DPRD, 6. Mewakili DPRD danatau alat kelengkapan DPRD dipengadilan, 7. Melaksanakan putusan DPRD berkenaan dengan penetapan sangsi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, 8. Mempertanggung jawabakan pelaksanaan tugasnya dalam rapat paripurna DPRD. Panitia musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa keanggotaan DPRD, panitia musyawarah mempunyai tugas: 1. Memberikan pertimbangan tentang penetapan program kerja DPRD baik diminta atau tidak, 2. Menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD, 3. Memutuskan pilihan mengenai isi risalah dapat apabila timbul perbedaan pendapat, 4. Memberi saran pendapat untuk memperlancar kegiatan, 5. Merekomendasikan pembentukan panitia khusus. Komisi-komisi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD, komisi mempunyai tugas: 1. Mempertahakan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Daerah, 2. Melakukan pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah, dan rancangan keputusan DPRD, 3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan, pemerintahan, dan kemasyarakatan sesuai dengan bidang komisi masing-masing, 4. Membantu pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang disampaikan oleh Kepala Daerah dan masyarakat kepada DPRD, 5. Menerima dan menampung serta menindaklanjuti aspirasi masyarakat, 6. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di Daerah, 7. Melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan pimpinan DPRD, 8. Dalam hal-hal mendesak, komisi dapat melakukan kunjungan kerja tanpa persetujuan pimpinan DPRD tetapi tetap berkewajiban melaporkan hasil kunjungan kerja secara tertulis kepada pimpinan DPRD, 9. Mengadakan rapat kerja dan dengar pendapat, 10. Mengajukan usul kepada pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang lingkup bidang tugas masing- masing komisi, 11. Memberikan laporan tertulis kepada pimpinan DPRD tentang hasil pelaksanaan tugas komisi. Badan kehormatan merupakan alat kelengkapan DPRD bersifat tetap yang dibentuk oleh DPRD dalam rapat paripurna DPRD, badan kehormatan mempunyai tugas: 1. mengamati dan mengevaluasi disiplin, etika dan moral para pemimpin dan anggota DPRD dalam rangka menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kreadibilitas DPRD, 2. Meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan para pimpinan dan anggota DPRD terhadap peraturan perundang-undangan, kode etik dan peraturan tata tertib DPRD, 3. Melakukan penyelidikan, verifikasi, dan pengambilan keputusan berupa rekomendasi atas pengaduan yang disampaikan ke DPRD, 4. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pimpinan DPRD berupa rekomendasi untuk pemberhentian pimpinan dan anggota DPRD antar waktu sesuai peraturan perundang-undangan, 5. Menyampaikan rekomendasi kepada pimpinan DPRD berupa rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti adanya pelanggaran yang dilakukan pimpinan dan anggota DPRD. Panitia anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada masa keanggotaan DPRD. Panitia anggaran mempunyai tugas: 1. Memberikan saran dan pendapat kepada kepala daerah dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah selambat- lambatnya lima bulan sebelum ditetapkannya anggaran pendapatan dan belanja daerah berupa pokok-pokok pikiran DPRD, 2. Meminta kepada Kepala Daerah untuk menyerahkan RAPBD sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini selambat- lambatnya tiga bulan sebelum tahun anggaran tersebut dimulai, 3. Meneliti, mengkaji, menilai serta merevisi RAPBD yang diajukan oleh Kepala Daerah sesuai dengan RENSTRA dan arah kebijakan umum serta dengan memperhatikan aspirasi masyarakat, 4. Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Daerah dalam mempersiapkan penatapan perubahan dan perhitungan APBD sebelum ditetapkannya dalam rapat. 