Mengkonstruksi Citra Parbowo Subianto Melalui Iklan Politik

Kedua, menumbuhkan asosiasi pemikiran tentang partai atau kandidat dengan kebesaran sejarah di masa lampau, seperti kejayaan bangsa, pemimpin kharismatik yang pernah ada, dan bentuk-bentuk simbolik baik kata-kata maupun gambar-gambar. Ketiga, memberikan penonjolan orientasi ke depan, misalnya dengan kecanggihan teknologi dan optimisme kemajuan-kemajuan di masa yang akan datang. Keempat, menghadirkan tokoh-tokoh tertentu demi menumbuhkan dan memperkokoh keyakinan akan kuat atau luasnya dukungan termasuk tokoh- tokoh adat, dan pemimpin atau tokoh-tokoh negara lain. 20 Kesemua bangunan pencitraan tersebut bisa dikemas dan dipublikasikan melalui desain iklan politik untuk disampaikan kepada masyarakat sehingga akan terbangun citra positif, baik partai maupun kandidatnya. Terkait dengan politik pencitraan Prabowo Subianto, Partai Gerindra turut menggunakan iklan sebagai alat untuk mengkonstruksi citra Prabowo. Sebagaimana disebutkan oleh Fadli Zon dalam wawancara pribadi dengan penulis: “ Iklan politik adalah alat yang paling efektif karena melalui iklan politik itu jangkauannya sangat luas, yang menonton tv rakyat Indonesia disinyalir lebih dari 90. Sehingga kalau ada ilkan tv yang menyaksikan jauh lebih banyak. Banyagkan misalnya kita hanya mendatangi lapangan untuk rapat umum, paling banyak terkumpul 20-30 ribu orang. Iklan adadal salah satu sarana untuk menyampaikan pesan yang paling efektif sekarang ini dan Gerindra menggunakan iklan sebagai salah satu strategi membangun citra Prabowo”. 21 Secara teoritis promosi dengan menggunakan iklan poitik mengunakan dua cara pertama, lewat cara-cara gratis melalui peliputan reguler media terhadap 20 Pawito, Komunikasi Politik: Media Massa dan kampanye Pemilihan, h. 265. 21 Wawancara Pribadi dengan Fadli Zon, kegiatan partai atau kandidat. Kemudian kedua, dengan membayar ke media tersebut kareena memasang iklan politik. Dalam iklan politik, kandidat atau partai politiklah yang memutuskan bagaimana mereka ditampilkan. Karena itulah, dua bentuk penggunaan media televisi itu free and paid media kerap juga di istilahkan dengan controlled media dan uncontrolled media. Mengingat adanya prinsip seperti ini Partai Gerindra secara rasional dan setiap partai politik tentunya banyak mengeluarkan dana untuk biaya iklan. Penelitian AC Nielsen menyebutkan pada 2008 sampai menjelang pilpres 2009 biaya iklan yang dikeluarkan Partai Gerindra dalam mengiklankan Prabowo Subianto dan partainya menghabiskan dana hingga Rp 66 miliar dan mendapatkan sekitar 4 ribu spot iklan yang tersebar di hampir seluruh media televisi. 22 Selanjutnya masih dalam analisis Nielsen pada saat Prabowo diatampilkan pertama kali dengan bersamaan memperkenalkan berbagai organisasi seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional, dan sebagai ketua dewan Pembina Partai Gerindra, dana yang dihabiskan mencapai 8 miliar per-bulan periode Juli-Oktober 2008. 23 Namun dari jumlah biaya iklan ini Partai Gerindra menurut Fadli Zon tergolong paling sedikit dari dua kandidat lainnya, seperti ungkapannya: “ Waktu pilpres kami tidak menampilkan seperti dua kandidat lain SBY- Boediono dan Jusup Kala-Wiranto. Dua kandidat lain mungkin dananya lebih besar daripada kami. Sehingga jumlah durasi iklannya juga lebih banyak. Dari tiga kandidat itu, kami yang frekuensi iklannya paling jarang meskipun kami tampil di 22 Vennie Melyani,”Belanja Iklan Partai Politik Mencapai Rp 1 triliun”, Artikel diakses pada 6 Agustus 2011 http:www.tempo.cohgbisnis20090428brk,20090428-173209,id.html. 23 ibid semua statsiun televisi. Kami juga tidak melanggar, frekuensi iklan SBY-Boediono mereka jauh lebih banyak ketimbang kami”. 24 Di lihat dari kisaran dana yang dikeluarkan Partai Gerindra di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Partai Gerindra adalah Partai yang terlibat dalam penggunaan iklan sebagai strategi politiknya. Kemudian Prabowo sebagai produk yang ditawarkan Partai Gerindra untuk bisa diterima oleh masyarakat. Melalui memanfaatkan iklan politik, citra Prabowo Subianto di bangun lalu dikembangkan agar mempengaruhi persepsi positif di benak masyarakat. 24 Wawancara Pribadi dengan Fadli Zon, 93

