Komunikasi Politik Partai Gerindra dalam Pencitraan Prabowo Subianto

Sebagai partai politik dan sesuai dengan fungsi kepartaian ketika proses input dilakukan maka, Partai Gerindra akan terlibat sebagai media untuk mengumpulkan aspirasi. Melalui proses komunikasi itu masyarakat akan mengetahui apakah dukungan, aspirasi, dan pengawasan itu tersalur atau tidak sebagaimana disimpulkan lewat aplikasi kebijakan politik. Dalam tataran aplikasi komunikasi politik seperti ini Partai Gerindra terus berusaha mempertahankannya. Selama ini Partai Gerindra telah setia menjalankan fungsi komunikasi politik dengan masyarakat seperti dikatakan oleh Fadli Zon dalam wawancara khusus dengan penulis beliau mengatakan, “Gagasan ekonomi kerakyatan adalah hasil komunikasi politik antara Partai Gerindra dengan rakyat. Gagasan itu sebagai agregasi dari masukan-masukan yang menjadi keinginan masyarakat. Kemudian, Gerindra menjadikan itu sebagai input serta tercantum dalam visi Gerindra yang nantinya akan diperjuangkan secara politik agar menjadi sebuah kebijakan khususnya kebijakan ekonomi yang pro terhadap kepentingan rakyat”. 4 Konsistensi Partai Gerindra untuk menjalankan fungsi kepartaian termasuk melakukan komunikasi politik dengan baik maka akan membentuk citra politik yang baik pula di masyarakat. Intensitas komunikasi politik yang dibangun Partai Gerindra juga sangat berhubungan dengan upaya pencitraan kandidat politiknya yaitu Prabowo Subianto. Dalam beberapa kunjungan Partai Gerindra mensosialisasikan gagasan ekonomi kerakyatan di hampir seluruh Indonesia Partai Gerindra selalu menampilkan Prabowo Subianto sebagai sosok pejuang ekonomi kerakyatan. Sebagai contoh menjelang Pilpres 2009, Partai Gerindra melakukan komunikasi politik ke hampir seluruh daerah di Indonesia. 5 4 Wawancara Pribadi dengan Fadli Zon, 5 Ibid, Selain melakukan komunikasi politik secara langsung Prabowo juga ditampilkan melalui berbagai media massa televisi, koran, jurnal, radio dan jejaring sosial. Di media televisi Prabowo sering ditampilkan melalui iklan-iklan politiknya bersama Partai Gerindra mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk kembali memperhatikan ekonomi kerakyatan. Inilah sebagaian dari komunikasi politik yang dilakukan Partai Gerindra ketika mengkontruksi citra Prabowo Subianto menjelang pilpres 2009, dengan harapan akan tercipta persepsi baik terhadap Prabowo Subianto. Apabila image politik kandidat diterima dengan baik oleh publik maka kemungkinan besar akan mempermudah kandidat dalam mendapatkan simpati masyarakat. 2. Mengembangkan Wacana Ekonomi Kerakyatan Sebagai Strategi Politik Pencitraan Prabowo Subianto. Menetapkan suatu strategi merupakan agenda yang cukup sulit dalam perencanaan program kampanye sebuah partai politik karena strategi tersebut dapat terlihat dari keberhasilan proses pencapaian tujuannya dalam kurun waktu yang relatif panjang. Disamping itu diperlukan program yang terencana, terkoordinasi dengan melibatkan suatu tim kerja, memiliki prinsip, dan termasuk gagasan, kegiatan, alokasi dana besar serta dengan taktik pencapaiaan tujuan program yang terukur secara rasional atau spesifik. Secara definisi seperti yang dikemukakan Greogry, strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan program kampanye dalam kurun waktu tertentu, mengoordinasikan tim kerja, memiliki tema, faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip untuk melaksanakan gagasan strategis secara rasional dan dapat dilaksanakan melalui taktik program kampanye public relation humas secara efektif dan efesien. 6 Mengkampanyekan gagasan ekonomi kerakyatan yang dilakukan Partai Gerindra adalah bagian dari strategi politik untuk mendongkrak popularitas Parbowo Subianto pada musim pilpres 2009. Konsep ekonomi kerakyatan juga termaktub dalam substansi yang terkandung pada visi-misi dan menjadi positioning Partai Gerindra. Dalam kampanye penyebaran pesan yang dilakukan dengan melibatkan kerjasama media massa, hampir disetiap iklannya menampilkan visi-misi yang bernuansa ajakan untuk peduli terhadap pengembangan ekonomi kerakyatan. Gagasan ekonomi kerakyatan Partai Gerindra bertujuan untuk mengembangkan pasar domestik dan mengembangkan produk pasar lokal kenegara-negara lain. Cara yang di tempuh Partai Gerindra untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan dimulai dari membentuk keyakinan masyarakat sebagai bangsa yang berdaulat. Kemudian dilanjutkan dengan pengambil alihan potensi-potensi kekayaan sumber daya alam yang telah dikuasai asing baik migas, mineral, pertanian dan hasil laut. Selanjutnya, mengembangkan pasar domestik dan mengembangkan produk-produk dalam negeri secara mandiri untuk kemudian dikembangkan ke pasar internasional. Dengan begitu Partai Gerindra yakin bahwa bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang berdaulat, mampu dan layak menjadi bangsa besar, maju, disegani, adil dan makmur. ”Gagasan ekonomi kerakyatan bukan politik pencitraan tetapi memang itu adalah usaha pencitraan. Partai Gerindra akan memperjuangkan ekonomi 6 Silih Agung Wasesa, Strategi Public Relation, h. 177 kerakyatan, di mana kebijakan perekonomian harus berdasar pada UUD 1945 pasal 33 ayat 1, 2, dan 3, sebagai ruh dari setiap kebijakan ekonomi. Sistem ekonomi liberal-kapitalistik yang selama ini diterapkan di Indonesia harus dikoreksi karena gagal mensejahterakan rakyat. Salah satu cara yang dilakukan Gerindra dengan meyakinkan rakyat untuk berdaulat di negara sendiri dengan cara mengembangkan pasar-paar tradional agar naik kelas dan diterima produk- produknya tidak hanya di dalam negeri maupun di luar negeri. Selain itu, Gerindra menolak segala bentuk liberalisasi perdagangan dan mengembangkan proteksi, menolak kebijakan penjualan BUMN kepada pihak asing. ” 7 Untuk mempertegas pengembangan gagasan ekonomi kerakyatan agar mampu diterima dan berjalan efektif di masyarakat. Partai Gerindra juga bergabung dengan organisasi-organisasi yang memiliki keterkaitan dengan pengembangan ekonomi kerakyatan diantaranya adalah HKTI Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, APPSI Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia, KTNA Kotak Tani dan Nelayan Andalan dan lain-lain. 8 Dengan adanya relasi keberbagai organisasi tersebut, Partai Gerindra bisa lebih mudah mengajak masyarakat agar mau menerima dan mempraktekan ekonomi kerakyatan. Kemudian usaha itu juga dijadikan momentum dan strategi yang tepat untuk mempromosikan Prabowo Subianto pada saat dicalonkan sebagai Wapres bersama Megawati sebagai Capres pada pilpres 2009.

