26 b. Pemanfaatan teknik audit investigatif dalam kejahatan terorganisir dan
penyelundupan pajak penghasilan, yang dapat diterapkan terhadap data kekayaan pejabat negara.
c. Penelusuran jejak-jejak arus uang. d. Penerapan teknik analisis dalam bidang hukum.
e. Penggunaan teknik audit investigatif untuk mengungkapkan fraud pengadaan barang.
f. Penggunaan komputer forensik. g. Penggunaan teknik interogasi.
h. Penggunaan operasi penyamaran. i. Pemanfaatan whistleblower.
3. Kecurangan Laporan Keuangan Financial Statement Fraud
Kecurangan laporan keuangan bersama dengan kegagalan audit menjadi topik yang hangat. Kantor akuntan publik internasional Arthur
Andersen, yang mengaudit Enron menjadi contoh kantor akuntan publik yang terjerat kasus kegagalan audit Intal dan Do, 2002:1. Kecurangan
laporan keuangan financial statement fraud telah didefinisikan secara berbeda di antara para akademisi dan praktisi. Menurut Eliot dan
Willingham 1980 dalam Spathis 2002:179 financial statement fraud atau management fraud didefinis
ikan sebagai “kecurangan yang sengaja dilakukan oleh manajemen yang melukai investor dan kreditor melalui
laporan keuangan yang secara material menyesatkan”.
27 Statement on Auditing Standards No. 99 “Consideration of Fraud in
Financial Statement”, mendefinisikan fraud sebagai: “an intentional act that result in a material misstatement in financial
statements that are the subject of an audit”. Fraud adalah tindakan yang disengaja yang menghasilkan salah saji
material dalam laporan keuangan yang menjadi subjek audit. Menurut Standar Audit seksi 316, tentang pertimbangan atas
kecurangan dalam audit laporan keuangan, kecurangan laporan keuangan didefinisikan sebagai
“salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai
laporan keuangan ”. Kecurangan dalam laporan keuangan dapat
menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini: a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan.
c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
4. Fraud Triangle Theory
Karakteristik dari kecurangan laporan keuangan yang melibatkan penyembunyian concealment menyebabkan kecurangan lebih sulit
dideteksi dibandingkan kesalahan error Koroy, 2008:26. Meskipun kecurangan biasanya disembunyikan, adanya faktor risiko atau kondisi
28 yang dapat memperingatkan auditor tentang kemungkinan adanya
kecurangan. Fraud triangle theory
merupakan suatu gagasan yang meneliti tentang penyebab terjadinya kecurangan. Gagasan ini pertama kali diciptakan oleh
Donald R. Cressey 1953 dinamakan fraud triangle atau segitiga kecurangan Skousen et al., 2009:6. Fraud triangle menjelaskan tiga
faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud :
a. Pressure Tekanan Yaitu adanya insentiftekanankebutuhan untuk melakukan fraud.
Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non
keuangan. Tekanan paling sering datang dari adanya tekanan kebutuhan keuangan.
b. Opportunity Peluang Yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan
suatu kecurangan terjadi. Peluang tercipta karena adanya kelemahan pengendalian internal, ketidakefektifan pengawasan manajemen, atau
penyalahgunaan posisi otoritas. c. Rationalization Rasionalisasi
Yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan
kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud.
29 Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit
diukur. Ketiga hal di atas digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Fraud Triangle
IncentivePressure
Opportunity Rationalization
Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey 1953 dalam Skousen et al
., 2009:6
5. Earning Management