96 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Sehingga model regresi layak dipakai untuk kemudian dilanjutkan ke pengujian hipotesis.
3. Uji Koefisien Determinasi R
2
Uji koefisien determinasi R
2
pada intinya adalah untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi R
2
adalah antara 0 nol dan 1 satu. Nilai koefisien determinasi R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen Ghozali, 2011:97. Pada model regresi berganda penggunaan nilai Adjusted R
2
lebih baik dibandingkan dengan hanya melihat pada nilai koefisien determinasi R
2
untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hal ini disebabkan penggunaan koefisien
determinasi R
2
memiliki kelemahan mendasar yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Selengkapnya
mengenai hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.8 pada halaman berikutnya.
97
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate 1
.437
a
.191 .170
.51915 a. Predictors: Constant, EMP_DIFF, LEV, AUD_QUA
b. Dependent Variable: DA Sumber: data sekunder diolah
Dari tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R
2
sebesar 0,170 berarti bahwa hanya sebesar 17 variasi variabel dependen
yaitu kecurangan laporan keuangan financial statement fraud dengan alat ukur discretionary accruals yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen leverage LEV, kualitas audit AUD_QUA dan employee diff
EMP_DIFF dalam penelitian ini. Hal ini menandakan masih rendah atau lemahnya kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen, sedangkan sisanya yaitu sebesar 83 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian
ini. Faktor-faktor lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi
kecurangan laporan keuangan diantaranya adalah mekanisme Corporate Governance
CG. Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang
meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholder lainnya Ujiyanto
98 dan Pramuka, 2007:2. Corporate Governance CG diukur dengan
proporsi dewan komisaris independen, dan kepemilikan manajerial. Proporsi dewan komisaris independen yang meningkat berarti,
meningkatkan pengawasan atas informasi keuangan dan nonkeuangan serta mengurangi peluang untuk melakukan kecurangan laporan
keuangan Beasly, 1996; Delloite LLP, 2004; Dechow, Sloan dan Sweeney, 1996 dalam Brazel et al., 2009:1153. Hal yang serupa juga
diungkapkan oleh Cornett et al., 2006 dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007:7 bahwa anggota dewan komisaris independen dapat
meningkatkan tindakan
pengawasan, sehingga
mengurangi penggunaan discretionary accruals.
Kepemilikan manajerial berarti manajer juga sebagai pemegang saham. Hal ini dilakukan untuk meminimumkan konflik kepentingan
antara manajer dan pemilik pemegang saham. Dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen managerial
ownership diharapkan dapat menyelaraskan alignment kepentingan
manajer agent dan pemilik principal dengan demikian dapat mengurangi tindakan manipulasi kecurangan laporan keuangan oleh
manajer Ujiyantho dan Pramuka, 2007:2. Komponen lainnya yang dapat digunakan mendeteksi kecurangan
laporan keuangan adalah umur perusahaan age of the firm. Variabel ini diukur berdasarkan lamanya perusahaan tersebut terdaftar di pasar
modal listing di pasar modal. Hal ini didasarkan pada kenyataan
99 bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan fraud firm cenderung
merupakan perusahaan dengan umur yang muda baru listing di pasar modal. Perusahaan dengan umur yang muda memilki incentive yang
lebih besar untuk melakukan kecurangan laporan keuangan karena akan melakukan penawaran saham ke publikIPO initial public
offering atau penerbitan saham baru Beneish, 1997 dalam Brazel et
al ., 2009:1153.
Kinerja saham stock performance dapat juga digunakan untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Kinerja saham yang tinggi
berarti ekspektasi pertumbuhan perusahaan oleh investor juga tinggi optimistic dan kompensasi yang lebih tinggi bagi manajer. Oleh
karena tidak ingin mengecewakan investor dan kehilangan kompensasi yang lebih tinggi, manajer memiliki incentive dorongan untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan agar kinerja sahamnya tetap tinggi Dechow et al., 2010:6. Kinerja saham dapat dilihat dari rasio
market value of equity , book to market dan earning to price Brazel et
al ., 2009:1151. Rasio market value of equity, book to marrket dan
earning to price sangat tinggi dan tidak normal untuk perusahaan yang
melakukan kecurangan laporan keuangan Brazel et al., 2009:1153 dan Dechow et al., 2010:25.
100
4. Uji Hipotesis