5. Menindaklanjuti saran dan pendapat fraksi-fraksi yang terkait dengan penetapan perubahan dan perhitungan APBD kepada Kepala Daerah, 6. Memberikan saran dan pendapat kepada DPRD mengenai rancangan APBD, baik penetapan, perubahan dan perhitungan APBD yang telah disampaikan oleh Kepala Daerah, 7. Menyusun anggaran belanja DPRD dan menilai, meneliti serta merevisi rancangan anggaran belanja sekretariat DPRD. Panitia legislasi dibentuk oleh DPRD yang berfungsi mengaji, merumuskan dan menyusun rancangan peraturan daerah serta sebagai alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap. Pimpinan panitia legislasi terdiri dari ketua, wakil ketua, dan sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota panitia legislasi, berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat. Dan pimpinan panitia legislasi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif. Panitia legislasi mempunyai tugas: 1. Menyusun program legislasi daerah yang memuat daftar urutan rancangan peraturan daerah untuk setiap tahun anggran, 2. Mengkaji dan menyiapkan rancangan peraturan daerah inisiatif DPRD berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan, 3. Melakukan telaahan dan penyelarasan rancangan peraturan daerah yang diajukan anggota, komisi atau gabungan komisi sebelum rancangan peraturan daerah disampaikan kepada pimpinan DPRD, 4. Memberikan pertimbangan terhadap pengajuan rancangan peraturan daerah yang diajukan oleh anggota, komisi atau gabungan komisi diluar rancangan peraturan yang terdaftar dalam program legislasi daerah atau prioritas rancangan peraturan daerah tahun berjalan, 5. Melakukan pembahasan, perubahanpenyempurnaan rancangan peraturan daerah yang secara khusus ditugaskan oleh panitia musyawarah, 6. Melakukan penyebarluasan dan mencari masukan untuk rancangan peraturan daerah yang sedang dan akan dibahas dari sosialisasi peraturan daerah yang telah disahkan, 7. Mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap materi peraturan- peraturan daerah melalui koordinasi dengan komisi atau pihak lain yang terkait, 8. Memberikan masukan kepada pimpinan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah yang diusulkan pemerintah daerah kota bekasi, 9. Memberikan inventarisasi masalah hukum dan perundang-undangan pada akhir masa keanggotaan, untuk dapat dipergunakan sebagai bahan oleh panitia legislasi pada masa keanggotaan berikut. Berlakunya otonomi daerah dengan efektifnya UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah sejak tanggal 1 januari 2001 telah membawa perubahan mendasar terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah, dengan transisi demokrasi penyelenggaraan pemerintahan yang terus bergerak kearah demokrasi di daerah kabupaten dan kota nyaris selalu bermuara di lembaga DPRD, untuk memberikan kewenangan dan penguatan fungsi lembaga ini. Ketika DPRD Kota Bekasi periode 1999-2004 melaksanakan baktinya, otonomi daerah tengah bergulir. Seiring dengan itu kedudukan DPRD berubah. Menurut UU No.22 Tahun 1999 DPRD bukan lagi bagian pemerintah daerah tetapi merupakan lembaga mandiri sebagai Badan Legislatif Daerah yang kedudukannya sejajar dan menjadi mitra Badan Eksekutif Daerah atau pemerintah daerah. Perubahan penyelenggaraan pemerintah tersebut menimbulkan tanda tanya menyangkut kinerja lembaga DPRD Kota Bekasi. 15 Secara kualitatif kinerja DPRD Kota Bekasi dilihat dari intensitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Jika pada awal pembentukan Kota Bekasi, anggota DPRD di tempati oleh wakil dari pemerintah pusat yang terdiri dari TNI, namun hal ini tidak berlangsung lama, karena pada pemilu 1999 keterbukaan partai yang ikut pada pemilihan umum mengharuskan TNI tidak masuk lagi dalam anggota dewan, DPRD Kota Bekasi periode 1999-2004 merupakan masa DPRD yang sulit karena berbenturan dengan proses demokrasi dan pelaksanaan pemilu yang terbuka. Dan DPRD Kota Bekasi lahir pada saat euforia reformasi bergulir sehingga kinerja DPRD masih terhambat penyesuaian dan transisi Undang-undang tentang pemerintahan daerah dari UU No.5 Tahun 1974 ke UU No.22 Tahun 1999. Dalam hubungan ini format DPRD Kota Bekasi mengalami perubahan fungsi. Fungsi yang selama ini tersumbat oleh pemerintah pusat, dan DPRD Kota Bekasi 15 Chotim Wibowo, Dkk, Setahun Duet Kepemimpinan Akhmad-Mochtar, h. 10 menyesuaikan fungsinya dalam otonomi daerah yaitu fungsi legislasi, legitimasi dan pengontrol. Fungsi legitimasi dewan berkaitan erat dengan kedudukan DPRD baik sebagai wahana melaksanakan demokrasi maupun sebagai badan legislasi. Fungsi pengontrol berkaitan dengan pengawasan atas legitimasi yang diberkaitan dengan pengawasan atas legitimasi yang diberikan dewan kepada kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kemasyarakatan, pemerintahandan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan ekonomi berdasarkan demokrasi ekonomi. 