Bimbingan dan Konseling KERANGKA TEORI

17 Fungsi penyaluran yaitu bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan, atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. e. Fungsi Adaptasi Fungsi adaptasi yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah dan staf, konselor dan tutor untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat kemampuan, dan kebutuhan konseli. f. Fungsi Pencegahan Fungsi pencegahan atau preventif yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. 28 g. Fungsi Perbaikan Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan, dan bertindak. h. Fungsi Penyembuhan Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek sosial- pribadi, belajar, dan karir. i. Fungsi Pemeliharaan Fungsi pemeliharaan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercapai dalam dirinya. j. Fungsi Pengembangan Fungsi pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa 28 Sutirna, Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal dan Non Formal dan Informal, Yogyakarta: Andi Offset, 2013, h.21 18 berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. 29 5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling a. Prinsip-prinsip Umum 1 Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlulah diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet. 2 Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu- individu yang dibimbing, ialah memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan. 3 Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing. 4 Masalah yang tidak diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu berwenang melakukannya. 5 Bimbingan harus dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing. 6 Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat. 7 Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah yang bersangkutan. 8 Pelaksanaan program pendidikan dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sa,a dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah. 9 Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian teratur untuk mengetahui sampai di mana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu. 30 29 Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, cet.1 h.16 30 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h.39 19 b. Prinsip-prinsip Khusus 1 Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan, yaitu: a Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi. b Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis. c Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. d Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya. 2 Prinsip –prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individual, yaitu: a Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, sekolah serta kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan dan terhadap kondisi mental dan fisik individu. b Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah individu dan kesemuanya menjaga perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling. 31 3 Prinsip –prinsip yang berkenaan dengan program layanan, yaitu: a Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu karena itu program bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik. b Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga. c Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi. 31 Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2002, cet.1 h.64 20 d Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu adanya penilaian yang teratur dan terarah. 32 4 Prinsip –prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan, yaitu: a Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan. b Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan kehendak dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atas desakan dari pembimbing atau pihak lain. c Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. d Kerja sama antara pembimbing, guru dan orang tua, amat menentukan hasil pelayanan bimbingan. e Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlihat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri. 33 6. Asas Bimbingan dan Konseling a. Asas Kerahasiaan Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain. Asas kerahasian ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan konseling. Jika asas ini dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak. 34 32 Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Jakarta: Rineka Cipta, 2001, cet.1 h.70 33 Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching, 2005, cet.3 h.61 34 Prayitno dan Amti, Op.Cit, h. 115 21 Asas kerahasiaan sangat sesuai dengan ajaran islam dalam Islam sangat dilarang seseorang menceritakan aib atau keburukan orang lain bahkan islam mengancam bagi rang-orang yang suka membuka aib saudaranya diibaratkan seperti memakan bangkai daging saudaranya sendiri. an-Nur: 24 35 b. Asas Kesukarelaan Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya,serta mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk-beluk berkenaan masalahnya itu kepada konselor. c. Asas Keterbukaan Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran- saran dari luar, malahan lebih dari itu, diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. d. Asas Kekinian Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan juga bukan masalah yang akan dialami yang akan datang. e. Asas Kemandirian Asas ini bertujuan untuk menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau pada konselor. f. Asas Kegiatan. Konselor hendaklah membangkitkan semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanankan kegiatan yang diperlukan dalam penyelasaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling. g. Asas Keterpaduan Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas tenang perkembangan klien dan aspek-aspek 35 Tohirin,Op.Cit, h. 88 22 lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien. 36 h. Asas Keahlian Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan tersebut. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan dan konseling harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian. 37 i. Asas Kedinamisan Arah layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan sikap tingkah laku ke arah yang lebih baik. j. Asas Ahli Tangan Bila ditemukan masalah-masalah klien di luar bidang keahliannya, maka konselor hendaknya segera mengalihtangankan kepada ahli lain. k. Asas Tut Wuri Handayani Dalam pemecahan masalah, konselor jangan dijadikan alat oleh klientetapi klien sendirilah yang membuat keputusan. Konselor sewaktu- waktu siap membantunya bila dalam pelaksanaannya, klien mengalami masalah atau benturan-benturan lagi. 38 7. Layanan Bimbingan dan Konseling a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu siswa untuk memahami lingkungan baru, untuk mempermudah serta memperlancar peserta didik dilingkungan baru b. Informasi, yaitu layanan yang membantu siswa menerima dan memahami berbagai informasi. c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu siswa memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat didalam kelas maupun luar kelas. 36 Prayitno dan Amti, Op.Cit, h. 118 37 Tohirin, Op.Cit, h.93 38 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, h.79 23 d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu siswa menguasai konten tertentu terutama kompetensi atau kebiasaan yang bergunaa di sekolah, keluarga dan masyarakat. e. Konseling Perseorangan, yaitu layanan yang membantu siswa dalam menyelesaikan masalah pribadinya f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu siswa dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar dan lain-lain. g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu siswa dalam pembahasan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu siswa dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani masalah atau kondisi siswa. i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu siswa menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antara siswa. 39

