Pada bab keempat penulis mencoba menganalisis mengenai Faktor Yang Melatar Belakangi Peraturan Daerah Kota Bekasi Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Publik, Peranan DPRD Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Sosialisasi Peraturan Daerah Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Peranan DPRD Dalam Pengawasan peraturan Daerah Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Pada bab kelima akan ditulis Kesimpulan dan Saran.
BAB II DPRD DAN OTONOMI DAERAH
A. Pengertian Otonomi Daerah
Perjalanan otonomi daerah di Indonesia merupakan isu menarik untuk diamati dan dikaji, karena semenjak para pendiri negara menyusun format negara,
isu menyangkut pemerintahan lokal telah diakomodasika dalam Pasal 18 UUD 1945 beserta penjelasannya. Pemerintahan daerah dalam pengaturan Pasal 18
UUD 1945 yang telah diamandemen mengakui adanya keragaman dan hak asal- usul yang merupakan bagian dari sejarah panjang bangsa Indonesia. Meskipun
negara Republik Indonesia menganut prinsip negara kesatuan dengan pusat kekuasaan berada pada Pemerintah Pusat namun karena heterogenitas yang
dimiliki bangsa indonesia baik kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun keragaman tingkat pendidikan masyarakat, maka otonomi daerah atau
desentralisasi yang merupakan distribusi kekuasaankewenangan dari Pemerintah pusat perlu dialirkan kepada daerah yang berotonom.
14
Sejak kemerdekaan Hubungan kekuasaan Pemerintah pusat dan daerah selalu berubah, hal ini bisa dilihat dalam bentuk kebijakannya. Pada masa Soekarno
pemerintah pusat mulai berusaha untuk mengembangkan otonomi daerah pada tahun 1957 dengan lahirnya UU No. 1 tahun 1957, namun hal ini gagal diterapkan
dan menimbulkan kekecewaan pada pemerintah daerah yang menilai sistem pemerintahan yang sentralistis dan tidak memberikan ruang yang memadai terhadap
otonomi daerah, sampai akhirnya pada masa pemerintahan Soeharto pengaturan politik lokal dibenahi dengan hegemoni yang kuat dari pusat kedaerah. Soeharto
mengatur pemerintahan lokal secara detail dan diseragamkan secara nasional.
15
Selama hampir seperempat abad kebijakan otonomi daerah di Indonesia mengacu kepada UU No.5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah
yang di buat pada masa Soeharto. Akhirnya setelah Soeharto lengser, bergulir era reformasi ada suatu desakan dari kalangan politik lokal agar ada perbaikan
hubungan antara Pusat dan daerah. Dan timbul keinginan daerah agar kewenangan pemerintahan dapat didesentralisasikan dari pusat kedaerah. Akhirnya tanggal 7 mei
2001 lahirlah UU N0.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang menegaskan kembali pelaksanaan Otonomi daerah.
16
14
J.Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan
Lokal dan Tantangan Global Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007, h. 1
15
Pratikno, “Pengelolaan Hubungan Pusat dan Daerah” dalam Syamsuddin Haris editor, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Desentralisasi, Demokratisasi, Akuntabilitas Pemerintahan
Daerah Jakarta:Lipi Press, 2007, h. 31-33
16
Syaukani, Dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan yogyakarta: pustaka Pelajar,
2003, h. 14