16 Dalam perkembangannya kemudian terjadi revisi undang-undang otonomi daerah dengan UU No.32 Tahun 2004. Posisi DPRD yang besar sebagai lembaga legislatif harus berubah, DPRD sebagai lembaga legislatif bersifat mandiri dari lembaga eksekutif dan tidak saling membawahi. Maka DPRD Kota Bekasi pada periode 2004-2009 juga mengalami perubahan mekanisme pemilihan dan bekerja yang lebih terbuka. Dengan fungsi yang diseragamkan seperti fungsi DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupatenkota, fungsinya juga tidak jauh berbeda dari fungsi DPRD sebelumnya, yaitu: fungsi legislasi, anggaran, pengawasan. Adanya reformasi yang menuntut perbaikan hubungan pusat dan daerah yang tertuang dalam otonomi daerah memberi posisi yang lebih terhadap DPRD, desakan kepada pemerintah pusat saat itu, meminta untuk penguatan kedudukan dan peran DPRD yang selama ini terbungkam oleh sistem yang sentralis. walaupun kedudukan dan wewenang DPRD yang berubah-ubah dalam Undang-undang 16 Ibid, h. 11 pemerintahan daerah pasca reformasi. DPRD mempunyai kelembagaan yang jelas sebagai lembaga legislasi yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah. Dan bersifat kemitraan dengan lembaga eksekutif. DPRD Kota Bekasi menyesuaikan diri dengan sistem pemerintahan yang ada, selama periode 2004-2009. DPRD Kota Bekasi membentuk lembaga ini sesuai dengan ketentuan Undang-undang pemerintah daerah dengan menjalankan fungsi- fungsi DPRD. Dan membuat program legislasi untuk peraturan daerah. Dan hal yang terpenting untuk ini adalah, semoga DPRD bekasi dalam membuta peraturan daerah tidak didasari kepentingan kelompok semata, tetapi untuk kepentingan warga bekasi. Sehingga peraturan daerah tentang pelayanan publik bukan hanya untuk publik tertentu yang merasakan tetapi juga semua publik yang ada di Kota Bekasi. BAB IV PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK A. Faktor Yang Melatar Belakangi Peraturan Daerah Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik Pelayanan publik adalah salah satu implementasi otonomi daerah yang harus diberikan oleh pemerintah daerah kepada warganya. Pelayanan publik merupakan salah satu argumen dalam pelaksanaan otonomi daerah dimana pemerintah daerah harus mampu menyediakan pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan warganya. Tingkat kesejahteraan masyarakat akan sangat tergantung pada tingkat pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah daerah, dengan adanya otonomi yang luas yang diberikan kepada daerah maka daerah khusunya kabupatenkota mempunyai tugas yang tinggi untuk menyediakan layanan-layanan publik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 1 Riant Nugroho mengatakan bahwa pelayanan publik adalah tugas dalam kebijakan publik yang paling mendasar, karena memberikan pelayanan kepada umum tanpa membeda-bedakan dan diberikan secara cuma-cuma atau dengan biaya sedemikian rupa sehingga kelompok paling tidak mampu pun mampu menjangkaunya. 2 1 Oentarto Sindung Mawardi, Format Otonomi Daerah Masa Depan, h. 167 2 Riant Nugroho Dwijowijoto, Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi, Jakarta: Gramedia, 2004, h. 75 Dengan adanya UU No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, membuka wacana penyelenggaraan publik yang harus dilaksanakan pemerintah daerah untuk mensejahterakan warganya. Karena tugas dari pemerintah daerah dengan adanya otonomi daerah adalah memberikan pelayanan, yaitu berupa pelayanan umum atau pelayanan publik. Publik disini adalah masyarakat yang berhak menerima pelayanan yang baik tanpa memandang status warganya. Pelayanan atau service adalah kata kunci dari otonomi daerah. Karena otonomi daerah adalah milik masyarakat daerah yang dijalankan oleh pemerintah daerah, maka akuntabilitas pemerintah daerah kepada rakyatnya dapat dilihat dari jenis dan kualitas dari pelayanan yang disediakan untuk warganya. DPRD sebagai lembaga politik harus membuat peraturan daerah tentang pelayanan publik yang bertujuan untuk mensejahterakan warganya. DPRD Kota Bekasi membuat peraturan daerah tentang penyelenggraan pelayanan publik karena belum ada peraturan ini sebelumnya di Kota Bekasi. Penyelenggaraan pelayanan publik didaerah menjadi suatu kemutlakan oleh karena kewajiban pemerintah baik pusat maupun didaerah sebagai penyelenggara pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Dan memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi maka penyelenggaraan pelayanan publik harus memberikan perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik upaya yang dilakukan antara lain menertibkan berbagai landasan peraturan perundang-undangan dibidang pelayanan publik. 