C. Masalah-masalah Siswa dan Faktor Penyebabnya

1. Masalah-masalah siswa Ada beberapa tingkatan masalah menurut Sofyan S. Willis yang penulis kutip dari buku Bimbingan dan Konseling karya Dr. Fenti Hikmawati, M.si yaitu : a. Masalah Ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman di sekolah, bertengkar, minum- minuman keras tahap awa, berpacaran, mencuri kelas ringan. b. Masalah sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran dengan perilaku menyimpangberkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, melakukan gangguan sosial dan asusila c. Masalah kasus besar, seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotik, perilaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam. 40 39 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, Bandung: Pustaka Setia,2010, h.139 24 Pada umumnya jenis-jenis masalah individu, terutama yang di hadapi oleh murid-murid sekolahsekurang-kurangnya dapat digolongkan menjadi beberapa masalah, yaitu anatara lain: a. Masalah Pendidikan Dalam hal ini individu menghadapi berbagai kesulitan yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan yang pada umumnya. Ketika anak memasuki situasi sekolah yang baru ia dihadapkan pada berbagai masalah seperti: menyesuaikan diri dengan pelajaran baru, lingkungan sekolah, guru-guru, tata tertib sekolah, cara belajardan sebagainya. Dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah murid-murid akan mengalami masalah seperti: memilih mata pelajaran yang sesuai, memilih kegiatan ekstrakulikuler, memilih jurusan yang cocok, menyusun program kegiatan-kegiatan, mencari teman-teman belajar yang cocok, dan sebagainya. Demikian pula masalah-masalah kelambatan dalam belajar yang dialami oleh murid-murid yang tergolong lambat dan yang terlalu cepat dalam belajar. Semuanya termasuk dalam masalah- masalah pendidikan. 41 b. Masalah Pengajaran atau Belajar Masalah Pembelajaran, yaitu setiap orang butuh belajar dalam hidupnya, tetapi ia mengalami kesulitan dalam memilih dan menentukan cara belajar yang baik dan sesuai dengan dirinya. 42 Masalah ini merupakan bagian dari masalah pendidikan bentuk-bentuk masalah belajar misalnya sukar konsentrasi dalam belajar, kebiasaan belajar yang buruk, sukar menangkap pelajaran, mudah lupa terhadap apa yang dipelajari. 40 Hikmawati, op.cit, h.27 41 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Guidance Counseling , Bandung: CV. Ilmu, 1975, h.29 42 M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullash, 2008, h.43 25 c. Masalah Pribadi Masalah pribadi adalah masalah yang dihadapi oleh siswa yang disebabkan faktor dirinya sendiri. Masalah ini pada siswa sekolah menengah jumlahnya meningkat karena mereka berada dalam fase remaja, di mana pada masa remaja umumnya lebih rentan dengan berbagai masalah pribadi. Beberapa contoh masalah pribadi misalnya, kecewa ditinggal pacar, sukar bergaul dengan teman, merasa canggung dalam pergaulan, mudah emosi, merasa rendah diri. Merasa superior, egois suka menang sendiri, merasa pesimis dalam hidupnya. 43 d. Masalah Moral dan Agama Tampaknya masalah ini semakin memuncak, terutama di kota-kota besar barangkali pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing semakin meningkat melalui film, bacaan, gambar-gambar, dan hubungan langsung dengan orang asing turis yang adatang dengan berbagai sikap dan kelakuan. Biasanya kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan nilai-nilai yang berubah menimbulkan kegoncangan pula, karena menyebabkan orang hidup tanpa pegangan yang pasti. Nilai yang tetap dan tidak berubah adalah nilai-nilai agama, karena nilai agama itu absolut dan berlaku sepanjang zaman, tidak dipengaruhi waktu, tempat tingkah dan keadaan. Oleh karena itu, maka orang yang kuat keyakinan bergenyamlah yang mampu mempertahankan nilai agama yang absolut itu dalam kehidupannya sehari-hari dan tidak akan terpengaruh oleh arus kemerosotan moral yang terjadi dalam masyarakat serta dapat mempertahankan ketenangan jiwanya. 43 Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islami di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, cet.3, h.74 26 e. Masalah Sosial Kadang-kadang individu menghadapi kesulitan atau masalah yang hubungannya dengan individu lain atau dengan lingkungan sosialnya. Masalah itu dapat timbul karena kekurangmampuan individu untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya, atau lingkungan sosial itu sendiri yang kurang sesuia dengan keadaan dirinya. Misalnya kesulitan dalam persahabatan, mencari teman, merasa tersaingi dalam pekerjaan- pekerjaan kelompok, dalam memperoleh penyesuaian dalam kegiatan- kegiatan kelompok, dalam menghadapi situasi sosial yang baru, dan sebagainya. Kita sering mendapatkan siswa-siswa yang sebenarnya pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu untuk berhubungan dengan teman-temannya. Ia kurang disenangi dalam pergaulan, bahkan diasingkan. Masalah-masalah tersebut sering disebut sebagai masalah sosial dan merupakan salah satu jenis masalah yang sering dihadapi oleh siswa. 44 f. Masalah Waktu Luang Masalah ini adalah masalah yang dihadapi siswa dalam menggunakan waktu luang di sekolah maupun di rumah. Masalah penggunaan waktu luang ini adalah tidak mempunyai hobi, tidak puas karena membuang waktu dengan “ngluyur”, pengaruh jelek dari teman membawa ke bentuk-bentuk rekreasi yang merugikan, pacaran dengan menghadapi problema seperti cinta monyet, rasa iri dan cemburu, cinta segitiiga, simpati atau antisipati. 45 2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang pribadi: a. Ketakwaan kepada Allah SWT, Mencakup: 1 Kurang motivasi untuk mempelajari agama sebagai pedoman hidup 2 Kurang memahami bahwa agama sebagai pedoman hidup 3 Kurang memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan manusia diawasi oleh Allah Swt 44 Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2010, cet.17, h.147 45 Samsul Munir Amir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010, cet.1 h. 327