3. Partai Gerindra dalam Mengkampanyekan Politik Pencitraan Prabowo Subianto

7 Wawancara Pribadi dengan Fadli Zon, 8 Pambudi, Kalau Prabowo Jadi Presiden, h. 103-105. Momentum kampanye merupakan sebuah periode yang sengaja diberikan oleh panitia pemilu kepada semua kontestan, baik partai politik maupun kandidatnya untuk memaparkan program-program kerja dan mempengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan suara pada saat pencoblosan. Dalam presfektif komunikasi politik, kampanye didefinisikan sebagai bagian dari aktivitas komunikasi yang terorganisasi secara langsung ditunjukan pada khalayak, pada periode waktu yang telah ditetapkan atau tidak yang guna mencapai tujuan. 9 Selain itu, kampanye juga bisa diartikan sebagai, keinginan seseorang untuk mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku orang lain dengan daya tarik yang komunikatif. Kampanye dalam kaitan ini dialamatkan pada proses pencitraan Prabowo Subianto oleh Partai Gerindra menjelang pilpres 2009. Jadi orientasi kampanye yang dilakukan Partai Gerindra mengarah pada upaya untuk mengkontrusksi citra Prabowo Subianto. Secara teoritis kampanye bisa di kembangkan menjadi dua bentuk yaitu pertama, kampanye menjelang pemilu Short-tern, yang digunakan pada saat menjelang pemilu untuk mengingatkan, membentuk dan mengarahkan opini publik. Kedua, kampanye bersifat permanen dan berlaku untuk jangka panjang. 10 Kampanye ini dilakukan tidak hanya terbatas pada periode menjelang pemilu, tetapi sebelum dan setelah pemilu berperan amat penting dalam pembentukan image politik kandidat yang nantinya akan mempengaruhi perilaku pemilih pada saat dibutuhkan. Kampanye politik yang dilakukan oleh tiap-tiap partai politik 9 Rosady Ruslan, Kampanye Public Relation h. 21. 10 Firmanzah Ph.D. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, h. 275