3 Atas dasar tersebut serta adanya tuntutan masyarakat yang semakin meningkat, khususnya dibidang penyelenggaraan pelayanan publik yang semakin transparan dan berkualitas, maka harus dibarengi tersedianya pedoman landasan bergerak bagi setiap lembagaorganisasi penyelenggara pelayanan, termasuk perorangan guna memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai bidang pelayanan yang diinginkan. 4 Disadari bahwa kondisi penyelenggaraan pelayanan publik didaerah masih belum efektif bahkan cenderung kurang berkualitas, termasuk aspek sumber daya manusia dan aparatur pemerintahan yang belum memadai. Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik secara berkesinambungan demi mewujudkan pelayanan publik yang prima. Dalam usaha perbaikan kualitas pelayanan dimaksud dilakukan melalui pembenahan sistem pelayanan publik secara menyeluruh dan terintegrasi yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan berupa peraturan daerah. Dalam UU 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah ada suatu hal yang baru yaitu mulai diterapkannya Standar Pelayanan Minimum SPM dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah 5 , SPM merupakan standar minimal pelayanan publik yang wajib disediakan oleh pemerintah daerah kepada 3 Penjelasan Umum, Dalam Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik Di Kota Bekasi. h. 25 4 ibid 5 Lihat pasal 11 ayat 4 dalam UU 32 tahun 2004, yang menyebutkan bahwa “penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib harus berpedoman pada SPM yang dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah”. masyarakat. Adanya SPM akan menjamin pelayanan minimal yang berhak diperoleh masyarakat dari pemerintah daerah. 6 Pada prinsipnya, terdapat banyak jenis pelayanan yang diberikan oleh pemerintah, namun secara generik pelayanan yang diberikan pemerintah dibagi menjadi dua pelayanan publik. Yaitu: pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar basic services dan pelayanan pengembangan sektor unggulan core competence 7 . Yang menjadi pelayanan dasar seperti, kewargaan, pendidikan kesehatan, transportasi, perumahan, lingkungan, fasilitasi jalan, dll. Pelayanan sektor unggulan seperti, pertanian, pertambangan, pariwisata, perdagangan dll. Pelayanan sektor unggulan adalah pelayanan pendukung yang ada di daerah. Namun setiap daerah otonom wajib memberikan pelayanan dasar sesuai dengan SPM yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dengan adanya SPM pemerintah daerah bisa memenuhi pelayanan dasar dan diharapkan akan terjadi pemerataan pelayanan publik dan menghindari kesenjangan pelayanan antar daerah. 8 Didasari dengan pentingnya suatu pelayanan yang harus diberikan pemerintah daerah kepada warganya, maka DPRD Kota Bekasi membuat program rancangan peraturan daerah Kota Bekasi tentang penyelenggaraan pelayanan publik. Agar pelayanan dasar masyarakat bisa terpenuhi dan bisa dirasakan merata oleh elemen masyarakat, dengan birokrasi yang mempermudah proses peraturan daerah. Dan pembentukan peraturan daerah tentang penyelanggaraan pelayanan 6 S.H. Sarundajang, Babak Baru Sistem Pemerintahan Daerah, h. 154 7 dengan mengacu pada pendekatan core competence, maka isi otonomi dari satu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya tergantung dari sektor mana yang akan dikembangkan oleh daerah tersebut. 8 Oentarto Sindung Mawardi, Format Otonomi Daerah Masa Depan, h.169-174 publik juga untuk mengaktualisasikan UU 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang mewajibkan setiap daerah otonom untuk memberikan pelayanan publik terhadap warganya. Dengan adanya peraturan daerah Kota Bekasi tentang penyelenggaraan pelayanan publik diharapkan dapat meningkatkan penyelenggaraan fungsi pelayanan dari Dinas, Instansi, dan BUMD Badan Usaha Milik Daerah yang ada dikota bekasi. disadari bahwa selama ini ketidakdisiplinan terhadap pelayanan publik yang ada dikota bekasi merugikan pemerintah kota bekasi. Tuntutan masyarakat agar adanya proses perizinan yang baik membuat DPRD menyusun rancangan peraturan daerah ini. Karena harapan DPRD kota bekasi agar peraturan daerah ini mempunyai daya laku peningkatan disiplin pelayanan yang terdapat dalam sector swasta dan pemerintah. 