BAB V PENUTUP

Bab V merupakan bab penutup pada skripsi ini. Bab ini menyimpulkan pembahasan bab-bab sebelumnya yang selaras dengan rumusan masalah skripsi ini. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan dasar yaitu mengapa Partai Gerindra melakukan politik pencitraan terhadap Prabowo Subianto dan bagaimana peran Partai Gerindra untuk membentuk politik pencitraan Prabowo Subianto pada pilpres 2009. Untuk menjawab pertanyaan dasar tersebut, didahului dengan dengan menjabarkan teori- teori yang berkaitan dengan variabel pada rumusan masalah pada Bab II skripsi ini. Selanjutnya Bab IV menjadi bab pembuktian mengapa Partai Gerindra melakukan politik pencitraan terhadap Prabowo Subianto dan bagaimana peran Partai Gerindra dalam membentuk pencitraan Prabowo Subianto pada pilpres 2009. Informasi diperoleh melalui wawancara langsung yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Fadli Zon selaku Wakil Ketua Umum Bidang Politik dan Keamanan Partai Gerindra. Selanjutnya di Bab V ini penuli akan menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan penulis.

A. Kesimpulan

Pemilu Presiden 2009 merupakan kontestasi pertama Partai Gerindra melakukan langkah-langkah strategi politik pada level eksekutif. Sebagai Partai politik yang telah terkonsolidasikan dengan baik, Partai Gerindra tentunya memiliki kapasitas yang mumpuni ketika harus membangun image citra tokoh yang dipromosikannya. Pada saat musim kampanye politik 2009 Partai Gerindra berperan dalam melakukan politik pencitraan terhadap Prabowo Subianto. Peran Partai Gerindra terekam dari Langkah-langkah strategi politik pencitraan yang dilakukan Partai Gerindra terhadap Prabowo Subianto diantaranya adalah Partai Gerindra melakukan kampanye politik yang cukup intens di berbagai media publik, baik internal maupun lokal. Selain menggunakan jasa media, Partai Gerindra juga melakukan komunikasi politik secara dialogis keberbagai segmentasi masyarakat misalnya kaum buruh, mahasiswa, petani, nelayan dan guru. Strategi politik yang dikembangkan oleh Partai Gerindra menjelang pemilihan Presiden pada 2009 yaitu, mengkontruksi image citra positf Prabowo Subianto agar presepsi masyarakat terhadap Prabowo Subianto menjadi baik. Membentuk image positif kandidat partai bukanlah hal yang mudah dilakukan, terlebih Prabowo Subianto pernah menjadi figur kontoversial di benak masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Partai Gerindra melakukan langkah-langkan politik yang di spesialisasikan untuk pencitraan Prabowo Subianto. Langkah-langkah terebut adalah sebagai berikut pertama, Partai Gerindra melakukan fungsi komunikasi politik. Seacara teoritis komunikasi politik yang dikembangkan oleh Partai Gerindra menggunakan komunikasi dua arah dyadic communication. Komunikasi dua arah yang dilakukan oleh Partai Gerindra adalah dengan mengumpulkan aspirasi dari masyarakat yang nantinya akan dijadikan input untuk membuat kebijakan-kebijakan politik partai seperti gagasan ekonomi kerakyatan. Selanjutnya yang kedua, Partai Gerindra menggunakan wacana ekonomi kerakyatan untuk meningkatkan popularitas Prabowo Subianto pada pilpres 2009,