Distribusi Makanan Nilai Sosial Makanan

11

2.2.1 Distribusi Makanan

Pada bagian bahan makanan diolah, dimasak dan dibagikan sebagai hidangan kepada anggota keluarga bila tidak diatur dengan baik akan terjadi persaingan dalam memperoleh bagian masing-masing dari makanan tersebut. Anak yang paling kecil pada umumnya makan lebih lambat dan dalam jumlah yang lebih kecil daripada kakak-kakaknya sehingga mudah tersisihkan dan memperoleh bagian yang terkecil, yang akan mempengaruhi kecukupan gizi bagi keperluan pertumbuhan anak Sajogyo, 1994. Pembagian makanan yang tepat kepada setiap anggota keluarga adalah penting untuk mencapai gizi baik. Makanan harus dibagikan untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap orang dalam keluarga. Anak, wanita yang mengandung dan ibu yang menyusui harus memperoleh sebagian besar makanan yang kaya protein Sulistyoningsih, 2011. Dalam masyarakat ada aturan dimana ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga. Apabila hal itu masih dianut dengan kuat oleh suatu budaya, maka dapat saja timbul distribusi konsumsi makanan yang tidak baik malnutrition diantara anggota keluarga Suhardjo, 1986. Menu makanan yang disajikan harus memenuhi syarat makanan yang sehat. Ibu mempunyai peranan yang penting dalam menentukan menu makanan dan mendistribusikannya. Sehingga sangat diharapkan seorang ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan tentang gizi Maryati, 1997

2.2.2 Nilai Sosial Makanan

Dalam masyarakat, berbagai jenis makanan dan bahan makanan itu mempunyai nilai sosial tertentu. Oleh sebab itu masyarakat akan mengonsumsi bahan Universitas Sumatera Utara 12 makanan dan makanan tertentu yang mempunyai nilai sosial yang dianggap sesuai dengan tingkat naluri pangan yang terdapat pada masyarakat tersebut. Seringkali nilai sosial tidak sesuai dengan nilai gizi makanan. Makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi, diberi nilai sosial yang rendah dan sebaliknya Sediaoetama, 1989. Menurut Hertog dan Van Stavensen dalam Khumaidi 1994, fungsi sosial makanan mengandung 8 unsur yaitu: 1. Memenuhi kesenangannya. 2. Ciri-ciri organoleptik yang dimiliki makanan, yaitu ciri yang dapat dirasakan seseorang melalui indranya mempengaruhi seseorang untuk menerima atau menolak makanan tertentu seperti rasa, bau, penampilan, tekstur atau keempukan dan struktur. 3. Makanan sebagai arti budaya, misalnya masyarakat beragama Hindu tidak makan daging sapi. 4. Makanan sebagai fungsi religi dan magis. 5. Selamatan menggunakan nasi kuning, nasi tumpeng. 6. Makanan sebagai fungsi komunikasi. Dalam upacara perkawinan “saling suap nasi” lambang penyerahan diri sepenuhnya satu sama lain. 7. Makanan sebagai pernyataan status ekonomi, makanan tertentu lebih tinggi nilai sosialnya dalam masyarakat misalnya makan daging daripada makan tempe. 8. Makanan sebagai fungsi kekuasaan, misalnya makanan suami lebih baik daripada anggota keluarga yang lainnya atau makanan majikan berbeda dengan makanan pembantunya. Universitas Sumatera Utara 13

2.2.3 Tabu Makanan