Cet.4, h. 7 Refleksi Peran DPRD Dalam Otonomi Daerah

legislatif, dan pemilihan kepala daerah yang sejak juni 2005 di sebagian negara Indonesia. Pemilihan kepala daerah disinyalir untuk memperkokoh demokrasi dan sebagai bagian program desentralisasi yang berkesinambungan, yang menjadikan kepala daerah bertanggung jawab kepada pemilihnya langsung bukan kepada DPRD, seperti yang dituangkan dalam UU No.32 Tahun 2004 yang berpotensi besar untuk memperkuat tata pemerintahan. BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KOTA BEKASI

A. Sejarah Kota Bekasi

Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri. Itulah sebutan Bekasi tempo dulu sebagai ibukota Kerajaan Tarumanagara 358-669 M. Luas kerajaan ini mencakup wilayah Bekasi, Sunda Kelapa, Depok, Cibinong, Bogor, hingga kewilayah sungai Cimanuk di Indramayu. Menurut para ahli sejarah dan filologi, letak Dayeuh Sundasembawa atau jayagiri sebagai ibukota Tarumanagara adalah diwilayah Bekasi sekarang. 49 Dayeuh Sundasembawa merupakan daerah asal maharaja Tarusbawa 669- 723 M pendiri Kerajaan Sunda disebut pula Kerajaan Pajajaran yang seterusnya menurunkan raja-raja sunda sampai generasi ke-40 yaitu Ratu Ragamulya, raja Sunda yang terakhir. 50 49 Pemerintah Kota Bekasi, Selayang Pandang Kota Bekasi 2007 Bekasi: Badan Infokom Kota Bekasi, 2007, h. 8 50 Ibid Kata Bekasi diduga berasal dari suku kata Chandrabhaga, salah satu suku kata dalam Prasasti Tugu. Dalam bahasa sansakerta Chandra berarti Bulan, dan Bhaga berarti Bahagia. Menurut Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, seorang pakar bahasa, kata Chandra dalam bahasa Jawa Kuno sama dengan kata Sasi. Sehingga Chandrabhaga juga identik dengan Sasibhaga, jika dilafalkan terbalik menjadi bhagasasi, yang lambat laun menjadi Bekasi. 51 Wilayah bekasi tercatat sebagai daerah yang banyak memberi informasi tentang keberadaan Tatar Sunda pada masa lampau. Diantaranya dengan ditemukannya empat prasasti yang dikenal dengan Prasasti kabantenan. Keempat prasasti ini merupakan keputusan piteket dari Sri baguda Maharaja Prabu siliwangi, Jayadewa 1482-1521 M yang ditulis pada lima lempeng tembaga. Sejak abad kelima masehi pada masa Kerajaan tarumanagara, abad kedelapan Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Pajajaran pada abad ke-14, Bekasi menjadi wilayah kekuasaan karena merupakan salah satu daerah strategis, yakni penghubung antar daerah ke Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta. Ketika Belanda datang merebut Jayakarta pada 31 mei 1619 dan nama jayakarta diubah menjadi Batavia. Bekasi pada zaman Hindia belanda hanya merupakan kewedanaan district yang termasuk dalam regenshaf kabupaten Meester Cornelis. Saat itu kehidupan sistem kemasyarakatan, khususnya sektor ekonomi dan pertanian didominasi dan dikuasai oleh para tuan tanah keturunan cina, sehingga dengan kondisi tersebut seolah-olah bekasi mempunyai bentuk 51 Denny Bratha Affandi, Menyusuri Bekasi Raya Jejak Reportase Bekasi: Rinjani Kita,

2009, h. 3