3. Hakekat Pola Hidup Bersih dan Sehat
Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan
polaperilaku hidup bersih dan sehat. PHBS adalah singkatan Pola Hidup Bersih dan Sehat adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan,
kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal untuk menolong dirinya
sendiri dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo, perilaku hidup sehat adalah
perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini
mencakup antara lain: a. Makan dengan menu seimbang approprieate diet. Menu seimbang di
sini dalam arti kualitas mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh, dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh tidak kurang, tetapi juga tidak lebih. Secara kualitas, di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima
sempurna. b. Olah raga teratur, yang juga mencakup kualitas gerakan dan kuantitas
dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. c. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan
berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50 penduduk
Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil penelitian, sekitar 15 remaja telah merokok.
d. Tidak minum minuman keras dan narkoba. e. Istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat
tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu
untuk istirahat. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan. f. Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa saja, dan
akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Stress tidak dapat kita
hindari, maka yang penting agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stress
dengan kegiatan-kegiatan yang positif. g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya:
tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya.
57
Sedangkan indikator perilaku hidup bersih dan sehat PHBS menurut Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan terbagi menjadi
indikator PHBS tatanan rumah tangga dan indikator PHBS tatanan institusi pendidikan.
1. Indikator PHBS tatanan rumah tangga Indikator PHBS tatanan rumah tangga adalah suatu alat ukur untuk
menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga. Indikator mengacu pada Standar Pelayanan Minimal SPM bidang
kesehatan. Ada 10 indikator PHBS yang terdiri dari enam indikator perilaku dan empat indikator lingkungan. Dengan rincian sebagai
berikut: a. Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya c. Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPKM
d. Anggota keluarga tidak merokok e. Olah raga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur
f. Makan dengan menu gizi seimbang makan sayur dan buah setiap hari
g. Tersedia air bersih h. Tersedia jamban
i. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni j. Lantai rumah bukan dari tanah
57
Soekidjo Notoatmodjo, op.cit. h. 118-119
2. Indikator PHBS tatanan institusi pendidikan Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa
dengan indikator: a. Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa
b. Tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas c. Tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang
bersih dan serasi d. Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik
e. Siswa menjadi anggota dana sehat JPKM f. Siswa pada umumnya 60 kukunya pendek dan bersih
g. Siswa tidak merokok h. Siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan
sekolah minimal 10 orang
58
PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif
dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai
PHBS di sekolah yaitu : 1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah 3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur 5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah 7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
8. Membuang sampah pada tempatnya
59
58
Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan, Pedoman Pengembangan KabupatenKota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS Makasar:
Subdin Promosi dan Kesehatan Masyarakat, 2006, h. 29-30
59
Prabasita umi, Pola Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah . 23 september 2010.
Indikator-indikator di atas lah yang dijadikan indikator dalam pembuatan angket sikap siswa pada kesehatan dalam penelitian ini, namun
tidak seluruh indikator dicantumkan dalam angket penelitian ini, yang dicantumkan hanya indikator yang menurut peneliti sesuai dengan
penelitiannya.
4. Pengaruh Model Pembelajaran Konsiderasi Terhadap Sikap Siswa Pada Pola Hidup Bersih dan Sehat
Model konsiderasi merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan sisi afektif sikap sebagai hasil belajar. Model ini termasuk
salah satu model dari pendidikan nilai. Pendidikan nilai merupakan proses perubahan keyakinan, sikap, dan nilai ke arah tindakan yang benar,
sehingga proses pendidikan ini dapat memunculkan sisi afektif sikap yang meliputi ketiga komponennya, yaitu kognisi perbuatan, afeksi
perasaan, dan konasi perbuatan. Secara umum, pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu
peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Dalam proses
pendidikan nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang lebih spesifik dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih khusus. Seperti
dikemukakan komite APEID Asia and the Pasific Programme of Educational Innovation for Development, pendidikan nilai secara khusus
ditujukan untuk: a menerapkan pembentukan nilai kepada anak; b menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan; dan
c membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai tersebut.
60
Dengan demikian, tujuan pendidikan nilai secara khususpun adalah tercapainya
suatu sikap yang meliputi ketiga komponen sikap yang ada. Langkah
awal dari penerapan
model konsiderasi
yaitu menghadapkan siswa pada posisi yang problematis atau penuh konflik
dalam kehidupan sehari-hari, menempatkan siswa pada posisi seakan-akan dia berada dalam posisi tersebut. Langkah pertama ini tentu mendorong
sisi afeksi perasaan siswa agar lebih peka dan peduli sehingga siswa
60
Moh. Muslih, Strategi Pendidikan Nilai Moral Forum Tarbiyah vol. 5, No. 1, Juni 2007, h. 35
dapat mengambil keputusan dengan penuh pertimbangan, dan pada tahap akhir penerapan model ini yaitu mendorong siswa menentukan sendiri
sikap yang akan diambilnya sesuai nilai yang dimilikinya. Dari tahapan penerapan model konsidersai pada proses belajar mengajar tersebut terlihat
jelas bahwa hasil belajar model ini menekankan pada sisi afektif sikap. Sebagaimana diungkapkan Inge Hutagalung, ciri-ciri khusus sikap
yaitu mempunyai objek tertentu orang, perilaku, konsep, benda, dll dan mengandung penilaian.
61
Objek sikap pada penelitian ini yaitu pola hidup bersih dan sehat, dan penilaian terhadap objek sikap tersebut ditumbuhkan
melalui proses belajar mengajar menggunakan model konsiderasi.
5. Penelitian yang relevan