9 Adanya peraturan daerah penyelenggaraan pelayanan publik ini untuk membentuk badan, kantor, dinas dan sayap-sayapnya yang harus dipayungi oleh peraturan daerah, dan ini digabung dalam satuan kerja perangkat daerah SKPD 10 yang akan dikoordinasikan oleh badan pelayanan perizinan terpadu BPPT 11 , sehingga dinas yang terkait dengan pelayanan masyarakat tidak memonopoli semua 9 Data Diambil Dalam Risalah Rapat paripurna Penetapan dan Penandatangan Hasil Pembahasan Panitia Khusus 28 dan Persetujuan DPRD Kota Bekasi Tentang Laporan Perhitungan Anggaran LPA Tahun Anggaran 2006, Bekasi,22 Agustus 2007, Dewan Perwakilan Rakyat Kota Bekasi 2007. 10 Selanjutnya akan disebut SKPD 11 Selanjutnya akan disebut BPPT bentuk perizinan. Masyarakat harus KBPPT dahulu, proses ini yang akan disebut Unit pelayanan satu atap SPSA. 12 Atas dasar bahwa pemerintah Kota Bekasi mengharapkan pelayanan yang baik terhadap masyarakat kota bekasi maka peraturan daerah tentang penyelenggaraan pelayanan publik harus ada di kota bekasi, untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan perizinan yang prima dan terstruktur dengan baik melalui kegiatan organisasi maupun personal dilingkungan pemerintah daerah khususnya dan di instansi pemerintah pada umumnya. 13

B. Peranan DPRD Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Publik Perencanaan pembentukan daerah dilakukan berdasarkan program legislasi daerah prolegda. Prolegda merupakan istrumen perencanaan program pembentukan peraturan daerah yang disusun secara berencana, terpadu, dan sistematis. Salah satu tujuan penyusunan proglegda adalah untuk menjaga agar produk peraturan daerah tetap berada dalam kesatuan sistem hukum nasional. 14 Pembuatan peraturan daerah kota bekasi mengenai pelayanan publik juga berdasarkan kesatuan sistem hukum nasional. Menurut ketua pansus, DPRD harus memastikan bahwa peraturan daerah ini tidak bertentangan dengan Undang-undang, 12 Wawancara pribadi dengan anggota DPRD Kota Bekasi periode 2004-2009 yang merupakan ketua pansus 28 dalam pembentukan perda ini, yaitu Ir. Muhammad Hasim Afandi, Bekasi 2 juni 2010 13 Penjelasan umum, dalam peraturan daerah kota bekasi nomor 13 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pelayanan publik dikota bekasi. H. 26 14 Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD, Bandung: Fokus Media, 2009, h. 76 peraturan perundang-undangan, keputusan Presiden, keputusan Menteri dan juga peraturan daerah. Apa bila peraturan daerah tersebut ternyata bertentangan dengan peraturan diatasnya, maka wewenang Mahkamah Agung MA untuk menjalankan kewenangan yang disebut sebagai judicial review. Pengertian judicial review adalah hak untuk menguji apakah suatu suatu perundangan yang dibuat bertentangan dengan peraturan yang berada diatasnya, yaitu peraturan dibawah undang-undang. 15 Peraturan daerah tentang pelayanan publik sudah sesuai dengan sistem hukum nasional, dan setiap peraturan daerah yang dibuat juga harus berdasarkan hukum atau undang-undang yang sesuai dengan kesatuan negara republik Indonesia. 16 Peraturan daerah Kota Bekasi tentang penyelenggaraan pelayanan publik berdasarkan hukum pada: 17 1. Keputusan DPRD Kota Bekasi Nomor: 14 174.1 DPRD 2007 Tanggal 13 Juli 2007 tentang Panitia Khusus pansus 28, dalam rangka pembahasan rancangan peraturan daerah Kota Bekasi tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Kota Bekasi. 15 Toto Pribadi, dkk., Sistem Politik Indonesia Jakarta: Universitas Terbuka, 2006, h. 7.17 16 Wawancara Pribadi dengan anggota DPRD Kota Bekasi periode 2004-2009 yang merupakan ketua pansus 28 dalam pembentukan perda ini, yaitu Ir. Muhammad Hasim Afandi, Bekasi 2 juni 2010 17 Data Diambil Dalam Risalah Rapat paripurna Penetapan dan Penandatangan Hasil Pembahasan Panitia Khusus 28 dan Persetujuan DPRD Kota Bekasi Tentang Laporan Perhitungan Anggaran LPA Tahun Anggaran 2006, Bekasi,22 Agustus 2007, Dewan Perwakilan Rakyat Kota Bekasi 2007.